Senja Itu di Praha

75 6 0
                                    

"Jadi... Seunggi-ssi, reporter yang terkenal itu," tanya Soohyun sambil menggenggam tangan pria di depannya, ia menyambut salam yang diulurkan pria itu untuk berkenalan dengannya.

Ara pernah bercerita pada Soohyun, memang tidak ada rahasia lagi bagi mereka. Itu prinsip mereka, dalam pernikahan mereka tidak ada lagi rahasia baik di masa lalu, masa kini, maupun masa yang akan datang. Maka bisa dipastikan, Soohyun tahu betul siapa Lee Seunggi yang ada di hadapannya saat ini.

"Kim Soohyun, dokter anak terbaik seantero Korea. Senang bertemu dengan mu di sini. Sungguh kebetulan yang tidak terduga." Seunggi menyunggingkan senyum simpatik pada pria yang ada di hadapannya.

Berbeda sekali dengan Ara yang tampak diam, ia duduk di antara kedua pria itu di meja bundar yang terletak dekat dengan jendela, tak begitu nyaman dengan pertemuan mereka kini.

Di sinilah mereka bertiga akhirnya, di kedai waffle favorit Kim Soohyun ketika ia tinggal di kota Praha beberapa waktu yang lalu saat ia melakukan pertukaran pelajar. 

"Sudah siap dengan pesanan anda, Tuan - tuan dan Nyonya?" pelayan itu siap dengan pena dan note blocknya yang berwarna kuning.

"Aku, waffle dengan saus blueberry dengan topping es krim vanilla, sedangkan untuk istriku..-"
"Waffle dengan saus cranberry dengan topping es krim strawberry dan taburan chocochips" ujar Seunggi dengan lancar, persis seperti kesukaan wanita yang menatap pria mantan kekasihnya itu dengan tak percaya. Ia masih ingat dengan jelas hal sepele itu.

Gila, pikir Ara sementara itu.

Pun dengan Soohyun yang memandang pria di sebelah kiri istrinya itu dengan pandangan yang sulit diartikan, bingung mungkin, kesal mungkin.. Entahlah.

Seolah tak peka dengan keadaan yang tiba sunyi senyap dari pasangan Kim, Seunggi sendiri menyebutkan pesanannya dan memesan beberapa hidangan lain untuk mereka. Saat pelayan itu selesai mencatat dan pergi, saat itu pula Seunggi menyunggingkan senyum di bibirnya dan berkata,

"Kebiasaan lama sukar dilupakan. Maaf, aku tidak bermaksud apa - apa." ucapnya terdengar lugas.

Ara yang mendengarnya menjawab dengan nada yang tak kalah lugas.

"Tidak masalah, apa yang ku suka ternyata sudah menjadi rahasia umum kalau begitu."

Mereka pun berbincang - bincang sambil menunggu pesanan mereka datang dan ketika pesanan telah datang, mereka makan tanpa ada satupun yang mengeluarkan sepatah kata. Mereka menikmati apa yang tersaji tapi enggan mengungkapkan apa yang mereka rasakan dan mereka pikir sepanjang mereka makan. Hanya diam, sunyi yang tadi sempat mampir kini datang kembali. Terlihat canggung? Tidak juga, mereka malah terlihat seperti penjaga attitude selama makan dengan tidak bersuara sama sekali.

"Jadi, apa yang membawamu sampai ke Praha, Seunggi-ssi?" tanya Soohyun saat ia selesai menyeka mulutnya dengan serbet makan.

Seunggi menyesap jus jeruknya sebelum menjawab pertanyaan dari suami cinta pertamanya itu,

"Seperti biasa, pekerjaan. Aku meliput berita untuk kunjungan Presiden kita ke Republik Ceko."

"Ah, begitu? Bukannya itu kemarin?" tanya Soohyun lagi, Ara baru saja menyelesaikan suapan terakhirnya kini perempuan itu mohon pamit ke kamar kecil.

Pandangan Seunggi terus mengikuti kemana perempuan itu berjalan hingga ia menghilang di balik tembok toilet.

"Ya, memang. Hari ini aku menghabiskan waktu ku sendiri. Besok kami akan kembali ke Korea." jawabnya lagi.

"Bagaimana dengan kalian, Soohyun - ssi?" tanya Seunggi kemudian.

"Kami? Menurutmu?" sudut bibir Professor muda itu terangkat sebelah. Ia menyunggingkan seringai kemudian menyesap espressonya dengan santai.

PraharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang