Seperti biasa, aku habiskan setiap hari ku di sekolah bersama Raga. Setiap hari aku merasa semakin dekat dengannya. Pertengkaran-pertengkaran kecil sudah tidak terlalu sering terjadi. Ya, bisa dibilang kami sudah sangat akrab sekarang. Bahakan isi pesan singkat kami sudah tidak hanya membahas mengenai kejadian di sekolah, namun sudah mulai berani menanyakan hal-hal yang dianggap pribadi. Seperti tipe laki-laki atau perempuan yang disukai, makanan favorit, hobi dan banyak lainnya. Senang, ya tentu saja aku senang. Setiap mendapatkan pesan darinya sepertinya ada detakan di jantung ku yang bertambah cepat. Aku tidak tahu itu apa.
Harus aku akui, sekarang aku terus memikirkannya. Ya, harus aku akui. AKU SUKA PADANYA. Tidak ada satu orang pun yang tahu tentang itu, tidak ada. Hanya aku sendiri. Ya, aku memang tidak pernah menceritakan masalah ku kepada orang lain. Bisa dibilang aku orang yang tidak bisa bercerita, namun aku lebih nyaman dengan itu. Aku merasa kalau aku lebih nyaman seperti itu. Aku dapat memendam perasaan ku sendiri tanpa perlu takut ada orang lain yang tahu. Meski sebenarnya aku ingin bernagi ini dengan teman ku, namun aku lebih memilih untuk memendamnya sendiri. Biar aku dan Tuhan yang tahu. Tidak perlu ada orang lain yang tahu. Tidak perlu. Cukup hanya aku. Hanya aku.
****************************
"Baiklah, mulai hari ini sekolah kita akan melaksanakan proses belajar mengajar yang lebih menitik beratkan pada kelompok. Jadi mulai sekarang tempat duduk kalian tidak lagi seperti ini, namun kalian harus duduk berkelompok. Satu kelompok terdiri atas 6 orang. Faham?", penjelasan wali kelas ku dalam kelas ketika memulai mata pelajaran pertama.
Semua murid dalam kelas langsung ribut mencari teman untuk dijadikan teman sekelompok. Namun berbeda dengan ku. Aku masih belum melihat sosoknya di kelas pagi ini. Apa dia tidak masuk, tapi dia baik-baik saja kemarin.
"Jiwa, kamu mau ikut kelompok ku gak? klo kamu sama Ade masuk, jadinya pas 6 orang di kelompok kita", tegur teman ku yang mengagetkan ku.
Aku masih berfikir dan belum memberikan jawaban. Raga kau dimana, aku ingin satu kelompok dengan mu. Namun aku juga harus cepat memberikan jawaban pada teman ku. Akhirnya aku melihat Raga berjalan memasuki kelas bersama dengan Ari teman satu bangkunya dan Ade teman satu bangku ku. Ade, dia perempuan hanya namanya saja yang seperti laki-laki. Aku melihatnya menuju ke bangkunya, ia tidak memperhatikan ku. Dan mulai bergabung dengan kelompok lain. Padahal aku sudah menunggunya dari tadi agar dapat sekelompok dengannya, namun ini yang aku dapatkan. Sedih, tentu saja.
"Ya, sudah aku sekelompok dengan mu dengan Ade juga", aku segera menjawab ajakan teman ku dan segera menggeser bangku ku membentuk kelompok. Aku masih memperhatikan Raga. Tiba-tiba dia melihat ku dan mengangkat tangannya seraya mengajakku untuk duduk di bangku yang berada di sampingnya untuk sekelompok dengannya.
Ya Tuhan, akhirnya ia mengetahui yang aku harapkan dari tadi. Pipi ku memanas, semoga merahnya tidak terlihat olehnya. Namun namaku ternayata juga tercatat dalam kelompok dan sudah diserahkan kepada wali kelas.
"Nama ku sudah dicatat dalam kelompok ini. Bagaimana?", balasku padanya.
Dia tidak menjawab hanya melihatku dengan muka memelas dan ekpresi kalah. Aku hanya tertawa melihatnya. Aku senang melihatnya seperti itu, terlihat kalau dia sangat mengharapkan ku. Apa mungkin dia juga menyukai ku? Tentu tidak, dia kan suka ke Ovi. Ya, mereka dekat dulu waktu kelas 7 dan Raga mempunyai perasaan kepada perempuan itu. Dan tidak menutup kemungkinan kalau dia masih menyimpan perasaan pada Ovi hingga sekarang. Hati orang siapa yang tahu.
Akhirnya pelajaran pertama dimulai. Namun tiba-tiba ada guru yang masuk ke kelas ku, dan guru itu meminta agar tempat duduk diganti. Kelompok di dasarkan atas nomer absen. Apa nomer absen? jelas aku tidak akan satu kelompok dengan Raga, nomer absen ku berada jauh di atasnya. Oh Tuhan, kenapa susah sekali untuk duduk dengannya. Akhirnya pembagian kelompok usai. Dan ternyata tempat duduk kelompok ku berada di samping kelompok Raga. Terima kasih Tuhan. Namun tetap saja aku tidak bisa satu kelompok dengannya. Menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini tentang Kita dan Jarak
Teen FictionIni cerita ku.. cerita kehidupan dan perjalan cinta ku dalam Long Distance Relationship Ya, aku menjadi korbannya sekarang. Dan aku akan mencoba membaginya dengan kalian.. Inilah cerita ku..