"Saya mengundurkan diri saja." Setelah enam bulan bekerja dibawah tekanan bos.
Pak Iksan menghela nafas mendengar ucapanku. "Ya sudahlah, kalau itu maumu."
Dan mulai saat itu aku berjuang sendiri di Jakarta dengan caraku sendiri. Mulai dari kost dan akhirnya saya sewa rumah di daerah Kelapa Gading. Aku buka kost kostan di sana.
Tapi saya masih berhubungan dengan Pak Iksan. "Kenapa kamu ga mau ngajar les saja. Anak SD saya rasa tidak susah." Saran Pak Iksan.
Hmm.. Aku mengikuti sarannya. Dengan selembar karton bekas yang ku tulis: Menerima Les SD, ku letakkan di pintu pagar.
Aku tidak pernah berpikiran untuk menjadi guru. Siring waktu, muridku pun bertambah banyak. Mau gak mau aku harus pindah ke tempat yang lebih luas.
"Jadi.. Kamu sudah tidak kerja di tempat itu?" Ternyata Pak Iksan juga sudah keluar dari sekolah itu.
"Kalau gitu.. kamu tinggal bareng aku saja. Kebetulan rumah yg ku sewa ini cukup besar." Saranku kepada Pak Iksan.
Kita tinggal bersama dan Pak Iksan bagaikan seorang bapak bagiku. Sambil membantu saya menjadi guru les, dia juga sudah mendapat pekerjaan menjadi Kepala Sekolah di daerah Tanggerang.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED
Non-FictionKisah nyata Herman Angkasa www.youtube.com/HermanAngkasaQilax