Sejauh ini ku melangkah
Menatap lagi yang sudah ditinggalkan
Ternyata ribuan yang terbuang
Atau bahkan lebih dari bayanganSakit hati bertubi kulalui
Tangis sunyi di malam sepi
Merintih rindu dipendam sendiri
Juga pilu yang menimbun dalam hatiSemua yang kemarin terjadi
Dihias tawa sering kali
Senyum merekah saling berbagi
Tukar cerita tentang mimpi
Serta angan terpendam dalam diri
Yang tumpah ruah setiap hariSemua yang kemarin terjadi
Bagaimana esok hari?
Masih sanggupkah
Berlari tanpa tau kapan berhenti
Masih indahkah
Jika tak diselingi cinta nanti
Masih berlanjutkah
Kisah kemarin yang kujaga rapiKini membisu hadapi kenyataan
Memohon diundur hingga siap
Atau dipercepat bila mungkin
Agar terhindar ragu masa ini
Dan bisa lupakan tanpa dipaksakanKu menahan yang terjadi
Bergemuruh rusuh dalam jiwa
Derap bising anak sekolahan
Bawahan warna abu abu
Yang berlaga di depan kotak
Sambil menunduk dalam kebisuan
Memohon Sang Penjaga melindungi
Agar tak jadi dilukaiJalani saja
Orang bilang begituKita menjalaninya
Setiap detik yang bisa
Namun tak semudah pikirnya
Yang ucap tanpa benar perhatian
Bahkan lanjut saja pembicaraan
Tanpa khawatir jika perasaan
Yang ia ciptakan barusan
Dari lisan bersangkutan
Melukai begitu dalamPada aku yang terlampau perasa
Karna masa yang memaksa
Dimengerti dengan paksaMereka juga tak berpikir
Apa yang terjadi empat hari
Jadi pacuan hidup mati
Setelah berdarah
Berbusa
Berpeluh
Tiga tahun
KemarinHanya 120
Kita harus tumpahkan semua
Begitu sajaAku bertanya
Untuk apa ini semuaMereka hanya jawab
Jalani dan teruskan
Sampai waktunya
Tahan saja09:31-09:54
1204_2017udah lama nggak post, mohon maaf kalau ada yang menunggu
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocehan Kertas Lusuh
PoesiaSemacam buku diary yang berisi alunan alfabet yang dicampur dengan tangga nada kehidupan. Ini bukan tentang bagaimana caranya bersambung. Namun tumpukan kata yang saling terpisah dan saling berbalik arah. Yang harus dibiarkan terpecah belah. -origin...