: k e t i g a :

2.6K 173 12
                                    

"Nda, waktu nikah sama ayah, umur berapa?" tanya Yasmin sewaktu pagi.

Bunda Yasmin yang bernama Maisaroh mengkerutkan keningnya tanda berpikir, "Kenapa emang?"

"Hm ... abisan anak bontot Bunda udah empat belas tahun, tapi Bunda masih keliatan cantik dan muda. Aku juga mau. Hehe."

Mai tertawa, "Dulu waktu nikah sama ayah, bunda umurnya sembilan belas tahun, terus ayah kamu baru masuk dua puluh satu tahun. Setahun kemudian punya mbak Yayu, lalu mas Reyhan memyusul ditahun berikutnya. Jarak dua tahun, udah ada mas Andi. Terus udah, niatnya nggak mau nambah lagi, eh emang rezeki ayah mau anak banyak. Lahir deh kamu tiga tahun setelah mas Andi."

Yasmin mengangguk-angguk, "Nda, aku juga boleh nikah muda nggak? Aku juga mau Nda nikah muda. Jadi kalo nanti anakku udah besar aku masih cantik."

Mai tertawa, "Bunda nggak ngelarang. Selama kamu bisa mempertanggung jawabkan semua pilihan kamu, silakan aja. Tapi inget, pernikahan itu nggak seindah yang kamu lihat di film-film atu buku-buku yang kamu baca, cuma kalo kita ngejalaninnya ikhlas, lillah karena Allah ta'ala, Surga balesannya."

"Okey, Nda."

***

Yasmin tiba-tiba teringat obrolannya bersama Mai. Obrolannya di masa dia masih menggunakan seragam putih-biru kala itu.

Yasmin tertawa sendiri. Nikah muda? Apa dia siap?

"Dek, mau makan di mana?" suara Reyhan membuyarkan lamunan Yasmin.

"Hm ... terserah Mas aja, deh. Aku nggak ada ide," kata Yasmin. Yasmin menengok ke kursi belakang, "Mas Andi ada rekomendasi? Atau mbak Yay mungkin?"

Mereka berempat memang selalu menyediakan waktu untuk quality time khusus mereka. Tanpa intereupsi dari siapa pun. Ini dilakuin supaya ikatan tali persaudaraan satu sama lain tetap bertahan. Ini saran dari ayah mereka. Yang mereka lakukan dengan senang hati.

"Hm ... mau cobain makanan yang pedas-pedas, nggak?" saran Yayu.

Mendengar kata pedas, Yasmin langsung menengok ke belakang. "Boleh, Mbak. Boleh banget. Ada rekomendasi?"

Yasmin emang doyan banget makanan pedas. Padahal udah dilarang sama Bunda, tapi tetep aja nggak bisa makan kalo nggak ada sambel.

"Kemarin pulang kuliah Mbak makan di rumah makan baru gitu. Tapi enak banget. Rumah sambel, namanya. So lezat. Cocok buat yang suka pedas-pedas," jelas Yayu. Yang membuat ketiga adiknya menelan ludah.

"Di mana, Mbak?" tanya Reyhan.

Berhubung cuma Reyhan yang mempunyai sim, dia selalu bertugas menjadi sopir disaat quality time. Kecuali perginya naik motor, mas Ando direkomendasikan untuk itu. Yayu juga. Diantara mereka memang hanya Yasmin yang nggak bisa membawa kendaraan apa pun. Sepeda sekali pun.

Yasmin semakin bersemangat, "Iya, Mbak. Di mana?"

"Di bekasi. Yang arah SMB itu, Dek."

"Hah? Di luar planet? Tua di jalan kitaaaaa," teriak Yasmin histeris.

Ketiga kakaknya tertawa melihat kelakuan Yasmin.

"Mbak tiap hari Bekasi-Jakarta nggak berubah jadi tua kok. Masih cantik."

Mendengar itu jelas Yasmin keki, "Mbak 'kan naik keretaaaaa. Mana ada kereta macet? Paling ke tahan di Manggarai."

Dan meledaklah tawa mereka berempat.

"Haha. Iya, Dek. Itu kamu pinter," Reyhan mengusap kelapa Yasmin yang tertutup kerudung. "Apa gini aja, kita naik kereta aja dari Stasiun Manggarai, mobilnya biar di parkir di situ. Nanti kita pesen Uber aja," saran itu pun langsung disambut koor ketiga saudaranya.

"Setujuuuuuuuuuu."

***
Footnote;

SMB itu Summarecon Mall Bekasi. Mall-nya orang kaya menengah ke atas gitu. Akumah nggak sanggup liatnya. Lol.

Emang nggak panjang-panjang kok tiap partnya. Hehe.

See you 2 hari lagi.

4 September 2017

Ayas.

Sholawat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang