2. Raga

353 6 0
                                    

"Raga!!kembalikan buku ku!!!", teriak ku dalam kelas sambil berlari mengejarnya yang mengambil buku tulis Bahasa Indonesia ku.

"Tidak!!", bantahnya sambil terus berlari dan membawa buku yang aku bawa.

"Awas kalau buku tulis ku sampai rusak!! Cepat kembalikan!!"

"Berhenti mengejek ku dengan Ovi!! aku tidak menyukainya!!"

"Tapi kan kau memang menyukainya!! cepat kemabalikan Raga!!", balas ku dan akhirnya aku mendapatkannya dan segera aku menjewer telinganya lalu mengambil buku ku.

"Lepaskan!! sakit tau!!"

Aku melepaskan jeweran ku sambil tertawa melihatnya kesakitan. Ya, aku senang sekali menggodanya. Tidak tahu mengapa.

Raga, ya dia laki-laki yang hampir aku tabrak di lapangan bola voli waktu itu. Dan sekarang aku satu kelas dengannya. Aku tidak pernah menyangkanya, ternyata aku akan sekelas dengannya dan akan dekat dengannya.

*******************************

081XXXXXXXXXX

Wa, aku minta tolong besok izinkan aku buat gak masuk sekolah ya. Soalnya rumah ku kebanjiran.

-Raga-

Hah, ada angin apa anak ini mengirim pesan singkat pada ku. Aku terkaget membaca pesan baru yang dia kirim kan pada ku malam itu. Dan karena aku tidak terlalu mengenalnya, aku hanya membalasnya singkat dengan katan 'iya'.

*********************************

Setiap hari ku habiskan hari-hari ku dengan Raga. Tidak tahu mengapa nyaman dekat dengannya. Apa aku suka dengannya? tentu tidak. Dia hanya teman ku, ya hanya teman. Masalah Tri, sudah lah lupakan. Aku sudah tidak memikirkannya lagi sekarang. Aku bosan terus menunggunya. Biarkan dia perlahan pergi dari fikiran ku. Aku akan mulai menata hati ku kembali.

Raga, kini dia yang selalu menemani hari-hari ku. Bermula dari pesan singkat yang ia kirimkan malam itu, kami mulai dekat. Kami sering bercanda bersama, mengobrol bersama. Ya, meski sebenarnya lebih tepatnya kami disebut musuh. Karena aku selalu menganiayanya dengan jeweran, pukulan, tendangan dan lain sebagainya. Tapi dengan itu lah aku dekat dengannya. Senang bisa terus menghabiskan waktu bersamanya.

Sepulang sekolah hingga malam kami habiskan untuk saling mengirim pesan singkat. Bahkan aku sampai berganti di provider yang sama dengannya. Aku tidak tahu mengapa aku dengan mudah menurutinya. Banyak yang mengatakann kalau kami pacaran, tapi kami selalu mengelak semua pernyataan itu. Meski sebenarnya banyak yang tidak percaya dengan pernytaaan kami. Namun memang itu kenyataannya, kami hanya dekat. Itu saja tidak lebih.

Ini tentang Kita dan JarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang