Part 4

51 9 31
                                    

Sekembalinya Evan dari restoran tadi, Evan tidak bisa lupa dengan Nia. Masih teringat jelas di benaknya setiap gerakan dan senyum Nia.

Gadis itu berhasil membuatnya terpesona. Baginya Nia berbeda dengan gadis lain. Penampilannya terlihat natural terutama senyumnya, senyum yang memberi kehangatan pada siapa saja.

Iya senyum itu...

Evan teringat akan seseorang.

***

2 tahun yang lalu...

"Hai, kamu sudah makan?" Tanya gadis itu

"Sudah kok." Evan tersenyum pada gadis itu

Senyuman itu selalu memberikan Evan kehangatan.

"Hmm... baguslah. Nanti malam ada waktu ga? Aku mau ngajak kamu makan malam nih di restoran favorit aku buat rayain anniv kita." Ajak gadis itu

"Yah nanti malam aku ga bisa, masih ada kerjaan nih." Evan melihat kekecewaan dari mata gadis itu. Sedih rasanya menolak permintaan gadis yang ia sayangi itu.

"Iya deh gapapa, kan masih ada lain kali." Gadis itu mencoba menghibur Evan

"Ya udah, Aku pulang dulu ya Van, mama udah nungguin dari tadi minta anterin ke mall." Ucap gadis itu sambil memeluk Evan

"Hati - hati di jalan ya sayang." Evan membalas pelukan Mentari

Gadis itu, Mentari adalah pacar Evan. Mereka sudah pacaran 7 tahun lamanya. Evan sangat mencintainya begitu juga Mentari mencintai dirinya pikir Evan. Sampai akhirnya...

Jam 7 malam

Evan pulang dari kantornya. Ia menuju ke rumah Mentari sambil membawa kue dan mawar. Merasa tidak enak karena tidak bisa memenuhi keinginan Mentari untuk makan malam. Evan pun memutuskan untuk memberi kejutan kepada Mentari.

Sesampainya di depan rumah pacarnya. Evan segera turun dari mobil, saat akan masuk tiba - tiba pintu rumah terbuka. Terlihat Mentari keluar sambil bergandengan dengan seorang pria yang tak dikenalnya.

Mereka berdua terlihat sangat bahagia. Beberapa saat kemudian pria itu memeluk Mentari dan mencium pipinya.

Melihat hal itu, Evan sangat marah. Tanpa berpikir panjang Evan pun menghampiri mereka dan memukuli pria itu untuk melampiaskan emosinya.

Pria itu terjatuh, darah mengalir dari ujung bibirnya.

"Siapa lo? Datang - datang langsung main mukul." Pria itu meringis kesakitan

Evan tidak menjawab

"Siapa dia?" Tanya Evan sambil menatap Mentari meminta penjelasan.

Mentari tidak bisa menjawab pertanyaan Evan. Ia sangat kaget dengan kehadiran Evan. Bahkan untuk melihat mata Evan ia tidak berani. Ia sudah tertangkap basah. Air matanya mengalir keluar.

Pria yang dipukuli Evan tadi bangkit berdiri

"Gue pacarnya, lo siapa?" Tanya pria itu

Mendengar pernyataan itu, hati Evan tersayat. Hatinya hancur...

Selama 7 tahun ia setia mencintai Mentari, tapi ini kah yang Mentari lakukan pada dirinya? Bahkan di anniv mereka yang ketujuh, Evan melihat sendiri apa yang dilakukan Mentari. Ia dikhianati oleh orang yang ia cintai...

Tanpa mempedulikan tangisan Mentari, Evan beranjak meninggalkan Mentari dan pria itu.

Evan memutuskan hubungannya dengan Mentari malam itu juga.

Telepon dan pesan dari Mentari yang ingin memberi penjelasan ia hiraukan.

***

Evan menghela nafas. Kenapa ia harus teringat kejadian itu lagi. Selama 2 tahun ini, ia mencoba melupakannya.

'Jantungku berdebar kencang karena dia. Gadis itu, dia membuatku kembali merasakan apa yang sudah tidak kurasakan.' Batin Evan

***

Setelah bertemu dengan Evan, Nia pun kembali ke toko kuenya. Dan menghampiri Vian dan Anna

"Kita punya 200 pesanan baru." Ucap Nia riang

"200? Oohh... hentikanlah, kapan semua ini berakhir." Balas Anna malas

"Pesanan dari Michael Group?" Vian tersenyum

"Iyupp, bagaimana kau bisa tau?" Nia memandang Vian penasaran

"Tau dong, kan aku yang nyaranin Evan mesan di sini. Dan Evan itu sahabatku. Jadi kau harus berterima kasih padaku Nia" Ucap Vian dengan bangga disambut jitakan dari Anna.

"Kenapa kau menjitakku? Kan bagus kalau aku promosiin toko kita" Vian meringis kesakitan

"Kau menambah kerjaanku. Lagian kasihan Nia, ia akan bekerja keras memberikan hasil yang terbaik dan kau tau apa artinya itu? Ia akan melupakan jam makannya. Itu sudah jadi kebiasaannya." Ucap Anna kesal

"Tenanglah Anna. Ini juga kesempatan emas untukku. Aku akan membuat orang - orang mengenal toko kue kita." Nia menenangkan Anna

"Kalau itu maumu, yahh aku bisa apa selain membantumu." Jawab Anna pasrah didukung oleh Vian yang manggut - manggut

"Nia, jadi menurutmu Evan bagaimana?" Tanya Vian hati - hati

Nia mengernyitkan dahi

"Bagaimana apanya?" Nia bingung dengan maksud pertanyaan Vian

"Yah kayak dia ganteng ga? Suka sama dia ga? Gitu aja ga tau."

"Hmm... ganteng sih. Bukan suka tapi kagum, kalau suka ntar bertepuk sebelah tangan." Ia tidak mau bermimpi terlalu jauh.

Anna pun tertawa mendengar jawaban Nia tapi tidak dengan Vian.

"Udah deh kok jadi malah bahas ginian, lanjutin kerjaanmu gih." Ucap Nia seraya meninggalkan Vian dan Anna.

Vian sedikit kecewa dengan jawaban Nia. Tapi ia menyembunyikan kekecewaannya di depan Nia.

'Kuharap suatu saat nanti aku bisa membahagiakanmu Vania...' ucap Vian dalam hati

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cupcakes LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang