Antara Tugas Dan Tanggung Jawab

2.7K 119 8
                                    

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 H readersku.. Taqabalallahu Minna Wa Minkum, semoga semangat puasa tetap berjalan ya. Jangan kasih kendor ibadahnya :)

Okey happy reading.

___________

Aku tersentak ketika merasakan sebuah tangan melingkar tiba-tiba di pinggangku. Aku yang sedang baringan di kamar langsung menoleh.

"Mas?"

"Hm.." Gumamnya. Mas Yori mengeratkan pelukannya dari belakang tubuhku. Aku berbalik, menatap wajah lelah milik suamiku. Sedangkan ia memejamkan matanya.

"Aku siapin makan, ya!"

Gerakanku terhenti ketika Mas Yori menahannya. "Nanti aja, sini dulu, aku butuh kamu."

Aku menurut membiarkan Mas Yori memeluk tubuhku, kuusap lembut wajah dan rambutnya yang basah.

"Kenapa sih?"

"Cape, Yang."

Oh jadi itu. Aku tersenyum tipis lalu mencium pipinya sekilas. Kasian, beberapa hari ini dia sibuk persiapan AKS. Setiap hari latihan fisik yang dimulai dari jam lima pagi hingga sore.

Oleh sebab itu juga, walau galau setengah mati karena akan ditinggal namun aku berusaha tegar didepan Mas Yori, aku tidak ingin menambah beban pikiran untuknya. Lagipula sebagai istri aku tidak mau di cap sebagai istri yang menghambat karir suami, AKS ini adalah salah satu kegiatan yang di nanti para Komandan Satuan.

"Yaudah istirahat dulu aja." Ujarku seraya membalas pelukan Mas Yori.

====

Aku tidak bisa menahan air mataku lagi, bulir-bulir bening itu meloloskan diri dari pertahanan melihat Mas Yori sudah mengenakan pakaian lengkap, membawa tas ransel serta travel bag khas TNI AD ditangan kanannya.

Mas Yori berjalan mendekatiku yang duduk di pinggir ranjang, bibirku bergetar, rasanya aku tidak sanggup berkata-kata lagi. Aku sangat ingin menangis sekarang, bagaimana aku bisa melewati masa hamil besarku tanpa Mas Yori. Bagaimana ini?

"Aku.. berangkat, yah." Pamitnya.

Aku mengangguk disertai air mata yang terus meleleh. Mas Yori menurunkan ransel dipundaknya lalu mencium keningku. Bukannya berhenti malah makin terisak didadanya.

"Sudah.. kenapa jadi nangis?" Tanyanya tak habis pikir, "Kalau kamu nangis gini bikin aku malas berangkat."

Kueratkan pelukanku dipinggangnya.

"Sudah jangan nangis, kemarin-kemarin aku tinggal nggak nangis kok."

Kupukul dadanya pelan, "Hiks.. kan.. beda," Jawabku terbatah. "Kali ini Mas lama banget perginya."

"Astaga, Yang," Decaknya dengan nada menyebalkan. Seakan kepergiannya ini hanya hal sepeleh buatnya. "Cuma sebulan ini."

"Sebulan itu lama. Mana aku hamil besar gini."

Aku masih terus saja mengeluarkan protes sementara dia hanya diam mendengarkan kegalauanku sambil mengelus punggung dan mengecup puncak kepalaku.

Tok.. Tok.. Tok..

"Vit.. Yori.. Sarapan dulu!" panggil Ibu dari luar kamar. Saat ini Ibu mertua serta Mami berada di rumah dinas ku. Mulai hari ini hingga sebulan kedepan Mami yang akan menemaniku di Asrama. Ya, mungkin akan gantian dengan Ibu nanti.

Sebagai istri Danyon aku harus tetap berada di Asrama untuk memenuhi tanggung jawabku pada anggota yang harus tetap ku perhatikan.

Mas Yori menguraikan pelukannya, "Sudah." Kutelan air mata terakhirku, sementara Mas Yori menunduk mensejajarkan wajahnya tepat di perutku.

A Lucky to Have YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang