Rania masih tersenyum lebar bahkan ketika dia dan Reno sudah dalam perjalanan menuju rumah Patrick. Rania sangat senang, akhirnya dia dapat memberikan suprise untuk Patrick. Sudah lama Rania menantikan saat-saat ini. Memberikan kue untuk Patrick, menyaksikan cowok itu meniup lilin dihadapannya, semuanya tampak mengagumkan. Rania tidak sabar untuk sampai dirumah Patrick.
"Jangan senyum muluk, gue merinding." Ucap Reno tanpa menoleh pada Rania.
Bukannya menghilangkan senyumannya, Rania malah makin tersenyum lebar. "Lo tau gak? Gue seneng banget!" Ucap Rania sambil memegang erat kue ulang tahun untuk Patrick.
"Ya iya, tapi jangan kebangetan, bego!" Ucap Reno agak kesal. Fakta yang mengatakan Reno menyukai Rania, tentu saja membuat Reno cemburu karena Rania yang begitu mencintai Patrick.
"Serah gue, dong!" Komentar Rania lalu kembali tersenyum.
Reno menggeleng pelan. "Cinta itu buta." Gumam Reno pelan agar tidak di dengar oleh Rania.
Sudah hampir dua puluh menit mereka berada dalam perjalanan ke rumah Patrick, kini tidak terasa mereka pun sudah tiba di rumah Patrick. Reno segera memarkir mobil di depan rumah Patrick, alisnya terangkat ketika melihat sebuah mobil di depan rumah Patrick, mobil yang begitu asing di mata Reno maupun Rania.
"Ini mobil siapa?," tanya Rania pada Reno. Reno mengedikkan bahunya, "Gak tau."
Rania dan Reno segera mengabaikan mobil asing itu. Mereka berjalan memasuki pekarangan rumah Patrick. Dan ketika mata Rania menatap ke arah pintu rumah patrick, langkahnya segera terhenti, "Bunga?," gumam Rania pelan membuat Reno menaikkan alisnya. "Siapa Bunga?"
Rania menggeleng cepat, "kita pulang aja." Ucap Rania sambil menarik lengan Reno kemudian menjauh dari situ.
***
Patrick menatap foto Rania pada ponselnya. Foto mereka sedang berpose alay dengan seragam putih abu-abu. Patrick tersenyum, sekarang dia benar-benar mencintai gadis itu. Patrick sudah terbiasa dengan kehadiran Rania, makanya jangan heran jika Rania sudah berhasil mengisi hati Patrick.
Ting, tong, ting, tong..
Patrick mengalihkan pandangannya keluar ketika mendengar bunyi bel. Sebenarnya Patrick malas untuk membukakan pintu, mungkin itu Merry, atau penagih listrik atau penagih lainnya. Kalau saja Patrick tidak sendiri di rumah ini, mungkin Patrick bisa menyuruh orang lain untuk membukakan pintu.
Patrick berjalan malas memuju pintu depan. Patrick menarik ganggang pintu, sehingga kini pintu sudah terbuka. Menampilkan seseorang yang sudah lama tidak di jumpai Patrick. Mata Patrick menatap orang di depannya tanpa berkedip. Seketika jantungnya seakan tidak berdetak. Semuanya seakan terhenti. Senyum gadis itu, ya, Patrick merindukannya.Bunga telah kembali.
"Happy Birthday honey." Ucap Bunga sambil tersenyum lebar.
"Bunga," gumam Patrick pelan.
Bunga segera memeluk Patrick, mendekap cowok itu seakan tidak berpisah lagi. "Miss you so bad" ucap Bunga kali ini parau. Patrick juga membalas pelukan Bunga. Hanya pelukan biasa, selayaknya sahabat.
"Kamu kemana aja selama ini?" Tanya Patrick sehingga Bunga segera melepas pelukannya. Bunga menunduk. Seakan takut untuk menceritakan kebenarannya.
"Jawab aku" tuntut Patrick.
Bunga menghela nafasnya berat. "Aku gak jadi naik pesawat itu. Waktu aku mau naik, mama papa nelpon supaya aku berangkat ke amrik. Mereka pengen aku belajar di amrik dan itu harapan mereka buat aku. Aku gak bisa nolak karena gak mau ngecewain mereka. Selama ini Aku gak kasih tau kamu karena perintah mama papa, mereka bilang kalau kamu tau, kamu bakal nyuruh aku pulang indo. Kebetulan pesawat yang sebenarnya aku tumpangin kecelakaan, dengan begitu kamu bakal mikir kalau aku udah meninggal." Jelas Bunga membuat Patrick kecewa. "Terus kenapa kamu balik?" Tanya Patrick menimbulkan sedikit goresan di hati Bunga. Suara Bunga tercekat. Dia sesih dengan semua ini. "Aku dengar dari kakak kamu, kalau kamu udah dekat dengan orang lain. Aku juga maksa mama dan papa buat biarin aku balik ke sini, ke kamu. Aku kangen banget sama kamu." Mata Bungan mulai berkaca-kaca. Dia tak menyangka kalau semuanya akan serumit ini.
Tiba-tiba ponsel Patrick bergetar, menandakan ada sebuah pesan masuk. Patrick segera membuka pesan sms itu.
Sandra :
Bunga balik hari ini dari amrik. Jangan marahin Bunga karena dia lakuin ini juga atas kemauan ortu dia dan lo harus dengerin penjelasan dia. Lo bisa marah ke gue karena rahasiain semua ini. Gue tau ini rumit karena perasaan lo udah kebagi buat Rania. Tapi semuanya tergantung sama lo. Siapapun yang bakal lo pilih, tetep bakal ada yang terluka.
Btw hbd!Patrick menghembuskan nafasnya. Dadanya terasa sesak. Nafasnya serasa tertahan di tenggorokan. Dia ingin membentak Bunga tapi tidak bisa, "Jadi kak Sandra juga tau?, terus kenapa kamu datang saat aku udah sayang orang lain?, kamu mau mainin hati aku?, kamu pikir aku gak khawatirin kamu selama ini?, kamu pikir aku gak hampir gila karena kecelakaan pesawat itu?, selama setahun ini aku berusaha lupain kamu dan itu berhasil. Terus kamu balik dengan seenaknya?, kenapa kamu tega, Bunga." Patrick membuat Bunga tak berkutik ditempatnya. Dia tahu dia salah. Tidak mudah bagi Patrick untuk melupakannya, karena itu Patrick marah dengan semua kebenaran yang ada. Patrick merasa hatinya seperti di permainkan.
Patrick menatap Bunga dengan tatapan kosong, seketika semuanya gelap. Dia lelah, dia sakit, dia kecewa, pada Bunga.
***
So guys, that's suprise for Patrick. menurut kalian Patrick masih sayang sama Bunga gak sih?
Menurut kalian siapa yang bakal di pilih Patrick. Bunga or Rania?
Karena itu terus ikuti ceritaku yaa, dan temukan jawabannya di part-part selanjutnya!Lavyuuuu💕
Rabu, 28 06 17
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Not Mine (Selesai)
Teen FictionAku yakin setiap pertemuan akan selalu ada perpisahan. Dan itu adalah yang paling ku takutkan. Aku tidak pernah menyesal untuk mengenalmu, karena itu adalah saat-saat terindah dalam hidupku. Aku hanya menyesal karena tidak dapat berbagi lebih banyak...