Alana Bloom tertawa ceria saat anjing-anjingnya menyambut kedatangannya di apartemen baru. Wanita itu mengeluarkan seiris daging yang entah ia dapat dari mana, dan hal itu membuat para mamalia berkaki empat itu menggonggong bahagia.
"Aku juga merindukan kalian, Winston, Applesauce..!" Ujarnya sembari mengabsen.
Will menutup pintu setelah memastikan tidak ada siapapun yang mengawasi mereka di luar sana. Jika Alana mengomentari sikapnya yang semakin paranoid, dia takkan mengelak.
"Apa kabar, Will? Margot menitipkan salam untukmu."
Dia merebahkan diri di sofa—dengan desain diluar estetik untuk sebuah apartemen tua kecil yang jauh dari peradaban milik Will— yang didapatnya dari pilihan acak katalog IKEA. Alana membayangkan bagaimana ekspresi heran yang ditunjukkan orang lain yang pertama kali masuk kesini."Katakan pada Margot, aku mendapat salamnya." Will terlihat menyibukkan diri dengan mesin kopi dan Alana beranjak dan membantunya mengambil cangkir.
Will Graham tampak lebih tua dari usia sebenarnya. Dia berjalan agak pincang, kerutan di wajahnya terlihat lebih dalam, dan pucat kulitnya tak membantu. Setidaknya ia tidak lupa untuk mandi dan bercukur.
"Ada kabar dari Molly?" Tanya wanita itu hati-hati. Will mendengus.
"Selain surat perceraian? Nope ." Manusia berakal sehat macam apa yang mau berhubungan, terlebih menikahi seorang lelaki dengan gangguan jiwa seperti dirinya?
Alana mengangguk kecil, dan mulai menyeruput kopinya.
"Sudahlah. Beritahu saja apa yang sebenarnya Jack inginkan."
Karena Will Graham tahu, dia tak bisa semudah itu pergi dari dunia penyelidikan yang sudah menjadi adiksi baginya. Tak ada gunanya menolak. Alana mengembuskan napas.
"Kau tidak harus menerima tawarannya, Will."
"Aku tahu."
Mereka terdiam. Alana berpura-pura memainkan ponselnya, mengecek berbagai notifikasi di email dan aplikasi chat lainnya. Dari ekor matanya, Will melihat foto sosok Margot dan putranya menjadi wallpaper di ponsel wanita itu.
"Kau tahu," Pecahnya. "aku masih merasakan bahwa dia berada didekatku."
Disini Alana menurunkan ponselnya, dan meletakkannya di atas meja kayu yang tak kalah noraknya dengan sofa Will. Wanita itu menarik napas.
"Who am I to judge?" Ujarnya pasrah. Senyum kecil tersungging di wajah Will.
![](https://img.wattpad.com/cover/113720943-288-k302480.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hembus: Air to Breathe
FanfictionDia selalu ada, bahkan dalam tiap hembusan napas yang diambilnya. "Kau tahu," Pecahnya. "aku masih merasakan bahwa dia berada didekatku." Disini Alana menurunkan ponselnya, dan meletakkannya di atas meja kayu yang tak kalah noraknya dengan sofa Will...