sebuah tentang.

Apakah Masih Bisa?

"Jangan pernah bandingkan kisah cintamu dengan yang lain."

Kau tak pernah tahu apa yang dia siapkan selama ini, menanti yang harus dinanti. Seperti ingin kembali namun juga selayaknya dia pergi.

Kau tahu, malam itu aku menunggumu hingga mengizinkan hujan mengguyurku habis-habisan. Harap-harap basah ini membawa pergi rinduku yang akan mengalir padamu. Aku seperti tak ingin terus memberi harap pada doa. Aku seperti benci tapi tak berhenti menanam dendam dalam diri. Katanya, jatuh cinta adalah menemukan orang yang membuatmu cinta pada diri sendiri. Tapi kudengar temanku bercerita, apa dia sebegitu menyebalkannya hingga kadang merasa tak ingin memaafkan diri sendiri. Apakah masih bisa kusebut itu cinta?

Minggu lalu temanku memberi undangan pernikahan. Bahagia rasanya mendengar teman menemukan hari paling bahagia, untuk mereka. Mengukuhkan cinta yang sebenar-benarnya, mendapat pengakuan seluas-luasnya pada semesta. Akan begitukah kita? Ah, tentang ini sebaiknya memang harus kupendam saja. Kita adalah kita, mereka adalah mereka. Jatuh cinta tak berarti semua mengalami hal yang sama. Kasmaran, tak selalu menjadi hal yang dielu-elukan bagi mereka yang pernah merasakan cinta. Untuk bagaimana dan apa selanjutnya, aku yakin ada kita yang tetap menjalaninya. Aku yakin hanya kita yang akan berjalan di atas panggung, dengan sandiwara yang seirama. Dengan drama yang membuat semua orang tertawa bahagia, melempar doa tak ada habisnya, hanya karena suguhan zuppa soup yang kuidamkan pada mereka.

Kali ini aku percaya, bahwa yang sebenar-benarnya aku hanya manusia yang terus mengikuti jalan-Nya. Aku yang terus mengejar perhatianmu ternyata ada masanya berhenti dan tak merasa itu perlu terjadi. Lagi dan lagi aku ingin terus mengukuhkan rinduku kepadamu, tapi sepertinya aku telah menemukan kau yang mencintaiku. Aku tak menemu diriku yang dulu begitu memuja kehadiranmu. Seagungnya rindu, tak harus selalu bertemu. Dan aku, tak bisa lagi mengharap kehadiranmu.

Jakarta,
7-7-'17