CHAPTER 4: MOS hari kedua part II

4.7K 479 175
                                    


CHAPTER 4: MOS hari kedua part II

Maaf atas keterlambatan update! Terimakasih banyak! Sungguh banyak! Buat kalian yang masih setia membaca dan menunggu Mos!

Jangan kuliti author yang benar-benar brengsek lama update T^T

Yoossshuuu~ nggak usah basa-basi lagi.

Selamat Membaca!

.

.

"Ne, Nagisa-kun.. Berpacaran denganku yuk." Nagisa membulatkan matanya saat pertanyaan cinta itu meluncur bebas di bibir pemuda berambut merah di depannya. Bukan hanya Nagisa yang shok, seluruh siswa yang menyaksikan aksi 'nembak Uke' oleh Akabane Karma membuat orang-orang membulatkan bibir, shok.

"A-apa?" Nagisa bertanya, takut kalau dia salah dengar. Karma tersenyum.

"Aku menyukai Nagisa. Berpacaranlah denganku." Ulang Karma. Mulut Nagisa terbuka, dengan kesadaran yang masih ada, lelaki imut itu menatap sekeliling dan menatap Kayano yang menatap mereka kaget dengan wajah memerah. Kayano menatap Nagisa, dan tersenyum senang- dan Nagisa menatapnya dongkol. Teringat dengan taruhan mereka, Jika kau kalah kau harus mencium Akabane-senpai di depan umum! Dan Nagisa tentu saja ogah, saffirnya menatap Karma yang menatapnya lembut menunggu jawaban. Seluruh isi dalam aula hening, bahkan Irina-sensei yang bertugas hari ini pun terdiam. Nagisa tiba-tiba gugup, astaga.. Tidak tega!' jerit Nagisa. Demi milkshake milik abangnya di fandom Basket, Nagisa merasa menelan ludah terasa sakit. Tega tidak tega, rasa maluku lebih penting. Akabane-senpai..' Nagisa menatap manik ruby Karma. Nagisa mencengkram celananya, kemudian membuang muka.

".. Tidak. Maaf senpai." Perkataan mulus keluar dari bibirnya, Nagisa kemudian segera lari menuju luar aula, sebisa mungkin tidak menoleh ke belakang menatap reaksi Akabane Karma akan jawabannya, ataupun teriakan Kayano yang mengejarnya- meminta dia berhenti.

Nagisa menghentikan larinya saat sudah berada dihalaman belakang sekolah. Nagisa menghirup dalam-dalam oksigen alam ke dalam paru-paru, mencoba menetralkan detak jantung yang terus berdegup.

"Nagisa!" Nagisa melenjit kaget- Kayano berlari ke arahnya dengan wajah khawatir.

"K-kayano.."

"Nagisa! Kau kenapa? Kenapa tiba-tiba lari begitu. Ayo, kembali. Kasihan Akabane-senpai, dia nangis." Nagisa tersedak liurnya. Apa? Iblis Neraka nangis?

"Eh- Apa? Akabane-senpai nangis? Seriusan!?" Kayano mengangguk lalu berucap-

"Tentu saja aku bohong. Ayam pasti beranak kalau dia benaran nangis." Nagisa melongo, Kayano tertawa (licik).

"A-apa? Kayano! Kau membuatku khawatir ta-"

"Kenapa kau tolak?" Kayano memotong.

"E-eh?"

"Aku tanya kau kenapa tolak Akabane-senpai. Nyesel loh ntar, kan kasihan Malam Keramat bisa ada yang nemenin."

"Hah? Malam keramat?"

"Kudet kamu, nak. Malam Minggu'lah. Nagisa! Kenapa kau tolak sih?"

"T-tentu saja aku tidak mau. Kalau aku terima, nanti harus nyium dia di depan umum sesuai taruhanmu. Nggak mau." Kayano tergelak.

"Karena itu!? Astagah Nagisa, kau itu benar-benar ya."

"Apa? Benar-kan? Aku nggak mau."

"Nagisa, dengar. Aku nggak maksain kok, semua terserah padamu."

MOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang