Kring.. Kring..
Ah, ini benar-benar sangat mengganggu. Mataku sangat sulit untuk kubuka. Mungkin, ini akibat menangis semalaman tadi.
Hanya Jimin yang bisa membuatku menangis dan tertawa. Walaupun, aku tahu dia tidak merasakan yang sama padaku.
Kuraih benda menyebalkan itu, lalu menempatkannya di bawah bantalku. Berharap suara itu tidak terdengar lagi nantinya.
Nihil, jam beker itu terus berbunyi keras di bawah telingaku. Mau tidak mau, aku pun harus segera bangkit dari kasur empukku ini.
Sangat berat rasanya untuk membangunkan tubuhku. Kepalaku rasanya berguncang kesana-kemari.
Dan pada akhirnya, aku teringat bahwa kemarin aku lupa berobat rutin. Kenapa aku harus mempunyai penyakit seperti itu sih? Aku sangat membencinya.
Aku meraih kotak obat yang terletak di atas meja belajarku serta langsung mengambil 3 pil sekaligus.
Kutenggakkan 3 pil tersebut yang disusul dengan air mineral setelahnya. Aku harap ini bisa menghilangkan rasa sakitnya.
Lima detik...
Sepuluh detik...
Dua puluh detik...
Ini tidak bekerja. Ah! Sial, kepalaku justru semakin berputar kesana-kemari. Aku sudah tidak kuat lagi.
Kubangunkan tubuhku yang menjadikan meja belajar sebagai tumpuanku. Tapi, tanganku sudah tidak sanggup lagi rupanya.
Semua tubuhku rasanya berat dan sakit. Badanku yang menggigil juga ikut serta dalam keadaan ini.
Han Sora, kau harus kuat! Kau harus bisa melawan penyakitmu sendiri.
Hingga pada akhirnya, mata ini memerintahkan untuk menutup serta melemaskan seluruh pasukannya. Gelap. Semuanya gelap. Mati rasa. Tidak ada yang kurasakan.
☀☀☀
Kubuka mataku perlahan saat tubuhku sudah mulai membaik. Setelah ku buka mataku, orang yang pertama kali kulihat adalah Park Jimin.
Mataku terbelalak. Hatiku berdegup kencang. Jantungku juga berdenyut cepat.
Ada apa gerangan? Untuk apa dia datang kesini?
"Jimin sunbae?" panggilku tidak percaya padanya.
Ia menoleh ke arahku, "Eoh, jangan berpikir aku perhatian padamu. Tadi, aku pergi ke rumahmu hanya untuk mengembalikan buku yang dipinjam sepupuku Jung Yosan."
"Terus aku lihat kau pingsan di rumahmu sendiri. Jadi kutelepon Yosan untuk membawamu kesini." katanya menjelaskan.
Ia melanjutkan, "Berhubung Yosan ada ulangan harian, dia menyuruhku untuk menjagamu di sini. Walaupun aku tidak mau, tapi mau bagaimana lagi?"
"Yang ada nanti aku justru dipukuli habis-habisan oleh Yosan." ucapnya panjang lebar, dengan tujuan agar aku tidak salah paham.
Memang seharusnya kau tidak boleh berharap lebih, Han Sora.
"Arra sunbae." jawabku lesu.
Kubangunkan kepalaku dari bantal yang terletak tepat di bawah kepalaku. Ekspetasiku berkata bahwa ini sudah tidak sakit lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Balloons
Fanfiction"Same with the balloons. Dont release that rope, because if you release that rope. It never comeback for you."