bagian 4

17 2 0
                                    

Ada beberapa hal yang tak bisa dikatakan dengan baik,seperti cara agar kau mengerti bahwa tak selamanya takdir bisa dilawan. Sekarang belajarlah mengerti seberapa ukuran sakit dari meninggalkan karena kau akan segera merasakan. Tidak hanya kau,akupun sama.

          Hari ini hujan kembali bergaung diluar jendela, ranting pohon di pinggiran cafe terjulur mengetuk kaca yang di penuhi embun, di dalam cafe terlihat Mentari yang mulai muak menunggu seseorang yang datang. Bahkan moccachino yang ia pesan pun telah dingin dan tak lagi menggugah selera.
         
         Sebelum Mentari memutuskan untuk pergi,bel di pintu masuk cafe pun berdering bersamaan dengan datangnya seorang lelaki yang tersenyum idiot "maaf,telah membuatmu menunggu." Mentari berdecak kesal, mengurungkan niatnya untuk pergi lalu menyeruput sedikit moccachino nya "tak apa" jawabnya kemudian. "Bagaimana hari mu?" Ucap lelaki itu setelah memesan beberapa menu pada pelayan cafe. "Tidak baik" ucap Mentari dengan wajah datar.

       Suasana di cafe itu begitu sepi dengan dingin yang menyelimuti.
    "Mengapa kau tak datang?" Mentari berbicara memecah sepi yang beberapa menit lalu berkuasa.
    "Apa kau merindukanku?" Ucap lelaki di seberang dengan senyumannya yang terlalu manis, berusaha menambal lebih banyak kerak sepi.
    "Cukup Hanan!" Mentari sedikit menyentak. "Maaf, tapi aku tak bisa lagi menerima sifatmu yang seperti itu."
      "Kenapa?" Ucap lelaki yang disapa Hanan tadi.
      "Kakak, kumohon terimalah semuanya. Orangtua kita telah menikah minggu lalu. Sekarang kau kakak ku. Kumohon,lupakanlah semuanya. Apapun,bahkan rasa yang pernah ada. Dan terakhir,pulanglah mari perbaiki semuanya." Ucap Mentari dengan sedikit terisak menahan perasaan yang sekarang meluap-luap.

      "Mentari,dengarkan aku baik-baik. Aku mengerti hubungan ini,aku kakak mu sekarang tapi ketahuilah bahkan saat rasa sakit membuatku mati, bahkan saat kau tidak ada dihadapan ku lagi, bahkan saat aku tau tidak ada  dari kita yang boleh memiliki rasa lagi, aku masih tidak bisa melepasmu, aku masih tidak bisa melupakanmu. Aku tetap mencintaimu."

        "Jika seperti itu, kau akan terus menyakitiku." Ucap Mentari  kemudian.

     "aku tak mau menyakitimu, maka dari itu aku datang untuk berpamitan padamu, aku akan pergi. Kau bisa melupakan ku kan dik?" 
         Lalu Hanan pun beranjak dari tempat duduknya. "Selamat tinggal." Ucapnya kemudian. Meninggalkan mentari terisak, ditemani sepi yang setia padanya selama ini.

      "Kita bisa pergi sekarang, hubungi dia, persiapkan segalanya. Aku siap."  Ucap Hanan pada seseorang di seberang sana. Lalu ia menutup teleponnya.


Haiii! Maaf author nggakjadi menyelesaikan ceritanya di part ini mungkin di part selanjutnya, selamat membaca semoga memuaskan :) maaf typo masih bertebaran :v mohon dukungannya lewat like juga comment dari kalian, author sayang kalian :D

CAMELIA DIBAWAH HUJANWhere stories live. Discover now