Sadly (Bagian 1)

52 2 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Judul : Sadly

Penulis : Yudo Nugroho

Story :

Tahun ini, Kakek Sadli tak ikut upacara peringatan kemerdekaan negeri yang beliau perjuangkan ketika masih remaja meski upacara itu dihadiri langsung oleh presiden Joko Widodo. Beliau memilih untuk tidak datang bukan karena tidak mau menghormati kedatangan Presiden, Bukan pula karena jauhnya jarak antara Tugu Pahlawan dan Wonokromo jika ditempuh dengan becak reotnya. Pagi ini juga beliau hanya berkaos oblong, tak berseragam Veteran seperti seharusnya. Beliau memarkir becak reotnya di halaman depan Polsek Wonokromo lalu menunggu dengan sabar para polisi yang sedang melakukan upacara bendera dalam rangka memperingati hari pahlawan.


"Ada yang bisa dibantu kek?" tanya polisi piket yang menghampirinya.

"Saya mau melapor, cucu saya sudah dua hari hilang."

"Berapa umur cucu kakek?"

"Baru tujuh tahun"

"Baiklah kalu begitu silahkan masuk. Sebentar lagi upacara selesai." Dengan diantar polisi yang bernama Maher kakek sadli memasuki kantor polisi. Setelah upacara selesai beliau segera dilayani pengaduannya. Beliau menunjukkan foto cucunya yang bernama Reno pada polisi untuk segera dimasukkan dalam daftar orang hilang.


Suara mesin ketik memenuhi ruang pengaduan itu. Semua keterangan kakek sadli sudah tertuang dalam berkas laporan orang hilang.

"Jadi cucu anda terakhir berpamitan ke rumah temannya setelah isya? Sudah anda tanyakan pada teman-temannya?"

"Iya pak, keesokan harinya saya bertanya pada teman-teman sekolahnya namun mereka menjawab tidak tahu, malam sebelumnya hingga jam dua belas malam, saya keliling sampai kampung sebelah tapi tetap tidak ada yang melihat cucu saya."


"Kemana cucu anda bermain atau keluar sehari-hari? Coba jelaskan kebiasan cucu anda, kemana saja dia sehari-harinya?" tanya Iptu Mulyono.

"Siang sepulang sekolah dia biasanya membantu saya mencari enceng gondok di pinggiran sungai jagir, lalu setelah ashar dia ke Sanggar Ilalang."

"Sanggar Ilalang?"

"iya, sanggar bentukan LSM Kawan Kita. Yang membina anak-anak jalanan itu lho pak."

"Jadi cucu anda anak jalanan?"

"Dulunya cucu saya sepulang sekolah ngamen di terminal Joyoboyo, namun sejak dibina Sanggar Ilalang dia tidak ngamen lagi, malah dia membantu saya mencari enceng gondok untuk dijual di UKM, itu pun karena binaan Sanggar Ilalang."


Lalu setelah dari sanggar Ilalang, biasanya kemana cucu anda?"


"Dia biasanya ngaji di TPA Ustadz Mu'in mulai magrib sampai selesai isya, setelah itu dia pulang dan bermain di sekitar sini, tapi biasanya tidak sampai jam sembilan sudah pulang, lalu dia belajar sebelum tidur jam sepuluh.'


"pada tanggal tujuh kemana saja cucu anda sepulang sekolah?"

"Dia membantu saya sampai menjelang magrib pak, katanya kegiatan disanggar diliburkan karena pendopo sanggar direnovasi, sorenya dia pamit pergi ngaji tapi dia segera kembali karena katanya Ustadz Mu'in pergi ziarah ke Wali Songo sehingga ngajinya diliburkan. Setelah isya dia pamitan pergi ke Joyoboyo, katanya mau ke rumah Dina.'


"Siapa Dina?'


"Teman sekolahnya, dia adik Hadi Cakil'


"Apa cucu anda pernah bertengkar dengan seseorang?'


"Pernah, tapi pertengkaran biasa dengan teman sebayanya, dulu pernah juga dia pulang dengan memar di wajahnya, katanya dipukul Hadi Cakil.'


"Hadi Cakil kakaknya Dina tadi?"


"Iya pak, dia preman wonokromo, awalnya saya anggap dia yang mengatur dan melindungi cucu saya saat ngamen, tapi nyatanya dia malah sering memeras dan memukuli cucu saya."


"Anda kan tahu seperti itu, lalu apa tindakan anda?"


"Saya ini hanya seorang tua renta, yang bisa saya lakukan hanya melarang cucu saya ikut Hadi Cakil. Beruntung ada sanggar Ilalang, sehingga cucu saya bisa mendapat pembinaan dan perlindungan. "


"Baiklah, kakek sabar saja, kami akan beri kabar setelah ada perkembangan. Sekarang kakek pulang saja." Iptu Mulyono terenyuh melihat kakek renta itu keluar dari kantor polisi dengan langkah ringkih. Dia berharap dapat segera membantu kakek Sadli.

Rupanya niat baik Iptu Mulyono mendapat kemudahan, tepat setengah dua belas setelah dia sholat dhuhur jajarannya mendapat laporan penemuan kardus besar berisi potongan tubuh yang membusuk. Diapun segera meluncur ke TKP.

***


Bersambung ke bagian 2, silahkan baca ya.., sudah terpublish..

CRIMINAL STORIES.IDWhere stories live. Discover now