: k e d u a :

2.1K 183 8
                                        

"Umi, Mas Amar ngumpetin sepatu aku tuh," teriak gadis berumur tujuh belas tahun bernama Annisa--adik Amar.

"Mas nggak bakal kasih kamu sepatu itu sebelum kamu masuk ke dalem kamar kamu, dan mengganti pakaianmu itu, Nisa." Amar menatap Annisa dari ujung kepala sampai kaki, lalu menggelengkan kepalanya "Mana kerudungmu, Sa?"

Annisa memutar bola matanya malas, ini lagi, ini lagi. Terus aja masalah kerudung yang dibahas. "Panas tau, Mas! Lagian Nisa mau main, bukan mau ngaji," protes Annisa.

Sekali lagi, Amar menggelengkan kepalanya. Ibaratnya sesempurna apapun orang lain melihat keluarganya, pasti bakal menemukan celah buruknya, ya, celahnya ada di Nisa ini. Bukan menjelekkan tapi di antara ke tiga adik perempuannya, cuma Nisa yang belum berkerudung secara benar. Lalu, cuma Nisa yang paling susah dibilangin. Intinya cuma Nisa yang paling sering buat darah tinggi bunda dan ayah naik. Tapi, Amar dan keluarga tetap menyayangi Nisa bagaimana pun kelakuannya.

"Sayang, adiknya abang yang shalihah kerudung itu wajib digunakan untuk semua perempuan yang mengaku muslim." Amar menatap mata Nisa. "Dari nama kamu aja udah jelas, An-nis-sa. Yang artinya perempuan. Coba deh abang tanya sama kamu. Kamu muslim bukan?"

"Ya, muslimlah," jawab Nisa keki.

"Jadi kamu wajib pake kerudung belum?"

"Wajiblah," jawab Nisa semakin keki.

Amar tersenyum, "Masih inget hukum wajib, Dek Nisa?"

"Masih, Mas. Tapi, aku tuh mau main. Bukan mau ngaji," protes Nisa.

"Dek, Allah itu maha melihat. Dan Malaikat maha mencatat. Mau kamu main, mau kamu makan, mau kamu ngapain aja selalu ada Allah dan Malaikatnya yang selalu ngawasin kamu. Kamu tau nggak, Dek. Sehelai rambut wanita yang dilihat oleh lelaki bukan mahram dengan sengaja maka balasannya adalah dihumban 70,000 tahun dalam neraka. Satu hari akhirat bersamaan seribu tahun di dunia. Dan jangan lupakan fakta bahwa seorang wanita yang masuk neraka akan menarik dua orang lelaki terdekatnya; ayah kandung, kakak lelaki kandung, adik lelaki kandung, suami atau anak lelaki kandung. Kasian 'kan."

"Iya, Mas." Dengan wajah masam, Nisa berjalan kembali ke kamarnya. Mengganti pakaiannya.

Amar tersenyum melihatnya.

Bilqis yang sudah memerhatikan perdebatan antar kakak beradik itu tersenyum ke arah anak sulungnya, lalu berkata, "Makasih ya, Mas."

Amar mebalikkan tubuhnya. Menatap  wanita yang sudah berjuang dalam banyak hal untuk hidupnya. "Sama-sama, Umi."
 

2 September 2017

Ugh. Kalian membuatku binging ingin melanjutkan yang mana. Haha

So, nikmatin aja ya.

Kubuat semua ceritanya.

Dan untuk cerita ini bakal di update seminggu sekali. (Itu paling lama) paling cepet bisa sehari sekali. Tergantung mood. Wkwk

Udah gitu aja ya.

See you.

Ayas.

Sholawat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang