gajah

41 3 13
                                    

Aku bingung, kenapa anak-anak masih saja menggangguku. Dahulu, waktu aku masih SMP, aku pikir mereka hanya bercanda. Bahkan, temanku ada yang bilang, "sabar aja, nanti pas udah SMA juga mereka enggak akan kayak gitu. Ini mereka masih kayak anak kecil. Jadi sabar aja yaa."

Aku pikir ucapan temanku itu benar. Tapi, ternyata semuanya salah. Justru sejak aku SMA, semuanya menjadi sangat kacau. Aku menjadi semakin di bully.

Apa karena sebuah nama, aku di bully seperti ini?

"Udahlah, Din. Jangan putus asa gitu. Nama lo bagus, kok. Mereka aja yang iri sama nama lo." Ujar Sisca, salah satu sahabatku sejak aku kecil.

"Iya, Din. Gak usah dengerin apa kata mereka. Yang paling penting kan lo pinter, enggak kayak mereka yang cuma kerjaannya ngebully orang dan juga bego." Ujar Aldo.

Keduanya merupakan sahabatku. Sebenarnya masih ada dua sahabatku yang lainnya, yaitu Romi dan Angel Tapi, keduanya tidak satu sekolah dengan kami.

Dengan kehadiran mereka, aku tidak lagi merasakan putus asa. Mereka semualah yang membuatku semangat. Tidak takut dengan rintangan apapun yang ada di depan mataku.

Bahkan, semua cacian yang hadir ke dalam hidupku, menjadi sebuah motivasi tersendiri bagiku. Dengan adanya celaan, membuat diriku ingin bangkit, membuat diriku ingin menunjukkan kepada mereka, bahwa nama bukanlah segalanya.

Namaku memang Udin, terdengar sangatlah kampungan. Tapi, aku tidak ingin nasibku juga kampungan. Aku ingin menjadi seorang yang sukses.

Dengan semangat yang aku miliki dan dorongan yang selalu sahabatku berikan, aku pun kini menjadi seorang Direktur di salah satu perusahaan terbesar di Indonesia.

Bukannya aku ingin pamer. Tapi, inilah hidup. Terkadang, sesuatu yang dulunya tidak indah, jika kita selalu bersabar, berdoa, dan berusaha, semuanya akan indah pada waktunya.

Teman-teman sekelasku zaman SMP dan SMA yang sering menghinaku, bahkan ada masih ada yang belum mendapat pekerjaan. Diantara mereka, ada yang meminta pekerjaan dariku, ada juga yang menjadi bawahanku di kantor.

Aku sendiri biasa saja, tidak berlaku seenaknya. Malahan, mereka yang dulu menghinaku kini menjadi malu kepada dirinya sendiri. Terkadang, mereka menunduk kalau bertemu denganku, ada juga yang menyapaku dengan malu-malu.

Dari sini aku belajar, bahwa semuanya tidak akan pernah sama. Yang dulunya kaya, tidak akan selamanya kaya. Yang dulunya miskin, tidak akan selamanya miskin. Semuanya akan berubah.

Dulu, aku sering dihina akibat namaku yang kampungan. Kini mereka yang menghinaku melihat diriku sebagai seseorang yang hebat. Seseorang yang tidak pantas dihina.

Aku cukup bangga dengan semua usahaku selama ini.

-the end-


Note: well, sebenernya cerita ini idenya datang sendiri, dan gue sendiri emang ngembangin cerita ini dari banyak kisah yg sering terjadi di dunia nyata.

Saran dari gue. Buat kalian yg sering ngehina orang, coba udahanlah ngehina atau ngebully mereka. Semuanya akan berubah, bahkan hinaan dan cacian yg kalian kasih mungkin akan jadi penyemangat sendiri buat org yg kalian hina. Ada juga yg bakal mikir buat udahin hidup ini dengan hinaan yg kalian kasih.

Menghina atau ngebully tuh enggak bagus. Mending kalian tobat. Anjayyy.

Udah deh itu aja, panjang amat author notes dari gue wkwkwk.

Salam hangat dari Vinda xx

shorty storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang