Gadis itu terengah-engah menyusul targetnya, "Park Jimin sunbae!" teriaknya terus-menerus. Tetapi, yang dipanggil justru tidak menggubris.
Terkadang gadis itu bingung pada Jimin. Ia bisa berubah menjadi hangat atau dingin dalam waktu singkat. Benar-benar pribadi yang aneh tapi ia suka.
"Sunbae!" teriaknya untuk sekian kali. Ia menambah kecepatan berlarinya untuk mengejar Park Jimin si pria dingin.
Dapat. Gadis itu, Sora, berhasil mendapakan tangan Jimin. "Chakamman, sunbae." ia menyodorkan sekotak makan lengkap dengan lauk yang ia ketahui bahwa itu kesukaan Jimin.
"Oppa, aku memasak ini khusus untukmu." katanya dengan senyum lebar yang menghiasi wajah manisnya.
Jimin tertegun. "O-oppa? Ya! Sejak kapan aku menjadi oppa mu?" protes Jimin tidak terima. Ia melihat kotak makan itu, lalu berkomentar lagi, "Sejak kapan aku memakan seafood? Bahkan, aku alergi makanan itu."
Mata Sora terbelalak tidak percaya mendengar perkataan Jimin. "Jinjja oppa? Mm-maksudku sunbae?"
"Ambil kotak makanmu kembali, aku tidak akan memakannya." ucap Jimin yang kemudian berjalan menuju arah kantin.
Ah, sial. Kau bahkan tidak tahu-menahu tentang ini, Han Sora. Kasihan sekali dirimu yang sudah rela bangun lebih pagi demi memasakkan makanan untuk Jimin.
Sora hanya menatap lesu kotak makannya. Tidak tahu harus berbuat apa dengan kotak makan ini. Padahal, ia sudah berharap banyak bahwa Park Jimin akan menyukai ini.
Sora berbalik menuju kelasnya dengan wajah yang ditekuk. Sial, ia sangat ingin menampar Yosan sekarang. Pasalnya Yosan yang memberi tahunya bahwa seafood adalah makanan kesukaan Jimin.
Ia memasuki kelasnya, matanya langsung tertuju pada gadis yang duduk menyamping sembari berbincang-bincang dengan 2 orang perempuan lainnya.
Sora mendekati gadis itu, "Ya! Yosan-ah, dia—" belum sempat Sora menyelesaikan kalimatnya, air matanya turun begitu saja. Yosan panik seketika, ia memeluk sahabatnya dengan sigap.
"Sora-ya, neo wairae?" tangan Yosan bergerak mengelus punggung Sora yang terisak. Ia menunggu jawaban dari temannya itu.
"K-kau bilang Jimin menyukai seafood tapi nyatanya dia alergi makanan itu." kata Sora susah payah menjawab pertanyaan Yosan. Suaranya terdengar parau diiringi isakan tangis disela-sela perkataannya.
Gadis berkacamata itu mengernyitkan dahinya, "Jimin alergi seafood? Tidak mungkin," ucapnya mantap. Ia berusaha mengingat dimana kejadian saat Jimin memakan seafood dengan sangat lahap. Ia tidak mungkin salah.
Sora mengatur isakannya, lalu kembali berkata, "Jimin yang bilang sendiri padaku bahwa dia alergi seafood." matanya menatap miris makanan yang ada di dalam kotak makan itu.
"Yosah-ah!" rengeknya kembali menangis dipelukan Yosan. "Aku tidak yakin kalau aku bisa meluluhkan hati Jimin sunbae."
"Ya! 2 tahunmu mau kau sia-siakan begitu saja hanya karena makanan ini? Kau ingin menyerah?" tanya Yosan bertubi-tubi.
Sora melepaskan pelukannya. Menatap Yosan dengan sangat mantap, "Ani, aku tidak ingin menyerah sampai aku benar-benar mendapatkannya." ia tersenyum gembira.
"Aish, Han Sora sudah kembali? Sudah tidak menangis lagi?" ledek Yosan.
"Tapi tetap saja aku merasa bodoh, makanan kesukaannya saja aku tidak tahu, huaa.." Sora merengek lagi dipelukan Yosan.
Di pintu sana, Jimin melihat semuanya. Ia tersenyum lebar sambil berdesis, "Aish, anak ini," kemudian pergi dari sana secepat mungkin. Takut jika orang lain menyadarinya.
☀☀☀
"Jimin-ah," panggil seseorang tiba-tiba. Jimin menoleh ke asal suara, ia mendapati Yosan yang berdiri tidak jauh darinya. "Eoh?" jawabnya.
"Sejak kapan kau alergi seafood?" tanya Yosan langsung pada topik pembicaraan yang ia rencanakan.
Jimin memberikan jeda pada jawabannya, "Sejak 4 bulan yang lalu," gadis itu menatap Jimin tidak percaya. "Jinjja?"
Bukannya menjawab, pria dengan iris mata berwarna coklat tua itu justru berjalan mendahului gadis yang tengah meraung karena ulahnya. Ia berjalan menuju halte bus tempat ia menunggu bus setiap harinya.
Telinganya sudah ia tenggerkan headset yang sudah tersambung ke ponselnya. Jimin memutar playlist bernama 'My feeling'. Di dalam playlist itu terdapat lagu-lagu kesukaan Jimin yang tentunya memiliki arti dalam.
Ia menutup matanya, meresapi lirik yang mengalir di setiap nadanya. Hingga akhirnya, ada seseorang yang menarik satu headsetnya. Siapa yang berani mengganggunya? Sungguh, Jimin akan memaki orang itu.
Gadis itu tersenyum manis kepada Jimin, "Mian, aku mengganggumu, oppa."
Jimin mengurungkan niatnya untuk memaki orang itu. Ia justru menanti kalimat selanjutnya yang akan keluar dari bibir cherry itu. "Apa lagi?"
"Ani, geunyang, aku ingin bersamamu sebentar saja," seru gadis itu apa adanya. Jimin memutar bola matanya. Sungguh cheessy, gadis ini. Pikir Jimin.
Jimin mendecak meremehkan, "Apa katamu saja," kemudian ia memasangkan sebuah headsetnya kembali.
"Park Jimin, inikah rasanya duduk sedekat ini denganmu? Eoh, chakamman, hatiku berdegup sangat kencang." seru gadis itu di dalam hatinya.
Ia sangat senang hari ini karena bisa duduk tepat di sebelah Jimin, sungguh. Benar kata orang, setelah hujan akan ada pelangi yang muncul. Dan ia mengalaminya sekarang.
Sora tidak henti-hentinya menatap Jimin dalam diam, namun tiba-tiba Jimin berdiri dan membuyarkan seluruh lamunan yang telah gadis itu rangkai dalam otaknya.
"Oppa, galge!" tangannya melambai ke arah Jimin yang berjalan menuju bus. Beruntungnya, Jimin sempat melihat ke arahnya. Oh tidak, pria itu tersenyum.
God, his smile is my precious thing. For the first time, i got his smile. Keep smiling and i'll make you smile always.
☀☀☀
Annyeong! I'm back.
Vomentnya yaw~

KAMU SEDANG MEMBACA
Balloons
Fanfiction"Same with the balloons. Dont release that rope, because if you release that rope. It never comeback for you."