🦄
"Katanya cinta pertama itu indah. Katanya cinta pertama itu special. Gue curiga, yang ngomong gitu ngga lulus TK.
Cinta pertama adalah cinta sebelum cinta kedua dan seterusnya."••Silent Love••
🐍
Keadaan jadi hening setelah Nada nunjuk si Mamat. Gelagat Mamat juga makin ga karuan. Matanya memerah, keringat bercucuran, dan giginya kuning bak rainbow cake yang udah basi. Gadeng Mamat ganteng kok, cuma otaknya agak geser.
Mamat masih memandang Nada.
"Nada." ucap Nada sambil mengulurkan tangan kepada Mamat.
Dengan badan sedikit gemetar Mamat menjabat uluran tangan Nada, "Mar...Marco." balasnya masih dengan gugup.
Gue heran baru kali ini Mamat gugup banget kenalan sama cewek. Jangan-jangan Mamat punya utang sama si Nada, Mamat mah gitu kalo ngutang ga pandang bulu.
Nada melemparkan senyuman ke Mamat, "Ternyata kita ketemu lagi."
Mamat hanya terpaku melihat Nada dan hanya menganggukkan kepalanya. Lalu, "Gue duluan ya, udah janji mau ke kantin sama temen SMP gue. Bye!" jelas Nada kemudian meninggalkan kekampretan si Mamat.
Mamat menghela nafas lega, "Jali... Lo... lo tau ga sih, dia itu siapa?"
"Temen sebangku gue Mat." jawab gue santai.
Dengan kekuatan lebaynya, Mamat memegang kedua bahu gue dan mendekatkan wajahnya ke gue, "Serius?"
Gue hanya mengangguk dan Mamat malah meluk gue.
"Mat... maen peluk-peluk aja lo. Lepasin woi!" kata Chiko sambil berusaha melepaskan pelukan Mamat dari gue.
Setelah Mamat melepaskan pelukannya dari gue dia malah meluk Chiko, sumpah mereka cocok banget. Semoga cepet punya momongan deh buat Mamat dan Chiko.
Chiko berusaha melepaskan pelukan Mamat, "Mat... malu Mat... woi geblek diliatin cewe-cewe tuh." gumam Chiko kesal. Sedangkan gue dan Theo ngakak melihat tingkah konyol mereka.
Setelah Mamat melepaskan pelukan dari Chiko, dia senyum-senyum mulu.
Theo memandang Mamat kaya liat kecoa terbang, geli-geli tapi nakutin. "Lo kenapadah Mat?"
Dengan wajah berseri-seri, "Jali... Theo... Chiko... Nada itu maling."
Sontak pukulan ringan mendarat di lengan kiri Mamat, "Kenapasih Jali?"
"Nada itu temen gue, mana mungkin dia maling." umpat gue ke Mamat.
"Jali... maksud gue, Nada itu udah maling hati gue. Dia cewe hari pertama MOS yang gue ceritain ke elo. She's my first love." jelas Mamat.
Gue mengangguk mengerti, "Oh... jadi lo suka sama N---" belom selesai gue menyebutkan nama Nada mulut gue udah dibungkam sama Mamat.
Dengan kode menggerakkan matanya ke arah belakang gue, akhirnya gue membalikkan badan. "Eh Nada, udah balik." Nada hanya tersenyum ke gue dan teman-teman kemudian dia masuk kelas.
"Lo jangan lemes ya ke Nada, awas lo!" ancam Mamat ke gue.
Gue berdecak kesal, "Mamat Hairrudin, kalo lo mau aman lo harus traktir gue makan. Gimana?" maafkan ya Mat, gue memang contoh nyata seorang sahabat yang suka memeras dalam keadaan yang mengutungkan.
"Jali... jangan gitu dong." rengek Mamat.
Gue memandang Mamat males, "Iya engga. Gue cuma bercanda. Terus gue harus ngapain?"
Mamat mencolek dagu gue sambil senyum-senyum, "Duh. Tanpa disuruh udah ngerti ya. Lo emang beneran sahabat gue Jali. Gue cuma minta lo bantuin gue dapetin kontaknya Nada, itu aja. Sisanya biarkan sahabat lo ini membuktikan cintanya." jelas Mamat sok keren sambil menaikkan kedua alisnya.
Gue hanya memberikan 2 jempol ke hadapan Mamat seraya mengiyakan permintaan Mamat.
Gue sadar, ternyata gue sama Mamat udah dewasa sekarang. Bahkan, Mamat sudah menemukan cintanya. Gue selalu bareng-bareng sama Mamat dari kecil. Gue masih belom siap kalo suatu saat nanti gue harus beneran pisah dan menjalani hidup gue dan Mamat masing-masing. Gue anggep Mamat lebih dari seorang sahabat, dia adalah kakak, adik, teman, musuh, keluarga, bahkan kadang kita kaya kembar sial.
Gaada yang pernah gue dan Mamat sembunyiin. Kita berdua, selalu ada untuk satu sama lain. Mamat seneng, gue ikutan seneng. Kalo Mamat sedih, gue ketawa dulu baru bersimpati sama Mamat. Tapi satu yang pasti, gue sayang Mamat, dan Mamat sayang gue. Tenang aja sayang kita sebagai keluarga kok, gue gapernah dan gaakan pernah jatuh cinta sama ketek kecoa kaya Mamat. Kita adalah duo gatau malu yakan Mat?
•
•
•
•
•🍃
Stay tune on my story 🤑
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT LOVE
Teen Fiction"Gue memang pengecut. Yang selalu diam dibalik semua ini. Tapi, setidaknya gue pernah bikin dia ketawa dan gue ada disampingnya saat dia sedih. Itu udah cukup buat gue" -Zalika Almira Hussein