Matahari muncul malu malu dibelakang awan membangunkan Nasya yang terlelap dalam tidurnya. Semalaman Nasya hanya menangis. Seharusnya dia sadar dari awal kalau dirinya sungguh tak pantas untuk orang sesempurna Daffa.
Nasya beranjak dari tempat tidurnya hendak mandi. Setelah mandi dia hendak mengoleskan cream wajah agar wajahnya terlihat tidak pucat akibat dirinya menangis semalaman.
"sayang turun, makan" teriak sang mama, Patricia. Dengan sigap Nasya menuruni anak tangga dan menemui mama dan papanya.
Seperti biasa sarapan pagi selalu diawali dengan roti dan susu. Kini Adrian, papa Nasya sedang membaca koran dan menyeruput teh nya pelan pelan.
Setelah semua selesai mereka pun berangkat bersamaan. Patricia yang akan mengurus butik dan cabang cabang nya juga Adrian yang fokus dengan perusahaan yang sedang dirintihnya. Sedangkan Nasya yang bersekolah.
"makasih Ma, Pa. Semangat kerjanya" ucap Nasya pamit kepada orangtuanya sembari turun dari mobil.
"belajar baik-baik ya sayang" ucap sang mama, lalu mobilpun pergi.
Nasya berjalan menyusuri koridor. Sendirian. Kemudian Fara datang dan merangkulnya.
"hey, semangat dong Sya. Kita jalanin kayak hari biasa aja. Move on sya" ucap Fara mengawali hari yang indah.
"iya Far, makasih" Sebenarnya Nasya enggan tersenyum karna dirinya masih sedih. Namun dia mengeluarkan senyum seadanya.
"loyo aja lo dugong" ucap Raka tiba tiba muncul disamping Nasya.
Fix moodnya sekarang bertambah hancur, pasalnya Nasya masih marah karena tindak kekanak kanakan dari Raka kemarin.
Nasya merogoh sakunya dan mengambil beberapa lembar duapuluh ribu, "tuh gue bayar uang kas nya" ucap Nasya sembari memberikan uang kas yang sudah lama iya tunggak dengan muka ogah-ogahan.
"makasih dugong cantik. Ekspresi lo kayak gak rela gitu, apa masih marah gegara kemaren?" ucap Raka tanpa rasa bersalah. Jika Nasya tidak ingat kalau dia sedang berada disekolah mungkin Raka sudah ia tendang agar terlempar ke Afrika dan mati kelaparan disana.
"tau ah bodo. Dah gue bayar, ga usah ganggu lagi" ucap Nasya kesal,lalu berlari pergi meninggalkan Raka dan Fara.
"tuh kan ngambek, lo sih" eluh Fara lalu menyusul Nasya. "Sya tunggu dong"
Nasya berlari terburu-buru karna air matanya kini hendak turun bebas. Nasya tak memperhatikan jalan karna dia terus menunduk takut ada orang yang melihatnya kalau dia sedang menangis. Ah Nasya sungguh lemah, batinnya. Tak sadar sepertinya Nasya menabrak dua orang.
"aw" pekik salah satu dari mereka, Farel. Farel bingung siapa yang menabraknya, wajahnya gak keliatan karna tertutup rambutnya.
"kalo jalan liat-liat dong" omel Ferel.
"ehm maaf kak" ucap Nasya masih dalam keadaan menunduk. Dia terisak. Lalu berlari pergi.
"wah ga sopan tuh adek kelas" ucap Ferel kesal.
"Fer, keknya gue kenal suaranya" Farel menerka-nerka.
"kayak gak asing juga ditelinga gue, tapi didenger denger suaranya kayak mau nangis" Ferel mengingat lagi.
"itukan Nasya. Yang suka sama Daffa, yang sering ngasih kita makanan" pekik Farel. Dia tau betul suara Nasya yang dengan ketulusan memberi makanan kepada Daffa walau Daffa pasti tidak memakannya melainkan temantemannya.
"oh, gue inget"
"pasti nangis gara gara kemaren" ucap Farel menebak-nebak.
~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Peka
Teen Fiction"please kak peka dong, bisa ga kak senyum ke aku sedetik aja." lirih Nasya dalam hati. JATUH CINTA adalah kesalahan terbesar yang pernah dirasakan Nasya. Menikmati rasa sakit hati, penasaran, suka, dan gugup sudah sering kali dia alami. Terutama sa...