Kalo semua siswa nganggap ruang kelas itu sebagai rumah kedua. Kalo gue ruang osis. Kalau nggak ruang osis ya ruang paskibra. Iya, dari kelas sepuluh sampe kelas sebelas gue lebih sering ke sana daripada ke kelas. Nggak tau kenapa, gue lebih suka aja di sana. Meskipun begitu, temen gue di kelas nggak ada yang benci gue. Karena ya, gue anaknya terlalu polos buat digituin. Plak.
Jadi anggota OSIS itu enak. Gue dapet banyak temen dari sana. Asal kalian tau, anak OSIS itu seru-seru. Mereka solid dan mudah akrab satu sama lain. Hilangkan gosip kalo anak OSIS itu cuma pengen terkenal, cuma buat majang nama, dan apalah itu. Please, OSIS nggak sebercanda itu ya. Ada emang satu dua anak tapi jangan hujat yang lain nanti mereka sakit hati. Hujatin gue aja nggak papa, haha.
Dengan ikut OSIS, gue juga bisa menyalurkan ide dan yang terpenting adalah gue bisa bolos jam pelajaran matematika dengan sembunyi di ruang osis. Kalo gue ditanya Pak Hudin, gue selalu bilang ada kumpul OSIS. Gitu aja beliau udah percaya.
Kayak sekarang.
Kenapa gue sekarang nggak bolos ke ruang paskibra aja? Soalnya di sana sepi, jarang ada anak main kesana selain jam istirahat atau pulang sekolah. Masa iya gue sendirian disana, gampang ketahuannya dong.
Bolos pelajaran karena hal positif boleh kan? Tapi kalo dipikir-pikir sih nggak boleh juga soalnya tetep aja gue bolos. Okelah, sanksi dipikir nanti aja.
Gue lagi duduk menyila di depan laptop. Di pojok sana ada Jovi yang lagi main gitar asal-asalan. Melamun nggak jelas. Katanya, ceweknya semalem minta putus. Sempet gue protes tadi soalnya genjrengan gitarnya bikin telinga sakit.
Berhubung sekretaris paskibra beberapa hari ini nggak masuk karena sakit, dan proposal buat lomba paskibra adik kelas gue belum kelar, jadi gue sebagai dansat dengan penuh keikhlasan harus selesain ini.
Sebenarnya kemarin malem mau gue kerjain di rumah, tapi nggak jadi gara-gara adek perempuan gue minta dianter ke rumah temennya, dan kampretnya dia nggak mau diajak balik lagi ke rumah pas temennya nggak ada di rumah. Jadi gue nungguin deh. Dasar bocah. Btw, dia kelas enam SD.
"Mal, gue balik dulu, takut ada guru di kelas." Kata Jovi.
Jovi itu temen seangkatan gue. Dia osis yang sering main ke ruang osis sama kayak gue. Bedanya, dia suka takut ada guru di kelas, kalo gue enggak. Gue don't care, mau dicariin kek pokoknya gue bebas dari pelajaran. Terlebih matematika.
"Yaah, yaudahlah sana sana keluar." Gue mengibas-ngibaskan tangan gue asal-asalan sambil mengetnyit ke arah cowok itu. "Tutup lagi woi!" Teriak gue saat tahu Jovi pergi gitu aja tanpa menutup pintu.
Akhirnya dia balik lagi dan nutup pintu itu.
Tok tok tok
"Masuk aja elah. Sini bolos bareng gue." Kata gue masih ngelihat laptop.
"MALIKA! Kamu ngapain disini? Ini kan jam pelajaran." Mata gue melebar. Itu... Pak Hudin.
Pasti Pak Hudin habis ketemu Jovi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiperekskul
Short Story12/12 (Completed) Jangan sebut gue hiperaktif lagi. Gue udah ke tahap yang lebih tinggi, hiperekskul. Ini kisah gue, si Malika dengan berjuta ekstra. [Publish: 28/06/17] 721 in short story: 17/02/18 817 in short story: 25/01/18