: p r o l o g :

6K 284 30
                                    

Perempuan itu tetap kukuh akan pendiriannya, mengatakan semua argumen yang terlitas di dalam otaknya. Nggak memerdulikan omongan orangtuanya.

"Pokoknya aku tetep mau nikah sama kak Ibnu."

Ayah dan ibu si perempuan yang duduk mengelilinginya menggelengkan kepala dan menatap si perempuan horor. Seolah hal yang dikatakan perempuan itu kalimat seperti: Hai ... ibuku ternyata seorang alien. Dan aku oke buat itu.

Sebenernya yang dikatakan perempuan itu sangat wajar. Andai saja ....

"Yasmin!" tegur sang ayah ke perempuan tadi yang ternyata bernama Yasmin. "Kamu masih dua belas tahun, Yasmin. Demi Allah. Nyuci baju aja kamu masih dicuciin sama ibu kamu. Dan sekarang kamu minta nikah?"

... dikatakan oleh perempuan yang lebih dewasa, sedikit. Bukan dikatakan oleh anak dua belas tahun yang apa-apa masih harus dilayani oleh orangtuanya.

Yasmin menatap sang ayah geram. "Ayah, orang jaman dulu bahkan nikah diumur lebih muda dari pada itu, Yah. Dan mereka fine-fine aja. Masa aku nggak boleh?"

Sang ayah menggelengkan kepalanya. Ya Allah dosa apa hamba punya anak sebegininya? Begitu fikirnya. "Yas--"

"Yasmin makan dulu, ya? Nanti kita omongin lagi masalah ini." Ibu memotong ucapan ayah. "Yasmin laper 'kan? Ibu masak opor ayam."

Sekarang Yasmin menatap ke arah ibunya. Satu-satunya perempuan yang menurut Yasmin bisa mengerti dirinya. "Tapi Yasmin mau makan Hoka-hoka Bento, Bu."

"Yaudah. Yuk kita beli Hok-Ben." Ajak ibu yang membuat Yasmin mengangguk cepat.

Yasmin bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah sang ibu, "Ayo, Bu. Ayo!"

Dan omongan 'serius' mereka tadi terlupakan.

***

Jangan galak-galak sama Yasmin, ya? Hehe.

Kukenalkan ke kalian anakku yang baru.
Aku menulis ini disela-sela waktu. Sambil nyambi menyelesaikan kisah Bilqis, Rasya. Dan ceritaku yang lain.
Hahaha.

Ini project iseng. Seriusan. Tapi, penuh dengan kesan nasihat dan hal baik lainnya. Hahah.

1 july 2017

Ayas.

Sholawat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang