V

18 4 5
                                    

Padahal apa?" celetuk seseorang dengan suara bassnya yang terkesan dingin itu.

Dela mendongak ke kanan. Fraza pun melirik ke asal suara itu dan ia langsung menyapa orang itu dengan enjoy.

"Eh! Reno!!" Fraza langsung bertos ria seperti pada kawan sendiri. Reno cowok yang memakai celemek khas itu ikutan bertos dan tersenyum lebar.

"Yoi bang! Lu ngapain kesini?"

"Lu buta apa tuli si? Kesini buat makan lah!" Reno langsung terkekeh pelan, dan menaruh nampan yang berisi piring nasi dan sate dimeja.

Matanya melirik perempuan disebelahnya, perempuan itu juga ikut meliriknya lalu mengernyit bingung.

Reno hanya tersenyum tipis, lalu hendak kembali melayani pengunjung yang lain.

"Gua duluan ya bang." ia menepok pundak Fraza pelan, disertai senyuman kecilnya.

"Eh bentar dulu lah. Lu kenalin dulu diri lu didepan adek gua, tadi aja malah nyaut-nyaut dah kayak tiang listrik." Reno hanya terkekeh pelan.

Ia pun mengangkat tangannya kedepan, layaknya mau menjabat tangan Dela. "Kenalin gua Reno Ranjaya, kelas sepuluh ips dua, gua kenal bang jaja dari ekskul futsal. Dan yang terakhir lu jangan kaget dengan penampilan gue ini, karna gue kerja sampingan disini kadang-kadang doang." Ia tersenyum sangat amat manis.

Dela sempat melamun sebentar akan senyumannya itu. Paras tampannya itu sulit dijelaskan.

Dela merasa nyaman menatapnya. Saat itu juga ia dapat menyimpulkan bahwa Reno berbeda dengan Ata.

"Woi! Jabat elah tangannya! Reno ntar kayak Donald trump lagi!" kekeh Fraza.

Dela pun tersenyum kecil, lalu menjabat tangan Reno dengan ringan. "Gue Hardela adeknya si Jaja."

Reno tersenyum lagi. Reno memang begitu setiap kenal orang. Banyak-banyak senyum biar banyak pahala. Itu prinsipnya. Tapi, kalau banyak senyum ke cewek cantik, beda lagi urusannya.

"Oke gua duluan ya. Banyak job menunggu!" kekeh Reno.

Fraza dan Dela mengangguk pelan. Lalu cowok itu berjalan pergi meninggalkan Fraza dan Dela berdua dimejanya.

"Gila."

"Ih! Apa sih bang! Gila gila aja!" ketus Dela saat mendengar ucapan Fraza yang aneh itu.

Fraza menyeringai. "Suka kan lu!"

"Idih. Bukan tipe gue." ujar Dela beralasan dengan nada cuek.

Padahal mah cinta. Tapi pencitraan.

"Alah tai kucing! Boong kan lu? Suka kan? Reno Ranjaya cowok tampan yang berjabat--"

Dela sontak membekap mulut Fraza kencang. Ia kesal sekaligus malu, masalahnya Fraza ngomongnya dengan volume yang cukup keras. Sehingga banyak orang menengok kearah mereka berdua.

"Jangan macem-macem deh! Gak usah sotak botak deh! Dan satu lagi," Ia menatap Fraza tajam. "Jangan teriak-teriak kayak orang jualan baju di tanah abang. Gue malu masalahnya deket lu!" ujar frontal Dela seketika.

Mata Fraza terbelalak mendengarnya. Sekaligus terkagum, adiknya bisa membuatnya speechless seketika.

Sebenarnya Fraza memang tak bisa membalas omongan Dela karna mulutnya masih dibekap, tapi ia benar-benar speechless Dela bisa berbicara sadis seperti itu.

***

"Hei!"

Dela menengok ke asal suara itu. Dia lagi..

"Eh-- eh hai juga!" ujar Dela yang tergugup-gugup karna berada disebelahnya.

"Ngapain nyender ndiri disini?" tanya Reno penasaran.

Karna mendapati diri Dela sedang menyender di luar dengan angin semeriwing sendirian, membuatnya penasaran. Abis.

"Hahah, gue lagi nungguin bang Jaja. Dia kebelet boker katanya. Dah gitu, meja tempat gua tadi udah ada orang yang nempatin. Yaudah deh gue nunggu disini aja. Lumayan adem." Dela tersenyum ke arah langit gelap itu.

Reno pun tersenyum kecil juga. Ternyata, cewek kayak Dela suka adem-ademan diluar bersama para kawanan nyamuk.

"Lo sendiri emang udah selesai kerja?" tanya Dela. Matanya masih memandang langit itu, malu bertatap-tatapan dengan Reno alasannya.

"Udah, gue biasanya selesai jam setengah sepuluh. Tapi tumben banget udah dibolehin pulang." tutur Reno.

Dela mengangguk-angguk.

Angin semeriwing. Suasana yang lumayan agak sepi. Ini keadaan yang disukai Dela setiap harinya.

"Tadi lo futsal?"

Reno menoleh, "iya. Kenapa?"

"Kok gue gak liat ya."

Tak sadar Dela sudah jujur, rasa penasarannya dengan Reno makin bertambah-tambah. Setiap detiknya.

"Kok gak liat ya?" sahut Reno datar.

Dela pun terkaget, dengan ucapannya tadi dan sahutan Reno. Lalu ia menoleh ke Reno dan menyengir malu.

Bertatap-tatapan dengan jarak yang dekat, mampu membuat degup jantung Reno makin cepat.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Empat detik.

"WOI!"

Bangsul - Hardela Rakila

Bocah kampret - Reno Ranjaya.

Mereka pun terdiam sesaat. Ini semua karna Fraza, yang mengacaukan momen-momen indah mereka empat detik. Hanya empat detik, dan sudah. Lenyap begitu saja.

"Woi elah! Berduaan aje! Gila lega banget perut gua an--"

"Gue duluan ya no!" ujar Dela kilat, seraya membekap mulut Fraza seketika. Dan menarik tangan Fraza ke parkiran.

Reno mengangguk datar. Lalu menatap mereka pergi dengan hampa begitu saja.

****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang