Potongan Bocah Dalam Kardus (Bagian 3)

58 1 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah melaksanakan sholat magrib berjamaah di Musholla Nurul Iman, Iptu Mulyono bergegas menemui dokter Sisca di RS.Bhayangkara untuk menanyakan hasil autopsy jenazah Reno, baginya yang bisa dikerjakan hari ini harus dituntaskan hari ini juga karena hari esok adalah ghaib. Dokter Sisca menyambutnya dengan senyum hangat, sehangat secangkir teh yang telah diseduhkannya untuk Iptu Mulyono.

"Bagaimana hasilnya? Apa ada temuan signifikan?"

"Mau aku jelaskan pakai bahasa apa?"

"Yang aku mengerti saja lah.. detailnya kamu tuang di kertas saja."

"Baiklah, anak itu disembelih hidup-hidup hingga kepalanya putus, lalu tubuhnya di mutilasi, tiada jejak yang di tinggalkan pelaku selain sedikit serat enceng gondok pada luka potong leher korban, dan tentu saja yang paling penting sudah kudapat perkiraan waktu kematian korban."

"Tunggu...Reno sering bergaul di lingkungan dimana banyak terdapat pengerajin serat enceng gondok, apa mungkin...? Ah.. aku tidak mau melompat ke konklusi sebelum mengetahui waktu kematiannya, coba kamu jelaskan dulu perihal waktu kematiannya."

"Baiklah aku jelaskan. Kunci penentuan waktu kematian ada pada belatung yang mengerubungi mayat Reno, dari sampel belatung tersebut dapat diketahui Post Mortem Interval kematian Reno dengan metode entomologi forensic, dari panjang belatung dan suhu rata-rata TKP yang kamu kirim tadi, maka bisa diperkirakan waktu kematian Kematian Reno, penghitungan PMI sendiri bisa dilakukan dengan dua metode yaitu dengan perhitungan ADH atau juga bisa berpedoman pada grafik hasil penelitian ilmiah tentang laju pertumbuhan spesies belatung tersebut dalam berbagai suhu. Coba lihat grafik ini". Dokter Sisca menunjukkan sebuah Grafik yang telah ditandainya pada Iptu Edi yang menunjukkan waktu kematian Reno.

"Coba jelaskan lebih detail"

"Chrysomya villeneuvi sepanjang 10mm, yang kuambil tadi diambil tepat pukul 12 siang. Chrysomya villeneuvi sendiri adalah spesies yang sudah diteliti waktu laju pertumbuhannya dalam kondisi berbagai suhu kembang, jadi kita bisa langsung mencocokkan dengan table laju pertumbuhan pada berbagai suhu dengan tabel laju kembang untuk spesies tersebut. lalu aku tinggal mencocokkannya dengan suhu rata-rata TKP yang kau smskan tadi sore. Menurut data yang kuterima suhu rata-rata TKP selama tiga hari tersebut adalah 25 derajat celcius, disini kita sudah mendapat data lengkap sehingga kita bisa langsung cocokkan dengan table. Dimana kita bisa lihat bahwa jika suhu rata-rata lingkungan 25 derajat celcius dan panjang larva 10mm maka waktu yang dibutuhkan mulai larva menetas hingga berukuran 10 mm adalah 60 jam, dan jika kita tarik mundur dari penemuan mayat yaitu hari ini pukul 12.00 siang, maka kita dapati waktu penetasan telur lalat yaitu tanggal 7 pukul 24.00 tapi perlu kamu tahu, menurut fakta yang di dapatnya dari Cornell University Department of Entomology menerangkan bahwa lalat tidak aktif saat malam hari atau ketika suhu dibawah 7,2 derajat Celsius, lalat baru aktif saat matahari mulai terbit dan suhu minimal mencapai 26,6 derajat Celcius, itu artinya baik proses penetasan maupun peletakan telur pada mayat tersebut tidak mungkin terjadi saat malam hari itu, dengan kata lain proses peletakan telur lalat oleh induknya terjadi sebelum hari mulai malam."

"Jadi pada tanggal 7, sebelum sore Reno sudah tak bernyawa?"

"Tepat" Jawab dokter Sisca singkat.

"Berarti kakek Sadli hanya berakting belaka. Buktinya adalah keterangan janggalnya yang tidak logis jika dikonfrontasi dengan temuanmu tadi, Beliau menyampaikan kesaksian tentang semua kegiatan Reno pada tanggal 7 mulai siang hingga setelah isya. Padahal harusnya Reno sudah mati sebelum sore hari. Sebelum matahari tenggelam, pastinya jenazah Reno sudah dikerubungi lalat bahkan telur-telur lalat mungkin sudah siap menetas menjadi larva. dan dengan ini terbukti bahwa keterangan kakek Sadli palsu. Kakek sadli saat itu bisa saja membunuh Reno selepas sekolah, lalu memutilasinya terus membuangnya siang itu juga, tindakannya tersebut tidak diketahui orang lain karena suasana sekitar tempat tinggalnya memang sepi lantaran warga lain sudah pindah sebelum digusur, lalu mulailah dia membangun keterangan palsu tentang aktifitas Reno mulai siang sampai malam, hingga menggiring opini bahwa Reno terakhir ke rumah temannya yang merupakan adik dari Hadi Cakil yang dulu pernah menganiaya Reno, dia berharap penyelidikan polisi jadi teralih focus pada Hadi yang memang juga dikenal sebagai preman yang suka menganiaya anak-anak."

"Biadab, semoga kakek kejam itu diganjar setimpal" Ujar dokter Sisca dengan geram.

Setelah berterima kasih kepada Dokter Sisca karena telah banyak membantunya dalam kasus memilukan tersebut, Iptu Mulyono bergegas ke rumah kakek Sadli untuk menangkapnya, dia bersiaga dengan segala kemungkinan veteran perang itu melakukan perlawanan. Namun begitu masuk ke rumah kakek Sadli segala kewaspadaannya hilang karena dia melihat pria renta itu tergantung di tengah ruangan dengan lidah menjulur.

Tiada wasiat, tiada pula terungkap motif yang melandasi kekejamannya itu, dan sesungguhnya masih ada ampunan bagi pembunuh manusia lain, kecuali yang dia bunuh adalah dirinya sendiri.

Sadly Case...

Sekian.

Ikuti Terus Ceritanya ya... case-case lainnya akan segera di publikasikan..    

CRIMINAL STORIES.IDWhere stories live. Discover now