Chapter 2

3.8K 406 48
                                    

"Urusan kita belum selesai dan aku sudah menyiapkan kejutan kecil untukmu, Pendek !"

Jimin tercekat mendengar ancaman Jungkook. Oh Damn ! Jungkook tidak pernah main-main dengan perkataannya. Jika tidak waspada siap-siap saja dia di permalukan untuk yang ke sekian kalinya oleh namja jangkung itu.

Jimin sedikit melirik Jungkook yang kini berjalan ke arah bangkunya sendiri. Pikirannya bercabang dan entah kenapa kepalanya tiba-tiba terasa berat.

.

.

Jam istirahat telah tiba, Jimin masih setia duduk di bangkunya tanpa berniat beranjak sedikitpun, hal itu sukses membuat Jin menautkan alis nya bingung, tidak biasanya Jimin malas-malasan seperti ini saat jam istirahat berbunyi nyaring.

"Jimin, kajja ke kantin" Jin hendak menarik tangan Jimin tapi di urungkannya saat melihat gadis berambut coklat tua panjang itu menggeleng pelan, Jin makin kebingungan di buatnya. Sebenarnya ada apa?.

"Wae ? Tidak biasanya kau seperti ini" Jin kembali mendudukkan diri di samping Jimin, meminta penjelasan pada gadis itu akan sikap anehnya.

Mulut Jimin masih terkatup rapat, tapi mata bulan sabitnya berpendar melihat seluruh sudut ruangan, Jin yang kebingungan pun ikut-ikutan melirik seisi ruang kelas yang telah kosong. Sebagian penghuninya telah pergi entah ke kantin, ke atap atau sekedar bersantai di taman belakang sekolah, hmm mungkin juga ada beberapa orang yang ke perpustakaan.

"Bagaimana jika ancaman Jungkook tadi itu tidak main-main ?, bagaimana kalau-" Jimin berhenti melirik seisi kelas, liurnya terasa tercekat di kerongkongan saat teringat satu hal. Bagaimana kalau..

"Jungkook mempermalukanku lagi ?" Nada suara Jimin terdengar lirih di akhir, seakan-akan ia sedang memperingati dirinya bahwa hal seperti itu bisa saja terjadi.

Jin memandang sendu ke arah sahabatnya itu. Jujur, dia juga iba pada Jimin, tapi dia bisa apa, bukan?.

"Sudahlah Jimin-ah, sekarang kita ke kantin saja, ne. Kalau kau sendiri di dalam kelas peluang Jungkook untuk mengerjaimu bertambah besar." Jin mengusap lembut punggung Jimin, mencoba menenangkan gadis itu akan kekalutannya.

Jimin terdiam, otak cerdasnya sibuk menimbang usulan Jin. Jika dia tetap di dalam kelas, itu tidak akan mejamin ia akan lepas dari hal mengerikan yang di sebut Jungkook dengan 'kejutan kecil' itu, bukan?. Akhirnya Jimin memutuskan untuk menyetujui usulan sahabatnya sejak kelas X itu.

"Baiklah. Kita ke kantin" Final Jimin.

Jin tersenyum cerah dan menarik lembut tangan sahabatnya itu. Mereka berdua berjalan beriringan di koridor sekolah menuju Kantin yang kini terlihat penuh sesak.

Jin mendorong pelan pintu kaca Kantin dengan sebelah tangan yang masih menggandeng tangan Jimin. Kedua gadis cantik itu langsung saja menginjak lantai Kantin dan berpendar mencari meja kosong yang sekiranya bisa mereka tempati. Tapi, mata Jimin yang sedari tadi melirik setiap sudut kantin dengan intens bukan karna itu, dia sekarang sedang mencari sosok manusia paling menyebalkan dalam hidupnya, si Jeon Jungkook beserta anak buah idiotnya itu.

"Jimin, di sana ada Yoongi dengan Hoseok, kita makan di sana saja ne" Jin menunjuk meja yang di tempati Yoongi dan Hoseok dengan semangat. Sedangkan Jimin hanya mengangguk acuh, matanya masih bergerak liar menyusuri setiap sudut kantin. Dan akhirnya kedua mata bulan sabitnya membola saat melihat Jungkook, Taehyung dan Namjoon yang duduk di pojok. Dan oh lihatlah ! sekarang Jungkook sedang menyeringai bodoh ke arahnya. Huh, bagaimana ini?! Apa dia harus keluar dari kantin dan kembali ke kelas ? Tapi, jika seperti itu pasti Jungkook akan menganggapnya pengecut.

Jimin sibuk dengan pikirannya, tanpa sadar Jin telah menariknya ke arah meja yang di tempati Yoongi dan Hoseok. Gadis berambut panjang itu masih setia menatap Jungkook, tepatnya membalas tatapan tajam si Namsan Tower itu.

Play Game With My Enemy (KookMin/ Jikook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang