Setelah dari Bandara,Tasya langsung menaiki bus menuju daerah Gangnam, daerah tempat ia tinggal di Korea. Cukup teliti untuk mencari bus tujuan Gangnam, karena jika tidak teliti Tasya akan salah naik bus dan itu bisa sangat merepotkan dia lagi. Terlebih dia belum menguasai jalan di kota ini. Sambil menikmati pemandangan dibalik kaca bus tersebut, Tasya kembali menata rencana masa depannya dengan matang dalam pikirannya. Ah, akhirnya mimpiku bisa terwujud, batin Tasya. Bus tujuan Gangnam berhenti pada tempat perhentiannya, Tasya segera membawa turun semua kopernya.Tasya menunduk membentuk sudut tumpul kepada supir bus tersebut,"Kamsahabnida"
Supir bus membalas dengan anggukan dan sebuah senyuman. Tasya menghirup dalam-dalam udara segara di daerah Gangnam dan tersenyum. Daerah Gangnam berbeda dengan daerah diluar sana, gang di Gangnam meliputi tanjakan dan penurunan menggunakan tangga semen berbeda dengan gang di Indonesia yang diaspal. Sudah berapa kali Tasya mundar-mandir di gang tersebut tetapi dia masih belum menemukan kostnya. Langit mulai gelap, menandakan malam telah tiba.
Tasya berdecak keras, ia lelah bolakbalik gang sedari tadi. Tasya menendang kerikil kecil didepannya, ingin sekali rasanya merobek kertas alamat yang sedari tadi belum ia temukan. Nafasnya dihembuskan dengan kasar. Namun,tiba-tiba seseorang menepuk pundak Tasya dan itu membuatnya kaget, "Apa kau orang baru disini?" Tanya seorang pemuda.
Dengan berhati-hati Tasya menoleh,"Ah iya, saya dari indonesia. Nama saya Tasya Berlian."
Pemuda tersebut tersenyum,"Oh Taseuya." Pemuda tersebut langsung merampas kertas alamat dari tangan Tasya.
"Apa yang kau lakukan? Kembalikan padaku!" Bentak Tasya.
Pemuda tersebut mengacuhkan Tasya dan berjalan menuruni tangga dengan enteng seakan dia tidak berbuat apapun. Tasya berteriak sekali lagi dan akhirnya teriakan Tasya mampu menghentikan langkahnya, "Aku mau mengantarmu. Ikut aku jika mau malam ini tidur dirumah." Kata pemuda tersebut dengan menoleh sedikit pada Tasya.
Tasya mengerucutkan bibir mungilnya dan menyusul pemuda asing tersebut. Setelah beberapa menit, akhirnya Tasya tiba di kostnya.
"Ah, astaga. Ini gang yang aku lewati tadi." Kata Tasya.
Pemuda tersebut terkekeh.
Tasya menoleh,"Terima kasih banyak."
"Lebih baik kau tidak usah kesini."
Alis Tasya saling bertaut,"Kenapa kau melarangku?"
"Kau belum mengusai tempat ini tapi kau sudah kesini. Seharusnya, cari tahu lebih dulu mengenai tempat ini.Dasar, pasti kau dibutakan dengan boyband asal tempat ini, kan?" Jelas sinis pemuda tersebut.
Sebentar lagi alis Tasya akan tersambung dan tanduknya akan naik,"Kau tidak tahu apa-apa tentangku."
Pemuda tersebut membalas dengan nyinyiran,"Munafik." Lalu ia berlalu meninggalkan Tasya dengan tangan dimasukkan ke saku celana untuk menghangatkan tubuhnya karena diluar sangat dingin.
Menyebalkan,batin Tasya. Tasya menggigit bibirnya dengan kesal karena pemuda tersebut. Untung dia masih sayang dengan bibirnya, kalau tidak bibirnya sudah dikoyak daritadi. Tasya segera merapihkan isi kopernya dan membersihkan kamarnya. Lelah dan perasaan buruk lainnya menghampiri dirinya. Entah kenapa, dia merasa bersalah pada pemuda tersebut karena telah membentaknya. Seharusnya ia tidak perlu membentak pemuda tersebut apapun alasannya karena pemuda itu telah menolongnya.
"Aishh, memang tidak tau terima kasih." Maki Tasya pada dirinya sendiri.
Ponsel, salah satu hiburan Tasya. Tasya segera mengaktifkan ponselnya dan selalu seperti itu. Ponselnya hang dikarenakan kebanyakan pesan dari teman-temannya. Jir, ga bengkak tu jempol ngetik banyak kayak gini?, batin Tasya.
22.00 Tasya : Bete.
22.03 Cita : Lo bete, gua capek. Kerjaan dikantor bokap banyak bener.
22.03 Tasya : Lo udah kerja, gua belum.
22.04 Tasya : Jadi anak rantau itu sulit yah
22.04 Mufida : (2)
22.05 Ghina : (3)
22.05 Friska :(4)Dan seterusnya bagi anak yang merantau.
Karena pesan Tasya sudah tidak direspon. Akhirnya,Tasya memilih untuk tidur dengan memutar lagu kesukaaannya.
#Now playing : EXO - Monster
****
.....kringg....kringgg....
Jam beker berdering dengan sangat keras sehingga membangunkan Tasya sesuai dengan waktu yang ia inginkan,
"Ah, hari ini harus ke kampus musti daftar ulang." Dengus Tasya. Sebenarnya, dia malas keluar hari ini karena perjalanan kemarin membuatnya sangat lelah tapi dia harus keluar untuk registrasi data sebagai mahasiswa baru di Universitas Hanshin.Dengan gerakan cepat, dalam waktu 30 menit Tasya sudah siap. Baginya waktu tersebut sangatlah cepat. Tasya segera naik ke bus tujuan Universitas Hanshin dan tiba disana dalam waktu 15 menit. Tasya sangat sumringah melihat calon kampusnya. Sangat berbeda dari semua ekspetasi yang dia bayangkan. Kampusnya jauh lebih besar dan elite ditambah dengan mahasiswanya yang modis-modis. Warbyasahhh, batin Tasya.
"Kau mahasiswa baru?" Sahut seorang pemuda dengan perawakan yang biasa namun terkesan stylish.
"Ah, ne."
"Oh, saya Byun Baekhyun."
Tasya tersenyum dan mengangguk. Baekhyun menjelaskan secara rinci bangunan di Hanshin. Sekaligus, mengantar Tasya ke kantor registrasi. Meskipun baru kenal, Tasya tidak merasa ada yang janggal pada Baekhyun justru dia sangat senang. Selesai dari kantor registrasi Baekhyun mengantar Tasya pulang, awalnya Tasya menolak namun karena Baekhyun terus memaksa. Akhirnya, tawaran tersebut diterima.
"Kamsahabnida oppa."
"Ne, sampai jumpa di kampus besok."
Tasya membungkuk membentuk sudut tumpul kepada Baekhyun. Tasya menyengir bahagia terlihat jelas sebuah senyuman yang sangat tulus dibibirnya.
"Bodoh." Potong pemuda yang mengantarkan Tasya malam itu. Kedatangannya yang tiba-tiba sontak membuat Tasya kaget.
"Aish, kau mengagetkanku." Sinis Tasya.
"Kemarin kau baru tiba disini dan sekarang kau sudah bermain dengan lelaki disini. Benar-benar kau ini." Cibir pemuda tersebut.
"Yaa!! Kau tidak tahu apa-apa tentangku jadi diam saja. Tapi, aku berterima kasih untuk kemarin."
"Hati-hati kau tidak tahu siapa dia." Kata pemuda tersebut yang kemudian kembali lagi meninggalkan Tasya.
Tasya berteriak memanggilnya namun teriakannya tak sesukses kemarin malam. Kali ini pemuda tersebut tidak berhenti. Tasya mengejar pemuda tersebut.
"Heii!! Berhenti !!"
"Kenapa?"
"Kau menolongku tapi namamu saja aku tidak tahu." Kata Tasya sambil mengangkat tangannya berniat menjabat tangan pemuda tersebut.
"Park Chan Yeol." Kata Chanyeol sambil berlalu meninggalkan Tasya.
Rasanya ingin teriak tapi rasanya juga itu sia-sia. Chanyeol tidak akan menggubrisnya. Dia tipikal cowok yang dingin dan misterius. Tapi sayangnya, terlalu dingin untuk Tasya cairkan. Bisakah ia mencairkannya? Atau lebih baik mengambil yang sudah cair yaitu Baekhyun.
Annyeong👋👋
Ketemu lagi yah!! Keep reading cerita jayus ini😂
Dont forget to vomment :)
Saran dan kritik yang membangun selalu diterima.
Luvyual❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Meet and Marriage In Seoul
أدب المراهقينMelanjutkan sekolah di Negeri Ginseng adalah impian terbesar untuk seorang gadis bernama Tasya. Semuanya berjalan sesuai yang ia harapkan, namun sesuatu terjadi tanpa ia duga dan sesuatu tak terduga tersebut merupakan sebagian dari mimpi-mimpinya se...