CAM RESMI MENIKAH (?)

13 1 0
                                    

Acara dimulai. Para tamu disuruh untuk duduk ditempat yang telah disediakan. Sarah dan Angel memilih untuk duduk dibagian tengah.

"Baiklah tamu kami yang terhormat, acara sudah dimulai. Diharap semuanya tenang. Acara pertama yaitu pemasangan cincin," ucap pembawa acara itu. Semua orang bertepuk tangan.

"Ngel, aku ke toilet dulu ya."

Alasan Sarah ke toilet cuma satu. Yaitu, tidak ingin melihat Cam menikah dengan calon istrinya itu. Rasanya sakit sekali.

Sesampainya dikamar mandi, Sarah mengelap air matanya yang menetes itu dengan tisu. Ia melihat make-up nya telah luntur. Tapi ia tidak peduli. Ia menangis sekencang-kencangnya agar semua emosi nya terkeluarkan. Tiba-tiba,

"Nangis?" tanya Cam. Sarah terkejut lalu cepat-cepat mengelapnya menggunakan tisu.

"Tadi mata aku kelilipan. Eh kamu ngapain ditoilet perempuan? Keluar sana," jawab Sarah.

"Kamu gila ya? Udah jelas ini toilet laki-laki dibilang perempuan!" ucap Cam ketus.
Rupanya saking buru-buru, Sarah sampai tidak tau bahwa ia sekarang sedang di toilet laki-laki.

"Ya udahlah lagian aku juga ga buat macam-macam. Ntar lagi aku keluar. Lagipula kenapa kamu disini sih? Kan acara sudah mulai. Tuh lagi acara pemakaian cincin."

"Bentar lagi lah. Masih capek," jawabnya.

"Tapi gimana sama calon istri kamu?"

"Ha maksudnya? Calon istri apaan sih? Ngomong yang jelas dong!" Sarah bingung.

"Jadi yang nikah itu siapa? Kamu kan?"

"Abang aku. Udahlah capek ngomong sama orang bego." Cam berjalan meninggalkan Sarah.

"Hah? Jadi ternyata yang nikah itu bukan Cam melainkan abangnya? Berarti aku salah sangka dong." Rasanya hati Sarah lega tidak ada yang terganjal lagi. Sarah memperbaiki make-up nya lalu pergi.

"Kamu kenapa, Sar? Kok senyum-senyum sendiri gitu?" tanya Angel heran.

"Lihat aja nanti," jawab Sarah. Angel tambah heran.

"Selamat kepada Bryan dan Alice! Kalian telah resmi menjadi pasangan suami istri."
Angel terkejut.

"Apa?!"

"Iya. Rupanya yang nikah itu abangnya Cam bukan si Cam. Kita salah sangka," jelas Sarah.

"Syukurlah. Btw, kamu tau darimana?"

"Tadi Cam yang bilang ke aku," jawab Sarah. Angel hanya mengangguk saja.

***

Acara sudah selesai. Sarah dan Angel berpamitan pulang.

"Mr.Sam, kami pulang dulu ya," ucap Sarah dan Angel.

"Tunggu." Mr.Sam seperti mengeluarkan sebuah kertas.

"Sarah, tolong kamu ketik ini lalu print ya. Besok serahin aja sama si Cam. Soalnya saya besok tidak bisa datang karna ada urusan."

"Baik, Mr."

Sarah dan Angel pun pulang.

***

"Ini," ucap Sarah sambil menyerahkan sebuah kertas.

"Apa nih," tanya Cam datar sambil tetap membaca bukunya.

"Kemarin Mr.Sam nyuruh aku ketik terus print. Ini dia hasilnya."

"Terus kenapa kasihin ke aku?" tanya Cam sedikit ketus sambil menatap muka Sarah.

"Mr.Sam nyuruh serahin ke kamu."

"Oh. Yaudah pergi sana," usir Cam.

Sarah kemudian pergi.

"Lihat kamu natapin aku aja, aku udah senang banget, Cam," ucap Sarah dalam hati.

Jam sudah menunjukkan pukul 23:00 malam. Sarah sudah menyelesaikan pekerjaannya. Sekarang waktunya ia pulang. Disana sudah tidak ada orang lagi keculi ia dan Andre. Itupun Andre sudah pulang barusan.

"Eh, itu lampu Mr.Sam kenapa masih hidup? Kok ga dimatiin." Sarah berjalan mendekat ke pintu itu. Tiba-tiba saat ia membukanya,

"Cam! Cam! Bangun!" ucap Sarah sambil memgguncangkan badan Cam. Tapi Cam tidak bangun-bangun juga. Akhirnya, ia membawa Cam kerumah sakit.

***

"Bagaimana Dok keadaan teman saya?" tanya Sarah.

"Kamu keluarganya?" tanya Dokter itu.

"Bukan, Dok. Saya temannya."

"Mana keluarganya?"

"Lagi ada urusan, Dok. Kasih tau ke saya aja nanti saya sampein."

"Begini. Cam terserang penyakit kanker paru-paru stadium 1 dan serangan jantung. Ia harus menjaga paru-paru nya dan tidak boleh banyak pikiran. Jangan sampai ia merokok lagi dan stress berlebihan ya."

"Baiklah, Dok."

Sarah terkejut dengan penyakit yang diderita Cam. Ia merasa kasihan.

"Cam, ternyata kamu sudah bangun," ucap Sarah sambil duduk disebelahnya.

"Aku lagi dimana?"

"Lagi dirumah sakit."

"Ngapain?"

"Tadi kamu pingsan. Kata dokter kamu cuma kelelahan doang kok," jawab Sarah berbohong. Ia terpaksa berbohong agar Cam tidak banyak pikiran.

"Kalau gitu aku mau pulang."

"Eh tunggu. Biar aku antarin kamu aja."

"Ga usah. Aku bawa mobil."

"Ga boleh nolak! Kamu harus pulang sama aku," ucap Sarah sambil menarik tangan Cam pelan.

Sesampainya di Apartemen Grand Future, Sarah memegang pundak Cam agar ia tidak terjatuh.

"Ngapain sih megang-megang. Lepasin," ucap Cam ketus. Sarah tidak melepaskannya. Karena Cam masih belum kuat, ia tidak bisa melawan lagi.

"Eh, Sarah. Cam, kamu kenapa?" ucap Mrs.Connie istri dari Mr.Sam.

"Mrs.Connie, saya ingin bicara sebentar. Tapi hanya berdua." Cam lalu masuk kedalam kamarnya.

"Mr.Sam nya ada?" tanya Sarah.

"Beliau sedang pergi. Kamu mau bicara apa, Nak? Nanti saya sampaikan kedia saja."

Sarah menceritakan semua kejadiannya ke Mrs. Connie. Mrs.Connie sangat-sangat terkejut.

"Baiklah. Nanti saya sampaikan. Terima kasih ya, Sarah."

Sarah pun pulang dengan hati yang sedih. Ia tak ingin Cam akan mengetahui itu semua.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Berawal Dari TatapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang