*VA-3*

15K 1K 14
                                    

Key POV

Aku dan Mrs. Victoria berjalan menuju asramaku, aku menoleh ke sekitar. Entah kenapa semua orang menatapku sambil berbisik-bisik apa karena pakaianku?

Aku akui, aku hanya memakai kaos berlengan panjang dengan jeans berwarna biru serta sandal jepit rumahan, tapi itu biasa kan? Yah meskipun aku hanya pakai sandal.

"Masalahnya bukan tentang model pakaianmu, mereka menatapmu karena kamu anak baru di sini," ia tersenyum.

"Kau membaca pikiranku ya? Jahat!" Aku mendumel.

Ia hanya terkekeh. "Nah, kamarmu di lantai satu, tadi ruang kepala sekolah di lantai tiga."

"Hah? Lantai 3? Kok gak kerasa?" Tanyaku konyol dan ia tertawa lagi, "itu karena dari tadi kita ngobrol, makanya gak kerasa." Aku hanya mengangguk menanggapinya.

"Lihat, itu kamarmu. Tidak terasa kan?" Mrs. Victoria menjuk ke sebuah pintu kayu bernomor 22. Aku tersenyum menatapnya sambil mengangguk.

Tok ... tok ...

Seorang gadis sebayaku membuka lebar pintu asrama, "Mrs. Victoria, dia murid barunya?" Gadis itu berteriak histeris sontak aku dan wanita bernama Victoria itu menutup telinga.

"Apaan sih Thea? Berisik banget, mulut kamu itu kayak toa." Seorang pria muncul sembari menutup telinganya.

Gadis bernama Thea itu terkekeh, "sorry Ven, aku cuma senang banget punya temen sekamar cewek, jadi ada teman main."

‘Yang benar saja, gadis ini seasrama dengan pria bahkan tak ada gadis lain di asramanya,’ batinku.

"Mungkin kau tak usah takut, tak akan ada yang terjadi," bisik Victoria pelan, aku menggaruk tengkukku malu dengan pikiranku sendiri.

"Ah, Miss Thea, tolong kau urus dia ya, dia kan tak tau bagaimana keadaan di sini," ujar Mrs. Victoria dan dia mengangguk.

"Pasti, ayo!" Dan perempuan ini menarikku masuk ke dalam asrama.

Aku menoleh ke belakang dan pintu sudah tertutup. Tampaknya Mrs. Victoria tadi sudah pergi.

"Udah datang anaknya?" ucapan itu terlontar oleh seorang pria yang sedang memegang stik psnya itu bersama pria di sebelahnya.

"Iya, ini anaknya," balas perempuan tadi singkat. "Oh ya siapa namamu? Namaku Althea Laysmith, panggil saja Thea."

"Aku Sherine Keyvaro, panggil saja Key, salam kenal." Aku menjabat tangannya sebagai tanda berkenalan.

"Oh, aku Venzy Skafinder, panggil aja Ven."

"Key," balasku sambil tersenyum.

"Rival, enggak mau kenalan?" Thea bertanya dengan nada kencang pada pria yang bernama Rival yang sedang sibuk battle dengan pria di sampingnya.

"Oh iya, aku Rivalino Trevindo. Panggil aja Rival." Ia menjawab namun tak bersalaman denganku, ia bahkan tak melihat wajahku, ia masih sibuk dengan mainannya itu.

"Eh Rey," Thea memanggil pria yang satunya.

Rey yang dipanggil tidak menoleh, hanya menjawab singkat. "Rey."

"Dasar! Oh ya, namanya Reyhan Givano, panggil aja Rey. Dia itu orangnya cuek dan dingin, jadi jangan tersinggung." Thea berbisik pelan di akhir kalimatnya di telingaku. Aku mengangguk menanggapinya.

"Itu kamarmu, kamu pasti capek kan?" Thea menunjuk ke arah kamarku dan aku berjalan ke sebuah pintu dengan tulisan 'Key's Room'.

Aku menutup pintu, merebahkan diri di sebuah kasur berukuran sedang yang berwarna putih dengan bantal dan selimut berwarna tosca, sebenarnya bukan hanya bantal dan selimut berwarna Tosca, melainkan di kamar ini bertema White-Tosca

Perlahan mataku mulai menggelap, dan benar bahwa aku terlelap.

***

"Key, bangun Key. Sebentar lagi kita makan malam, kita enggak boleh telat. Kalau kita telat,  Mrs. Sheffine bakal menghukum kita!" Thea berteriak dari luar kamar dengan kencang.

"Engh ..." aku mengerang dan membuka mata perlahan untuk menyesuaikan cahaya ruangan.

Aku terbangun begitu mendengar teriakannya tadi, aku segera bergegas berdiri dan berlari mengambil handuk. Kemudian segera membuka pintu untuknya.

"Iya bentar, tapi aku mandi dulu," ujarku dan Thea hanya mengangguk tapi tak berpindah keluar dari kamarku.

Sekitar 15 menitan aku keluar dari kamar mandi dengan seragam Akademi ini dengan ukuran yang pas di tubuhku.

Seragam di sini ada beragam, seragam saat sekolah. Seragam saat latihan, maupun seragam khusus makan berbeda. Sekarang aku menggunakan seragam sama seperti Thea, khusus untuk makan atau keluar dari asrama di luar jam belajar.

Seketika aku keluar, aku melihat Thea masih di dalam. Aku terkejut melihatnya yang tengah sibuk menata kamarku, ia menyusun seluruh pakaian-pakaianku yang sudah disediakan dari Akademi ini di dalam lemari.

"Loh Thea, kok kamu jadi repot sih?" Aku bertanya, tak enak rasanya membiarkan dia repot-repot.

Thea hanya menyengir kuda. "Enggak papa lah, lagian kita kan se-asrama juga, harus saling tolong-menolong."

"Makasih ya."

Ia mengangguk, "kamarmu temanya White-Tosca ya? Kalau kamarku temanya Pink-Black." Ia memandang cat yang melapisi dinding kamarku.

"Oh," aku mengangguk mendengar penjelasannya. Aku melirik jam berwarna Tosca melingkar di pergelangan tanganku.

17.50

"Eh buruan yuk, 10 menit lagi kita makan malam," Thea berujar mengingatkan. Aku hanya mengangguk kemudian mengikuti Thea keluar dari asrama.

Dia mengunci pintu asrama terlebih dahulu dan menoleh ke arahku. "Oh iya, ini kunci asrama kita. Kamu harus pegang satu," ujarnya sembari menyodorkan sebuah kunci padaku.

Aku menerimanya dan kami bergegas menuju ruang makan.

[#1] The Verrionne Academy | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang