Abracadabra! Aku ada, ia hilang, ia ada, cinta hilang, Cinta hilang, "Di mana kita?"
"Yang lebih ajaib dari tongkat sihir? cinta yang tanpa sirih untuk menguatkan dan mewangikannya".
Anggrek terlahir, Dari rahim buku gambar seorang anak, menurut cerita ibunya, Ayahnya hanya pensil yang gampang tersapu angin. Itu sebab, ada tiada hadirnya ayah lebih cemas kalau uang tiada.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anggrek, yang tangkai rapuhnya tegar dihantam waktu. Gadis ayu, kurus berdada rata, namun kelopaknya selalu terasa ceria.
Tumbuh, mekar mengkhawatirkan. Tentang lebah yang menjilatinya lebih dari seekor. Tentang nikmat madunya, tentang desahnya.
"Aku mencintaimu, Anggrek!". Ucap lebah tanggung usai puas menjamah seluruh tubuh bunga.
Ucap rayunya hanya terlontar saat birahinya terbang tinggi, tak jarang membujuk Anggrekuntuk menghisap sengatnya yang mulai menegang, Anggrek manut, karena cinta, karena bualan cinta dari lebah begitu membuatnya tak merasa lagi sepi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Telan!!" "Tapi.." Ucap Anggrek, jijik. "Sudahlah, nanti juga kau ketagihan!"
Begitu terus cinta yang ia tahu, bercinta selalu. Sampai ia sadar bahwa bukan hanya dengannya lebah begitu, bunga lainnya pun diajaknya telanjang, telengkup di ranjang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dosa ini, serupa dosa ayah menelantarkan anaknya". Sesal Anggrek. "Tapi.. Dosa ini, mungkin bukan dosa terberat yang dibuatnya. Mungkin yang terberat ialah mengatasnamakan cinta demi setubuh yang sesaat nikmat".
