Part 2

55 23 15
                                    

Seorang pria mengacak – ngacak rambutnya frustasi dan kemudian ia melihat ke arah jendela. Cuaca yang cerah tetapi tidak secerah moodnya. Ia adalah Michael Evan, seorang direktur yang memiliki wajah tampan dan sangat sukses.

Diusianya yang ke-26, ia sudah menjabat sebagai direktur perusahaan milik ayahnya, Michael Group. Perusahaan yang memproduksi pakaian berkualitas dengan model – model yang menarik minat pembeli. Tentunya posisi tertinggi masih dipegang oleh ayahnya sebagai komisaris.

Ia kembali memperhatikan berbagai rancangan produk fashion baru yang dibuat. Tidak ada yang sesuai dengan keinginannya. Ia pun memejamkan matanya berharap ada ide yang muncul.

"Direktur, apa saya boleh masuk?" suara asistennya Frandy terdengar dari luar

"Iya, silakan." Jawab Evan seraya membuka mata

"Ada apa?" tanya Evan tanpa basa – basi. Ia terkenal dengan keseriusannya dalam bekerja dan selalu to the point.

"Ini rancangan ruang yang akan digunakan untuk Fashion Show bulan depan, tata letak panggung dan 200 kursi untuk setiap tamu sudah diatur." Jelas Frandy sambil menyerahkan kertas rancangan itu pada Evan.

"Bagaimana dengan lighting , model dan yang lainnya?" tanya Evan

"Lighting dan sound system semua sudah diatur. Model - modelnya juga sudah dipilih." Jawab Frandy

"Baiklah kalau begitu, kita hanya tinggal menentukan pakaian yang akan kita tampilkan." Kata Evan sambil tersenyum pada Frandy

"Apa kita tidak menyediakan beberapa cemilan untuk mereka? Saya rasa mereka butuh sesuatu untuk dimakan karena fashion show ini akan berlangsung 2 jam." Tanya Frandy

"Hmm... tapi apa yang harus kita berikan kepada mereka?" Evan terdiam sejenak. Tiba – tiba ia teringat pada sahabatnya Vian yang bekerja di toko kue.

"Masalah itu biar saya yang urus. Kamu dapat kembali bekerja." Perintah Evan pada asistennya. Dan asistennya pun segera keluar dari ruangan Evan.

Evan mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Vian apa kau ada waktu? Aku ingin menemuimu. . . Ada yang ingin aku bicarakan. . . ini bisnis untukmu." Evan menutup ponselnya.

Ia melihat mejanya yang berantakan, kembali lagi ia harus berurusan dengan rancangan – rancangan yang belum juga ada hasilnya. Terdengar helaan nafas dari Evan.

"Percuma saja. Hasil rapat hari ini tidak ada satu pun yang memuaskan." Ucap Evan kecewa.

***

Sudah pukul 8 tapi orang yang ditunggu – tunggu Vian belum juga datang. Ia sudah menunggu Evan 30 menit. Hari ini ia ijin pulang lebih awal karna sahabatnya itu. Sambil menghabiskan lemonade Mocktail yang ia pesan.

Dari pintu masuk, tampaklah Evan yang masih mengenakan setelan jas kerjanya. Ia segera menghampiri Vian dan saat ia melangkah masuk setiap mata terpusat padanya. Itu membuatnya merasa tidak nyaman.

"Akhirnya kau datang, aku sudah menunggu 30 menit di sini, bahkan lebih." Ketus Vian

"Sorry, banyak kerjaan yang harus aku selesaikan." Jawab Evan merasa bersalah karena membuat Vian lama menunggu

Evan memanggil pelayan restoran dan segera memesan makanan untuk mengisi perutnya.

"Sudahlah lupakan, apa yang ingin bicarakan?" Tanya Vian

"Perusahaanku mengadakan fashion show bulan depan, kami ingin memberi 200 tamu kami konsumsi. Aku berpikir untuk memberikan desserts kepada mereka. Jadi aku butuh rekomendasi kue darimu." Jelas Evan

"Pesan saja cupcake, toko tempatku bekerja baru saja membuat variasi baru. Mungkin kau bisa mencobanya. Dijamin rasanya enak." Vian mempromosikan

"Kalau begitu, aku minta tolong padamu untuk memesannya." Kata Evan tanpa basa - basi

"Tidak, kau harus pesan sendiri.
Aku ini chef baker, kau tidak bisa memesannya lewat aku. Hubungi toko kami atau kau bisa bertemu langsung dengan pemiliknya untuk membahas jumlah dan biaya yang kau inginkan." Kata Vian sambil mengeluarkan kartu nama dari dompetnya.

"Ini kartu nama Vania, kau bisa menghubunginya. Kau harus cepat memesannya untuk jumlah yang sebanyak itu." Lanjut Vian

"Baiklah... Aku akan memesannya sendiri." Jawab Evan.

Sebenarnya Evan berharap kalau Vian dapat memesankan cupcakes untuknya apalagi Vian juga bekerja di sana. Tapi Vian sudah bilang untuk memesannya sendiri, ia pun menyerah untuk membujuk Vian.

***

Evan pulang ke rumahnya setelah membahas masalah konsumsi dengan Vian. Ia memarkirkan mobil Lexus LX 570-nya dan segera masuk.

Evan melihat di ruang tamu ada papa, mama dan adik perempuannya, Diana. Terdengar canda tawa dari mereka. Senang sekali melihat keluarganya dapat berkumpul seperti ini.

"Sudah pulang Van. Ayo sini duduk, udah lama kita ga kumpul kayak gini loh." Ajak mamanya, Luciana

Evan melepas jas yang ia kenakan dan segera duduk di samping adiknya.

"Bagaimana kerjaanmu hari ini?" Tanya papanya, Michael Andi

"Baik kok pa, perusahaan akan mengadakan fashion show bulan depan. Rencananya aku akan menampilkan rancangan baru produk kita pa." Jawab Evan sambil tersenyum pada papanya

Papanya mengangguk - angguk. Ia bangga pada anaknya yang dapat menjalankan perusahaan dengan baik.

Perusahaan itu didirikan oleh papanya bersama dengan sahabat papanya. Tapi sayang sahabat papanya telah meninggal dunia. Sehingga semua aset perusahaan dipegang sepenuhnya oleh papanya dan nama perusahaan diganti menjadi Michael Group. Nama Michael Group sendiri diambil dari nama depan keluarganya. Evan akan menggantikan posisi papanya kelak.

Setelah selesai ngobrol dengan keluarganya, Evan segera mandi dan ingin istirahat. Ia pun teringat untuk memesan cupcakes. Segera ia ambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Vania sang pemilik untuk bertemu. Pesan pun terkirim, tidak lupa Evan menyimpan nomor kontak Vania. Setelah itu, ia memutuskan untuk tidur karena besok pagi ia harus menghadiri rapat.

TBC
Voment ya, makasih ^^

Cupcakes LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang