Author
Pagi yang indah menyelimuti suasana hati laki-laki yang saat ini sedang tidur pulas di kasur kingsize nya. Saat sedang membayangkan apa yang sedang terjadi di mimpinya, tibatiba saja mimpi itu berubah menjadi buruk. Ya, ia mimpi dikejar-kejar monster berkepala tiga. Sangat buruk bukan? Ya, sangat buruk bagi seorang penakut hal hal mistis seperti Revan. Entah apa yang mengakibatkan mimpi indah jadi buruk, yang pasti saat ini dia sedang mengigau.
Dengan tergesa-gesa, Cenia menaiki lantai 2 karena mendengar suara kakaknya meringis, merintih, dan meronta-ronta seakan akan ada sesuatu yang sedang mengejarnya.
Kreekk
Knop pintu pun terbuka, bersyukurlah Cenia bahwa pintu kamar kakaknya itu tidak dikunci, dan apa yang ia lihat? Hanya sebuah gurauan? Hanya mengigau? Ia sampai lupa mematikan showernya karena mendengar kakaknya meminta tolong, tapi apa yang terjadi?
Huh -dengusnya.
"KAKAK!!!"
Karena teriakan keras dari sang adik, Revan pun terbangun dengan keadaan dimana keringat bercucuran diseluruh tubuhnya.
"Mana? Mana monsternya Cen? Mana, ayo kita bunuh." igau Revan yang mungkin masih terbawa suasana mimpinya.
Dengan tertawa berbahak-bahak, Cenia hanya berkata, "Ada di otak lo yang gesrek!" dan kembali ia tertawa sampai turun ke bawah.
"Cen, gue serius! Eh ngomong-ngomong monster apaan ya? Duh emang otak gue kebanyakan kali ya?"
Revan yang sudah menyadari bahwa otaknya lah yang salah, kembali merentangkan tubuhnya ke kasur kingsize nya.
Saat ini Cenia sudah rapih, hendak pergi ke sekolah. Namun, kakaknya Revan daritadi belum kelihatan batang hidungnya. Bahkan, saat ia mencari kakaknya dikamar pun tidak ada. Apakah kakaknya pikun lalu meninggalkan Cenia dan duluan ke sekolah? Ah tidak mungkin, mobil sport putihnya masih terpampang nyata di garasi penthouse mereka.
Dengan terboyong-boyong, Revan keluar dari lantai atas dan sudah berpakaian seragam. Entah dari asalnya, yang jelas dia sudah membawa tas dan memakai sepatu. Mungkin dia abis pap ke grup di balkon atas, pikir Cenia.
"Ayo Cen jalan, keburu ngantuk lagi nih gue." gumam Revan seakan-akan malas ke sekolah.
"Dih kak? Sarapan dulu, ini bikinan gue udah gue siapin di meja makan. Lo kenapa sih? Abis dikejar-kejar monster kan?"
Saat Cenia berkata seperti itu, Revan pun langsung melotot seakan-akan mata nya ingin keluar. Dia malu dengan perilaku mengigaunya tadi, tetapi menurutnya mimpi itu benar benar nyata.
Setelah sarapan selesai, Revan dan Cenia langsung bergegas ke mobil, dan Revan pun menancapkan gasnya ke sekolah.
Sekolah begitu ramai walaupun masih pagi seperti ini, entah ada siswa siswi yang diperpus, nongkrong dikantin yang belum buka, ngerokok di toilet cowok, dan 1 lagi yang membuat Revan menajamkan matanya. Ya, gadis yang kemarin membuatnya kesal, bahkan lebih kesal dari yang dibayangkan.
"Oh shit, look that, Cenia! She is a devil. Satan!"
Cenia yang tidak menggubris kakaknya berbicara itu langsung menuju ke kelasnya. Sedangkan Revan balik lagi ke mobil hendak merokok didalam mobil dengan posisi kaki diatas stir. Begitulah indahnya hidup, menurutnya.
Disamping mobil Revan, terdengar suara mobil lain, yaitu mobil Vanesha. Vanesha yang menyadari ada Revan didalam mobil itu, segera masuk ke samping Revan. Sontak, Revan kaget dengan kedatangan Vanesha ke dalam mobilnya, jelas jelas dia sedang santai dan dia tidak menyukai siapapun yang mengganggu waktu santainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO ARE U?
Romance"Gue udah terlanjur sayang sama lo! Mana mungkin gue bisa pacaran sama orang yang gak gue sayang? Lo sayang kan sama gue, Revin?" tanya Revan dengan wajah yang dibasahi oleh air mata. "Gue gabisa van, gue gabisa. Gue bakalan ada buat lo tapi gue gab...