"Yeaaay, kita sampe," kata Yayu begitu Uber yang mereka tumpangi berhenti di pelataran parkir Rumah Sambal.
Sebelumnya biar diperjelas posisi mereka duduk di dalam mobil.
Andi sebagai abang laki-laki tertua, diposisikan di kursi bagian depan samping supir. Selain dia yang bertugas membayar argonya, dialah juga yang paling gampang akrab sama oranglain.
Lagipula diantara mereka berempat hanya dia dan Yayu yang sudah berkerja. Walaupun setiap sedang quality time bersama orangtua mereka selalu menawari uang saku yang langsung ditolak mentah-mentah oleh mereka, jadi yah, saat sedang berempat, Andi biasa dijadikan ATM berjalan oleh kakak juga kedua adiknya. Dan dia ikhlas-ikhlas saja.
Lalu di kursi tengah menyusul Reyhan berada di dekat pintu, Yasmin berada di tengah-tengah dan Yayu di samping Yasmin.
Sudah bisa meraba posisi mereka?
Berhubung Yayu duduk di posisi dekat pintu yang jauh dari jalan raya dia pun keluar terlebih dahulu. Diikuti Yasmin dan Reyhan.
Andi kemudian setelah membayar sesuai argo."Yuk," ajak Andi.
Biarpun usia Yayu jauh di atas Andi, saat sedang bersama posisi mereka justru tertukar.
Setelah menempati kursi dan meja yang sudah disediakan seorang pelayan menghampiri meja mereka. Memperkenalkan diri sebagai 'Chris'.
"Menu yang rekomen apa, Mas?" tanya Yasmin sambil tersenyum.
Chris yang melihat itu diam, terpesona. Apalagi Yasmin kulit wajah Yasmin yang seharusnya putih justru kemerah-merahan karena terkena sinar matahari tadi. Makin menambah kesan imut pada wajahnya.
Andi dan Reyhan saling lirik. Pun dengan Yayu dan Yasmin.
"Mas."
Seolah tersadar, Chris mengerjap matanya. "Maaf. Bisa diulangi?"
Andi tersenyum, "Tolong hidangkan menu yang paling rekomen di sini ya, Mas. Untuk minumnya jus melon empat sama air mineral yang botol empat juga."
Chris mencatat pesanan mereka, setelah menyebutkan kembali pesanannya dia berlalu ke arah kasir.
"Tuh, Dek. Pelayan tadi dipastikan terpesona, lho." Yayu memulai pembicaraan.
Yasmin yang menjadi objek pembicaraan hanya tersenyum. "Terpesona sama Mbak Yayu?"
Yayu tertawa, "Mbak udah sold out, Dek. Nggak bisa lirik sana-sini," katanya sedih. Sedih yang dibuat-buat.
Yayu memang dalam waktu dekat ini memang akan melangsungkan pernikahan. Kurang dari sebulan lagi, dengan salah satu rekan kerjanya yang memang sudah mempunyai rasa untuk Yayu sejak Yayu masih jadi junior di kantor percetakkan tempat dia berkarir sebagai editor.
Haris nama laki-laki itu.
Awalnya Yayu menolak untuk di dekati, karena cara Haris yang salah. Haris meminta Yayu menjadi kekasihnya. Kalau istilah anak jaman now nyebutnya; pacaran. Sedangkan Yayu menolak pacaran sebelum menikah.
Setelahnya Haris menghilang selama seminggu, meliburkan diri dari tugas-tugasnya. Yayu kira Haris sama seperti laki-laki lain yang akan mundur setelah mendengar penolakkannya. Nyatanya setelah menghilang selama seminggu, Haris kembali. Bersama keluarga besarnya. Untuk melamar Yayu.
"Setelah Mbak Yayu menikah, Mbak akan tinggal di mana?" tanya Yasmin penasaran.
"Di rumah Mas Haris dong, Dek."
"Di rumah keluarga Mas Haris?"
Yayu menggeleng sebagai jawaban, "Alhamdulillah. Mas Haris udah punya rumah sendiri nggak jauh dari tempat kerja Mbak. Lagian rumah keluarga Mas Haris kan di luar kota, Dek."
Ketiga adiknya manggut-manggut mendengar penjelasan Yayu.
"Aku kok sedih, ya?" Guman Yasmin membuat ketiga kakaknya tersenyum. Seumur hidupnya Yasmin memang nggak pernah jauh-jauh dari keluarganya. Membayangkan satu-satu kakaknya akan menikah lalu memiliki keluarga sendiri cukup membuat sedih hati Yasmin.
"Lah Tahzan, Sayang. Menikah itu sunnah. Menyempurnakan separuh Agama. Nanti akan ada saatnya untuk kamu. Kamu harus ikut berbahagia untuk Mbak-mu itu," hibur Andi.
Obrolan mereka terhenti karena seorang pelayan yang mengantarkan pesanan mereka. Pelayan yang berbeda dari yang pertama.
"Apa abis Mbak Yayu adek juga mau ikutan nikah juga? Masih berniat nikah muda 'kan?" Ledek Reyhan begitu pelayan tadi pergi. Berusah mencairkan suasana yang sempat melow.
Sambil memakan pesanan mereka masing-masing mereka melanjutkan obrolan.
Yayu dan Andi tertawa melihat bibir Yasmin yang cemberut. "Nikah sama siapa? Laki-laki yang deket sama aku 'kan ya kalian-kalian itu loh."
Reyhan berpikir sebentar. Lalu menjentikkan jari, "Sama itu aja, Dek. Guru ngaji yang di sekolah kamu."
Begitu Reyhan menyelesaikan kalimatnya, Andi dan Yayu kompak menuntut penjelasan. Lalu mengalirlah cerita yang entah mengapa membuat pipi Yasmin memerah.
"Cieee ... pipinya merah," ledek Yayu ke Yasmin.
"Apaaan. Enggak tuh," bantah Yasmin.
Yayu baru akan membuka mulut langsung mengatupkan mulutnya lagi karena adzan magrib berkumandang.
"Yuk," ajak Andi.
Tidak lain tujuan mereka adalah masjid yang memang dilewati mereka tadi.
"Aku lagi nggak salat, aku tunggu di sini aja."
Penjelasan Yasmin membuat ketiga kakaknya membatalkan niat untuk membawa tas masing-masing.
"Okey. Jangan kemana-mana sebelum kami datang ya!" Reyhan berucap sembari mengusap kepala Yasmin yang tertutup khimar.
Yasmin mengangguk.
Baru jalan beberapa langkah, Reyhan seperti melihat guru ngaji yang ada di sekolah adiknya. Amar namanya.
Untuk memastikan dia pun berteriak karena langkah Amar yang sedikit terburu-buru.
"Amar!" teriak Reyhan.
"Eh, Reyhan?"
Reyhan dan kedua kakaknya buru-buru menghampiri. "Assalam'mualaikum. Emang jodoh ya. Malah ketemu di sini."
***
Itu tombol bintangnya jangan lupa di tekan. Hehe.
11 Febuari 2018
Ayas yang sedang mengantuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sholawat Cinta
SpiritualYasmin dan Amar. Mereka layaknya kembar identik yang dibedakan dengan jenis kelamanin. Ada diri Yasmin dalam diri Amar. Amar pun melihat dirinya dalam diri Yasmin. Takdir Allah yang mana kah yang sedang berperan? *** Xoxo, Kuhadir kembali, Tem...