o n e

73 39 22
                                    

• POV Eve •

Ini adalah hari pertamaku untuk masuk ke sekolah idol academy. Sekolah itu adalah sekolah ternama di negeriku. Banyak sekali orangtua yang ingin menyekolah anak-anaknya di tempat itu, ya sama dengan orangtuaku juga. Namun bukan hanya orangtua mereka saja yang ingin anaknya bersekolah disitu, banyak pula  anak sepantaranku yang mau sekolah disitu, kecuali aku. Aku itu orangnya sangat penakut, pemalu dan gak percaya diri, berbicara sama orang aja masih canggung apalagi menjadi seorang idola. Aku tahu masuk ke sekolah ini gak mudah kita harus melawan beribu-ribu anak macamku yang mungkin talenta mereka lebih hebat dariku, aku juga sadar cuma punya suara pas-pasan, gak bisa nari, akting apalagi. Namun bagaimana pun ini adalah amanah dari kedua orangtuaku yang sudah lama meninggal karena dibunuh oleh sekelompok pembunuh bayaran yang keji.

Tiap kali mendengar nama Anton dan Kezia Partnoer membuat dadaku selalu terasa sesak entah mengapa. Mungkin aku ini adalah salah satu anak durhaka terhadap orangtua yang tidak ada disamping hari-hari terakhir mereka menghembuskan napas, ikut prosesi pemakamannya saja tidak. Walaupun Ode, nama panggilan bagi bibiku selalu mengatakan bahwa itu semata-mata karena kedua orangtuaku tidak ingin anak tercintanya  menangis dihadapan mereka. Ya aku tahu kalau kalian sayang kepadaku dengan tidak memberi tahukan diriku tentang kematian kalian, namun walaupun begitu aku adalah tetap anakmu, anak satu-satunya dari kalian. Pada waktu itu aku sangat kecewa dengan semua orang yang menyembunyikan kematian mereka dariku, sampai-sampai aku hanya berdiam diri dikamar selama 3 minggu.

🎼🎼🎼🎼🎼
08.05
Pondok Jengkol [Rumah Ode]

"Eve apa kau sudah siap!", seru Ode sambil menghidupkan mobilnya.

Selama orangtuaku meninggal selama 1 tahun terakhir aku sudah tinggal bersama bibiku di suatu pondok yang lumayan besar. Namanya pondok jengkol, tapi walaupun ada kata jengkolnya bukan berarti pondok ini identik dengan jengkol ya. Hanya saja ada beberapa sejarah yang kukira gak begitu penting untuk kuketahui tentang asal mula nama jengkol itu pada pondok bibiku. Namun walaupun hanya sebuah pondok, disitu rasa rinduku terhadap kedua orangtuaku dapat terobati.

"Siap Ode!", aku pun langsung masuk ke mobil bagian tengah. Dengan memakai kaos putih yang dibalut dengan jaket denim serta dengan jeans hitam.

"Kenapa kamu duduk dibelakang", oceh bibiku.

"Emangnya kenapa sihh Ode, duduk dibelakang atau didepan kan sama aja ....", karena aku berkata seperti itu Ode pun langsung menatap ku dengan tajam, seperti Medusa yang murka. Tanpa menunggu murkanya lagi, akupun langsung pindah tepat disampingnya.

"Gitu dong dari tadi, kan jadinya bibi pun gak marah ke kamu. Siap!! ", Ode pun memberikan senyuman manis pada Eve.

"Siap!!" Ode pun langsung menancapkan gas mobilnya dengan laju begitu kencang yang tidak kalah dengan pembalap internasional. Ya tidak dapat dipungkiri juga, bibiku ini pernah bergabung dengan klub mobil, jadi aku tidak dapat meragukan lagi bakatnya dalam membawa makhluk beroda empat ini.

Walaupun dalam hati ini, aku tahu alasannya menyuruhku duduk disampingnya karena ia tidak mau dianggap sebagai supir. Bibiku ini emang sangat gengsi orangnya. Namun walaupun begitu aku tetap mencintainya seperti orangtuaku sendiri.

🎼🎼🎼🎼🎼
08.45
Diamond Music Academy

"Sudah sampai sayang, inilah sekolah barumu", ucap Ode sambil membukakan pintu mobilku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Evelyn VerandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang