''kamu yakin, mau pindah dijakarta?.'' Tanya seorang wanita paruh baya disebrang.
Thyra menghembuskan nafasnya kasar, ''Iya bun, aku yakin ko.''
''Sayang, are you seriuos? Bunda tau, semenjak kejadian 2 tahun lalu, kamu pasti terpukul. Tap-'' Ucapan wanita itu terpotong saat mendengar suara buah hatinya dengan sedikit teriak.
''Bun, please. Aku, Thyra, baikbaik aja. Aku sama sekali udah lupa sama kejadian waktu itu,'' Thyra menarik napas, mencoba menenangkan dirinya, ''Aku juga mau buka lembaran baru, suasana baru. Aku kangen abang abang, dan Bunda.'' Ucap Thyra lirih.
Sedangkan Diana-bunda Thyra hanya diam pasrah. Dia tau, sebagian ucapan putri satusatunya itu bohong. Putrinya tidak baik baik saja. Putrinya itu sedang terluka.
''Baiklah, besok bunda urus kepindahan sekolahmu. Karna hari ini hari jum'at, kamu mulai masuk hari senin saja ya, sayang.?'' Tanya Diana,dengan suara lembutnya.
''Oke, gmna bunda aja. Aku sampai dijakarta mungkin minggu pagi. Suruh bang Gio jemput ya bun, aku kangenn.'' Suara Thyra terdengar penuh harap.
Setelah Diana menyanggupi permintaan Thyra, gadis remaja itu menutup sambungan telepon. Thyra menaruh handphonenya diatas nakas.
Ia merebahkan dirinya diatas kasur, sambil memejamkan matanya. Thyra diam dalam kesunyian, bergulat dengan fikirannya sendiri. Dadanya terasa sedikit sesak. Semenjak kejadian itu, beginilah hidup Thyra. Menyendiri. Selalu.
Thyra Aleeta Dipura
Dulu seorang gadis periang, penuh tawa, selalu melemparkan guyonan lucu, selalu membuat siapa saja yang berada didekatnya merasa nyaman. Kini hanya menjadi gadis murung, datar, pendiam, dan membuat siapa saja yang berada didekatnya menjadi canggung. Tidak bersahabat.
''Welcome to my new life.'' Ucapnya dalam hati.
***
''Anjing! Anjing! Muka lo ngakak sumpah Tri!.''''Lo! Bisa ga gausah panggil gua tratritratri! Hah? Nama gua Satria bego!.''
''Daripada lo dipanggil Sat Sat, sama si alfa? Lo mau dikira bangsat?''
''Tri kusayaaang, meningan ikut abang kerooftop yu?.''
''Ngapain Ri?.''
''Jorogin dari atas biar matinya heboh!''
''Mampus lo bego! Hahaha.''
Gelak tawa mereka terderngar hingga penjuru kantin. Tatapan hampir seluruh siswa siswi yang berada dikantin tertuju mereka. Senyum dan tawa mereka seolah olah menjadi hiburan tersendiri untuk seluruh siswi yang berada disana. Terkecuali salah satu siswa diantara mereka.
Zeus
Disaat sahabat sahabat asik bergurau, dia hanya memperhatikan dengan wajah dinginnya. Sesekali ikut tersenyum, tipis. Dia tak begitu terlalu mempedulikan sekitarnya. Terlalu dingin, cuek, masabodo. Apalagi kepada satu makhluk yang bernama perempuan. Sangat tidak tersentuh.
Itulah mereka, Zeus Waldimar Dinata, Alfakurnia Gusti, Satria Yudhistira, Andri Ramadhan, dan Hari Susanto.
Kelima siswa Most Wanted, badboy, biang rusuh, dan pastinya siswa tertampan seantero sekolah. Mereka selalu bisa menarik perhatian siswi-siswi dimanapun, bukan hanya dari sekolah mereka. Mereka berlima juga paling jago membuat beberapa guru selalu mengelus dada, dan membuat darah tinggi guruguru naik, saat berurusan dengan mereka.
''Ze!!.'' Panggil Alfa disela sela tawa mereka.
Yang dipanggil hanya menoleh sekilas, lalu kembali fokus pada layar gadget nya.
Alfa berdecak kesal, ''ck, lo itu sariawan bertahun tahun ya, sampe irit ngomong gtu?.''
''Sotau lo, yang bener itu, Ze pake gigi palsu makanya irit ngomong, takut lemnya gakuat. Hahaha.'' Satria menimpali.
Hari menoyor kepala Satria, ''Garing, goblok.''
Zeus bangkit dari duduknya, berniat meninggalkan sahabat sahabatnya itu.
''Mau kemana lo?.'' Tanya Andri, sambil menyeruput es nya hingga tak tersisa.
Zeus berhenti sebentar dan berbalik, ''Rooftop, rokok.''
***
Gumpalan asap keluar dari mulut Zeus. Dadanya terasa begitu sesak. Berkali kali dihirupnya udara sejuk yang terasa dari bagian tertinggi disekolahannya itu.
Tangannya sedikit terangkat keatas. Diperhatikannya dalam dalam sebuah gelang yang melingkar ditangan kekar nya. Setitik rindu. Perasaan itu kembali muncul, membuat hatinya sedikit sesak.
Sejak hari itu, hari dimana gadis kecilnya itu pergi, hari hari Zeus kecil sedikit kosong. Tidak ada lagi ocehan Thyra kecil yang mendengung ditelinganya, atau suara tangisan Thyra saat mainannya dirusak atau dibuang oleh Zeus.
Pandangannya beralih menatap langit yang mulai menggelap. Pertanda hujan akan turun, membasahi daerah ibu kota. Dibuangnya putung rokok yang masih menyisa itu lalu diinjaknya hingga mati.
Zeus membuang nafasnya berat, ''Lo apa kabar Ra? Gue kangen.''
***
Okeeeeee, gimana? Sori ya kalo banyak typowkwk. Di next part selanjutnya, kita bakal tau gmna wajah cantik dari Thyra.
Votement jangan lupayaaaa, Gomawoooo~
KAMU SEDANG MEMBACA
setitik rindu
Teen Fictionketika hati mulai mengeluarkan isinya. rindu yang kusimpan selama bertahun-tahun. dia. dia yang kutunggu dan kunanti akhirnya kembali. tapi, ternyta semuanya tak lagi sama seperti dulu. haruskah ku sampingkan perasaan ku? atau berjuang demia dirinya?