Chapter 5

2.4K 283 43
                                    

'Sebenarnya siapa Jieun itu?'

.

.

Jimin melirik canggung pemuda jangkung yang terlihat semakin gelisah setelah pembicaraannya di telpon tadi. Suara Lee songsaenim yang menjelaskan pelajaran biologi di depan kelas setelah Jimin mengambil buku cetak di perpustakaan dengan beribu pertanyaan tentang Jieun di otaknya, tidak terdengar lagi oleh Jimin. Semua atensi nya terpusat ke arah 2 orang. Jungkook dan Jieun. Ada hubungan apa mereka? Itu semua semakin membuat Jimin bertanya-tanya dalam hati. Ingin sekali Jimin bertanya langsung, tapi kenapa suaranya terasa tersangkut di ujung lidah.

"Sialan !" Jungkook mengumpat setelah membaca satu buah pesan singkat di handphone nya, suaranya terdengar pelan tapi menusuk. Handphone di genggamannya pun ia remas kuat. Menjelaskan betapa marahnya ia kini.

Jimin bergidik saat telinganya mendengar umpatan pelan Jungkook dan mata nya menangkap raut wajah Jungkook yang terlihat mengerikan. Terlihat marah. Dan Jimin berfikir pasti ini ada hubungannya dengan nama yang di sebut Jungkook tadi. Jieun.

.

Jimin heran saat melihat Jungkook terburu-buru keluar dari kelas setelah bel pulang berbunyi nyaring. Sedari tadi namja itu tidak mengeluarkan sepatah kata apapun di kelas padanya. Hari ini pria itu juga terlihat sangat aneh, Jungkook tidak seperti biasanya. Tidak ada lagi kejailan yang ia perbuat, tidak ada lagi tawa idiotnya. Tidak ada lagi perkataan konyolnya. Dan Jimin merasa asing dengan itu semua. Wajah Jungkook hanya terlihat serius dan...khawatir.

Jimin memasukkan buku terakhirnya ke dalam tas dengan mata yang memandang Jungkook berjalan keluar ke arah pintu kelas. Bahkan namja itu tidak mengajaknya pulang bersama, atau setidaknya....menyapanya. Jimin tidak tau kenapa ia harus merasa aneh seperti ini, bukankah sangat beruntung baginya jika Jungkook tidak mengganggunya satu hari ini saja?.

"Jeon" Langkah Jungkook di ambang pintu terhenti. Ia hapal panggilan dan suara itu. Park Jimin.

Jimin mengutuk dirinya sendiri yang seakan memanggil bala petaka yang seharusnya sudah menjauhinya. Tapi, kenapa perasaannya tidak suka melihat petaka yang saat ini mematung di ambang pintu? Ia tidak suka Jungkook mengabaikannya.

Jungkook berbalik, tanpa senyuman bodohnya, tanpa perkataannya yang membuat Jimin kesal. Namja itu semakin memperlihatkan ekspresi cemas dan ketergesaan yang mengerubungi dirinya.

"Maaf Jimin. Hari ini kau pulang sendiri saja, ne?. Aku tidak bisa mengantarmu. Ada urusan ku yang lebih penting" Bahkan suara yang biasanya riang itu kini terdengar sangat datar. Jimin menundukkan kepalanya sejenak. Kemudian ia mendongak, tersenyum getir, merasa tidak terima akan perkataan Jungkook. Apa urusannya lebih penting dari pada dirinya? Jimin tersenyum kecut. Tentu saja ! ia bahkan bukan siapa-siapa.

"Yeah. Aku mengerti" Senyuman Jimin terlihat di paksakan.

Setelah itu Jungkook menghilang di balik pintu, tanpa ada satu patah kata selamat tinggal. Apa seseorang bernama Jieun itu begitu berarti baginya?.

Jimin terduduk lesu di atas bangku, senyumnya perlahan menghilang. Dia tidak mengerti apa yang membuatnya bisa sesakit ini. Kenapa ia merasa semua perhatian Jungkook padanya di ambil begitu cepat oleh satu orang nama...Jieun. Atau...Apakah dia yang selama ini merebut perhatian Jungkook dari Jieun jika kita ambil dari sudut pandang lain. Jimin tidak mengerti dan berusaha menghapus pikiran-pikiran aneh dalam otaknya. Dengan gontai gadis berkuncir itu melangkah keluar kelas.

.

"Kook, ayo kita kumpul lagi nanti malam di Bar biasa. 2 hari ini kau terlihat sibuk dengan musuhmu itu, sampai-sampai tidak mempunyai waktu lagi untuk kami" Taehyung menepuk bahu tegap Jungkook, sedangkan Namjoon yang berada di samping nya mengangguk setuju akan apa yang Taehyung ucapkan. Jungkook berwajah suram, dan Namjoon ataupun Taehyung mengerti apa maksud dari mimik wajah pria jangkung itu.

Play Game With My Enemy (KookMin/ Jikook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang