Sehabis melaksanakan shalat isya berjamaah dan diteruskan tadarusan. Sekarang adalah waktunya untuk makan malam.
Sebelum makan malam, semua santri dipersilahkan menyimpan alat sholat terlebih dahulu dan membersihkan kamar. Ralat; bukan kamar. Namun kasur masing-masing serta barang masing-masing. Untuk yang membersihkan kamar sudah ada jadwal piketnya. Dan Rahma kebagian hari kamis.
Kasur Rahma sudah rapi; rapi dalam artian berantakan bagi santri yang lain, rapi bagi Rahma. Bagaimana bisa Rahma merapikan kasur sendiri? Selama ini kasurnya selalu dibereskan oleh pembantu. Tugas Rahma hanya membuatnya acak-acakkan.
"Hari ini yang piket siapa?" Tanya Rahma sambil berusaha melipat selimut.
Salah satu santri angkay bicara, "aku." Ucapnya singkat.
Rahma mengangguk dan kemudian mengambil sesuatu dibalik kasurnya. "Ah, untung masih ada batere."
Semua terkejut karena Rahma kini sedang memegang hp. Dimana untuk hari-hari biasa para santri dilarang untuk memegang apalagi memainkan. Bagi yang ketauan memainkan hp, akan dapat hukuman sesuai guru.
"Rah, kok kamu bisa pegang hp?" Tanya salah satu santri sambil gemeteran.
Rahma menengok, "lah emang lo gabisa pegang hp? Nih tinggal pegang, gampang kok." Menyodorkan hpnya pada Husna dan maju selangkah mendekati mereka.
Semua tersentak dan mundur selangkah. "Mending kamu jangan pegang hp di kawasan sini deh, rah. Bisa gawat." Peringat Rianty.
Mendengar itu Rahma malah cekikikan. "Gawat ngapa si, nyelo aja." Ucapnya tenang.
Semua teman sekamar Rahma bermuka gelisah bak anak kecil yang diculik dan dijadikan pengemis jalanan.
Melihat ekspresi muka teman-temannya Rahma tertawa ngakak lalu kembali menyimpan hpnya dibawah kasur.
Rahma kembali menoleh ke teman-temannya yang masih memasang ekspresi seperti tadi. "Ayo deh ke ruang makan."
Kemudian mereka pun berjalan beriringan menuju ruang makan tepat di sebelah asrama akhwat.
Seperti biasa, ruangan antara ikhwan dan akhwat tidak dipisah. Namun ada kain yang memotong ruangan itu sehingga terpisahlah antara ikhwan dan akhwat.
Makan disini prasmanan. Jadi terserah mau mengambil berapa banyak nasi juga. Untuk menu kali ini ada tempe, tahu, capcay, sambal, dan juga kerupuk.
Semua mengantri menunggu giliran mengambil makanan. Begitupun dengan Rahma. Sekarang dia sudah memegang piring yang berisikan sedikit nasi dan hendak mengambil beberapa lauk.
Rahma melihat-lihat menu makanan dengan heran. "Gada ayam krispi apa?" Tanyanya pada salah satu teman yang ada di sisinya.
Mendengar pertanyaan itu Husna malah tertawa. "Boro boro ayam deh, telor aja jarang." Jawabnya.
"Lah ngapa?" Tanya Rahma heran. "Bukannya protein penting untuk tubuh?"
"Kan udah ada tahu tempe." Kemudian berjalan mendahului Rahma.
Rahma memang sangat tidak doyan yang namanya sayuran dan tempe. Makanya sekarang dia bingung mau makan apa. Antara laper dan tidak suka bergelutan didalam benak Rahma.
Dengan perut yang lapar Rahma mengambil satu tahu, sesendok sambal dan 3 buah kerupuk. "Untung kerupuk kesukaan gue."
Semua santri duduk dibawah dan menunggu teman yang lainnya mengambil nasi agar berdoa bersama sebelum makan.
Setelah semua sudah selesai mengambil nasi, berdoa bersama pun dimulai. Kemudian para santri diperbolehkan makan.
Dengan lahap para santri memakan makanan yang berada di dalam piring mereka masing-masing. Berbeda dengan Rahma. Dia terlihat kurang nafsu memakan makanannya.
Melihat Rahma yang kurang semangat makan, guru penanggung jawab Rahma pun turun tangan.
Bu Santi, guru pembimbing Rahma yang ditunjuk oleh kepala yayasan untuk mengawasi Rahma selama sekolah.
Bu Santi pun mendekati Rahma dan duduk di pinggirnya. "Kok gak semangat makannya rah?"
Rahma mendesah, "ini bu makanannya pedes banget." Keluh Rahma.
"Yeu, namanya juga geped atuh rah." Ucap Bu Santi sambil cekikikan sendiri.
Kening Rahma mengkerut. "Hah? Geped? Apaan tuh bu?"
"Kamu mah taunya tahu pedas ya rah, bukan geped. Padahal geped itu bahasa gaul loh kalau disini." Ucapnya lagi.
Mendengar kata tahu pedas Rahma terbang keingatan dimana itu ingatan yang sangat memalukan.
Dimana Rahma sedang mengendarai motor di sekitaran komplek dan tak sengaja menabrak gerobak tahu pedas. Gerobak punya bang Komar pun hancur parah. Namun ada beberapa tahu pedas yang masih utuh dan layak dimakan.
Kemudian sebagai ganti ruginya ia membeli semua tahu pedas serta gerobaknya di perbaiki. Tentunya menggunakan uang mamanya setelah merengek meminta uang untuk ganti rugi. Mamanya mengiyakan dengan syarat uang bulanan Rahma dipotong untuk biaya ini.
Setelah membayar semua tahu pedas serta biaya perbaikan gerobak. Malamnya Rahma menghabiskan semua tahu pedas dengan alasan mubadzir padahal doyan. Nasib Rahma sedang kebalik. Yang seharusnya bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Ini malah bersenang dulu memakan tahu pedas yang enak, eh malamnya ia bulak-balik kamar mandi tiada henti.
Menginat kejadian itu membuat Rahma ketawa-ketiwi sendiri. Bu Santi yang melihat itu hanya terheran kemudian makan bersama disamping Rahma.
Aduh guys maapin deh makin ngawur. Gue gatau mau gimana ni alur cerita ehe.
Tapi tetep baca ya gaes🙏