MELAMPAI BATAS NORMAL

125 6 3
                                    

"Hei... Laki-laki apa yang kalian lakukan? Bawa anak itu keluar dari UKS!" Perintah seorang perempuan dengan tangan menyilang.

Saat Ari sedang diseret keluar tiba-tiba anak laki-laki itu pun muntah. "Apa yang kalian lakukan! Beri ia nafas buatan cepat, nafasnya dangkal!" Teriak Ari dengan sekuat tenaga, sambil melepaskan diri dan berlari ke arah anak laki-laki itu.

Ari pun mendongakkan kepala, menutup hidung anak itu dan memberikan nafas buatan beberapa kali hingga anak itu bisa bernafas dengan lancar. Dengan nafas ter sengkal-sengkal ia pun berteriak "Kenapa kalian hanya diam saja? Apa kalian ingin membuat dia mati dengan kegagalan nafas? Menolak saya menolongnya padahal kalian tidak mampu melakukan apa-apa?"

"Ibu percaya sama kamu, jadi tolong selamatkan dia!" Kata Ibu Rosita memohon pada Ari.

"Apa ada senter Bu?" Tanya Ari "Ini" Kata Bang Rihad

Ari pun langsung menyenteri bagian kelopak matanya dan mengeluarkan ponselnya dari saku dan menelepon seseorang.

"Halo kak Devi! Ada pasien darurat di sekolahku," Kata Ari sambil men speaker panggilannya.

"Laporannya," Pinta kakak Ari padanya.

"Ibu, tolong hubungi ambulance sekarang." Pinta Ari pada Ibu Rosita.

"Wah, apa dia memang padai PP?" Bisik para jajaran senior.

Ari Putra akan melakukan laporan, "Pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 16 tahun pupil tak bereaksi dan pupil mata kanan lebarnya kira-kira 4-5 mm, sepertinya dia mengalami kelemahan di bagian sisi kirinya tubuhnya. Aku pikir ini perdarahan otak."

"Pendarahan otak? Serius ajalah, ngada-ngada anak itu ya," Bisik para jajaran senior yang melihat Ari.

"Itu bisa jadi aneurisma serebral dek, tetap waspada, sudah hubungi ambulance?" Tanya kakaknya Ari.

"Sudah kak, tapi dia tadi muntah dan nafas dia dangkal kak. Dia harus segera di intubasi! Jika ambulance datang terlambat aku akan memotong ke dalam tenggorokannya kak." Terang Ari pada kakaknya.

"Jangan Putra! Kamu gak akan bisa ngelakuin itu tanpa alat apa pun! Jika ada yang salah, kamu akan membahaya kan pasien terlebih lagi jika kamu memotong arteri, itu akan berdarah atau-bisa membahayakan tiroidnya." Jelas kakaknya Ari untuk memperingatkannya agar tak melakukan hal yang berbahaya.

"Apa ada pisau bang?" Tanya Ari kepada senior di hadapannya

Saat senior itu akan berlari tiba-tiba orang datang 2 orang laki-laki berseragam sambil membawa tas P3K dan mendorong brankar.

"Nafasnya dangkal, dia harus di intubasi berikan tube set pada saya!" Perintah Ari dengan petugas itu. "Apa kamu dokter?" Tanya petugas itu pada Ari. "Tentu saja bukan, saya hanya seorang penanggung jawab PP saja." Cepat berikan saya tube set nya!

Petugas itu pun langsung memberikan alat-alat yang di butuh kan Ari dan membantu Ari, "Okay saya sudah selesai sekarang bapak bisa bawa pasien ini ke RSUD, saya sudah menghubungi pihak rumah sakit dan saya sudah menuliskan laporannya di lengan pasien." Terang Ari pada petugas itu.

"Baik terima kasih atas bantuannya." Jawab petugas itu dan pergi sambil membawa pasien keluar dengan brankarnya.

"Bu Rosita, tolong hubungi wali murid untuk datang ke rumah sakit. Kemungkinan anak tadi itu harus di operasi karena ada perdarahan di otak. Oh ya Bu saya bisa pulang sekarang kan Bu? Kan saya dah nolongin orang itu jadi ibu harus kasih saya apresiasi jadi saya tidak akan mengikuti MOS lagi, dan saya akan datang di waktu sekolah terima kasih Bu. Assalamualiakum "

Ari pun pergi dari ruangan itu dan pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki. Sesampainya Ari di depan pintu masuk utama rumah yang berwarna putih bersih, dengan rumah tipe villa bertingkat 3 itu pun langsung mendorongnya. Tak disangka, saat Ari mendorong pintunya ke arah dalam tiba-tiba terdengar alarm, Penyusup telah terdeteksi, harap hubungi polisi.... penyusup telah terdeteksi harap hubungi polisi sekarang juga, Ari pun tampak kaget dengan suara itu. "Iss... Lupa aku masukan password untuk buka pintu" Gumam Ari. Akhirnya Ari pun menuju sisi bagian samping pintu dan menekan 4 angka di sana, lalu pintu pun terbuka dengan sendirinya.

Rintik HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang