"Seulgi-ssi, bagaimana ini?"
Mulutnya menganga, benar- benar tak bisa berkata apa- apa. Asap mengebul seraya banyaknya rokok elektrik dari pengunjung lainnya. Pandangannya tertutup, ditambah lagi ia lupa membawa kacamata. Kabur menjadi dua, itu- lah yang ia lihat saat ini. Wajah bos nya benar- benar menjadi dua, sulit untuk fokus. Bau rokok elektrik semakin lama semakin menyesakkan dadanya, membuat pikirannya terkadang fokus ke asap itu.
"Yaak!! Seulgi-ssi! Naskah apa ini??!" teriakan ini sudah sering memenuhi gendang telinga Seulgi. Terkadang ditambahi dengan umpatan kasar. Mulai dari nama hewan hingga mengumpat Rasa malu dan kesal sering merayapi hatinya, tapi rasa sabar dan sadar atas posisinya juga membuatnya tak memiliki wewenang untuk melawan.
"Itu, naskah novel, Sajangnim." Dengan suara pelan Seulgi mencoba untuk menjawab. Tak biasanya ia berani seperti ini, baginya diam adalah mas.
"Anak kecil juga sudah tau kalau ini naskah novel!!" Teriakkan itu semakin keras, membuat pandangan mata di sekitar mengarah ke arah mereka.
"YAAAAAAK!!"
Suara teriakan menggema mengisi ruangan di bar ini. Cahaya putih menyilaukan mata menyeruak dari balik pintu yang terbuka perlahan mengiringi datangnya seseorang. Silau yang memikat mata ditambah kaburnya pandangan membuat Seulgi beberapa kali mengerjap untuk memfokuskan pandangannya.
"Jangan berani- berani ganggu Seulgi- ku!"
"Seulgi, Kang Seulgi!!" Teriaknya memanggil nama Seulgi. Orang itu berlari mendekat, wajahnya masih juga tertutup oleh silaunya cahaya.
"SEUNGYOON?!"
Kini matanya terbuka lebar membiarkan cahaya masuk dan menyadarkannya dari mimpi di siang bolong. Dilihatnya jam dinding warna merah, jarum pendek menuju ke arah angka 12.
"Ah, sakit semua." Ucapnya pelan sembari membenarkan posisi duduknya. Tertidur di meja kerja sudah bukan hal baru lagi. Lengkap dengan laptop yang masih menyala, membuka lembar kerja microsoft word yang berjudul Bab 3 Sukses Yey! Diharapkan word itu sesukses judulnya. Cangkir Brown Line yang tadinya berisi susu panas kini menjadi dingin, lengkap dengan semut yang bergerombol bergantian menyeruput isinya. Memang pemandangan tak enak dilihat, tapi hewan juga butuh asupan gizi, maka dari itu Seulgi hanya menatap lalu kembali melihat apa saja yang ada di meja kerjanya.
Satu cup ramyeon pedas yang seharusnya habis dimakan, sudah mengeras sejak dua hari yang lalu. Bukan tak ada niatan untuk membuang, tapi waktu akan terbuang sia- sia nantinya. Time is money, slogan yang terung terngiang- ngiang di kepalanya.
Pekerjaannya sebagai penulis sudah menyita penuh jatah 24 jam dalam umur yang mencapai 23 sebentar lagi. Duduk di depan laptop lengkap dengan kacamata bulat trend saat ini dan balsem paling panas untuk memijat- mijat punggung sudah menjadi kebutuhan primer. Pekerjaan yang menghabiskan seluruh jam lerja dengan duduk, terkadang membuat punggung pegal hingga ke tulang ekor.
"Gila! Winner comeback!" Mengingat hal itu lantas Seulgi berlari ke kamar mandi. Dibasuh wajahnya dengan facial foam seharga 5000 won, facial foam itu penyelamat hidup dan harga diri. Waktu yang dibilang mirip dengan uang kadang terbuang sia- sia jika digunakan untuk mandi. Cuma dengan membersihkan wajah dan menyemprot parfume beraroma bunga yang ia dapat gratisan dari teman MLM nya, hanya butuh waktu 3 menit untuk tampil segar seperti mandi.
Usai membersihkan wajah, rambut coklat yang belum keramas hampir seminggu itu hanya perlu diikat, tak perlu disisir. Ini adalah salah satu karunia dari Tuhan, ia diberi anugrah rambut lurus, jadi tak perlu ribut sisir- menyisisir untuk terlihat rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex (Boy)friend
FanfictionBerhenti mencintaimu adalah hal terburuk yang terjadi dalam hidupku. Staring: Kang Seungyoon (Winner) Kang Seulgi (Red Velvet) Oh Sehun (EXO) Irene (Red Velvet) Song Mino (Winner) Wendy (Red Velvet) Jinwoo (Winner) Joy (Redvelvet) Seunghoon (Winn...