E m p a t

1.3K 132 6
                                    

"Hm, sempurna. Sangat sempurna," kata Slughorn begitu melihat ramuanku.

"Sepertinya aku telah mendapat pemenangnya. 20 poin untukmu, Miss Riddle."

Aku tersenyum bangga. Langkah pertamaku berhasil.

"Well, kaulah pemenang sebotol Felix Felicis. Gunakan dengan baik," kata Slughorn menyerahkan sebotol Felix Felicis. Aku tersenyum senang lalu mengambilnya.

Pelajaran Slughorn selesai. Aku dan Daphne keluar kelas dengan berseri-seri.

Dalam satu pelajaran saja kami dapat memberikan 50 poin untuk Slytherin. Bagaimana dengan pelajaran yang lain, ya?

"Hei, Daph, setelah ini pelajaran apa?" tanyaku begitu kami keluar kelas.

"Herbologi, memang kenapa?" tanya Daphne.

"Tak apa."

Lalu, kami pun berjalan ke kelas Herbologi.

Sudah beberapa hari aku disini. Di Hogwarts.

Dalam beberapa hari, aku sudah menyerap banyak pelajaran. Meski, ya, tidak sebanyak dulu di Albania.

Dan dalam beberapa hari juga, Draco Malfoy, rekan kerjaku itu memberiku banyak informasi di Hogwarts. Salah satu informasinya adalah tentang nama para murid.

"Daph, setelah ini pelajarannya apa?" tanyaku. Kami habis dari kelas Mantra.

"Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. Kenapa?" tanya Daphne.

"Siapa gurunya?" tanyaku.

"Ah, jangan terlalu takut, yang mengajar adalah Snape," jawab Daphne sambil terkekeh. Aku tersenyum lega.

"Kau tahu, aku takut ketika Dad menyuruhku pindah kesini karena kudengar tahun lalu Si-muka-kodok yang mengajar. Siapa namanya?"

"Ah, Umbridge. Yah, dia sangat menyebalkan," gerutu Daphne. Lalu kami tertawa bersama.

Sampai di kelas Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, kami pun masuk.

Tak lama, Snape pun masuk lalu mulai mengajar.

"Jadi, hari ini kita akan belajar manta non-verbal. Ada yang tahu keuntungan dari mantra non-verbal?" tanyanya datar.

Sebenarnya aku tahu, tapi aku malas mengangkat tangan.

Dan kebetulan saja  seorang gadis Ravenclaw mengangkat tangannya. Kalau tak salah, itu Loony Lovegood.

Aku heran kepada orang tuanya, bisa-bisanya mereka memberi nama anak mereka dengan nama Loony--Gila!

"Musuh kita tak mendapat peringatan tentang jenis sihir apa yang akan kita lakukan," kata si Loony, "dan ini memberi kita keuntungan sepersekian detik."

"Jawaban yang dikutip nyaris per kata dari Kitab Mantra Standar, Tingkat 6," kata Snape merendahkan.

Aku melihat Malfoy terkikik di sudut. Dan aku tak mendengarkan penjelasan Snape yang selanjutnya.

Bah, untuk apa mendengarkan penjelasan konyol dari Snape? Dad bahkan sudah menjelaskannya berulang kali.

"Sekarang kalian akan dibagi berpasangan," Snape melanjutkan. "Partner yang satu akan berusaha menyerang yang lain tanpa mengucapkan mantranya. Yang satunya lagi berusaha menolak serangan dengan sama diamnya. Laksanakan."

Kebetulan sekali, aku bersama si muka-anjing-pug. Siapa lagi kalau bukan Pansy Parkinson?

Alih-alih diam, beberapa murid (termasuk Pansy didepanku ini) membisikkan mantranya. Padahal sudah jelas kami tidak boleh mengucapkan mantranya.

Hello, Cousin! • DramioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang