Chapter 1: Ratu Fisika

11 2 0
                                    

"Hosh..hosh"

Natha berlari. Dia berusaha berlari sekuat tenaga untuk sampai ke sekolahnya. SMA Harapan Nusantara. Natha sekilas melirik jam tangannya yg sudah menunjukkan pukul 07.24 pagi. dia tau ini hal ini sia sia saja. Dia tau ini percuma. Tak berguna!

"Akh!! Pak kok di tutup sih pak! Saya kan mau masuk!" Protes natha. Saat melihat pintu gerbang sekolahnya sudah di tutup dan di jaga oleh satpam sekolah Pak Jajang

"Itu salah kamu sendiri, siapa suruh terlambat" ujar pak jajang seraya menatap natha kesal

"Akh!! Pak, Bapak kok gitu sih pak?!! Niatan saya kan udah bagus pak berangkat ke se.."

"Tapi tidak dengan terlambat"potong pak jajang

Natha terdiam. Ucapan pak jajang memang benar, dirinya memang pantas mendapatkan hadiah kecil ini. Tapi tetap saja Natha tak terima. Dia tak mau hadiah kecil itu dia ingin yg besar (?) Eh.

"Lagian saya terlambat bukan karna di sengaja pak. Tadi ban motor saya kempes"ungkap natha . Itu memang benar, ban motor miliknya memang kempes saat dalam perjalanan menuju sekolah jadi, secara terpaksa natha harus mendorong motornya menuju tambal ban terdekat. Bahkan secara terpaksa natha meninggalkan motor kesayangannya itu sendirian di tambal ban dan memilih berlari menuju sekolahnya yg masih jauh.

"Alah,, palingan itu cuma alasan kamu ya,kan?" Sergah pak jajang yg masih tegap dengan pendiriannya

"Ya ampun pak! Saya serius suer dah pak"ujar natha seraya melipat jari kelingking, jari manis dan ibu jarinya sehingga terbentuk huruf 'V'

"Ayolah pak. Lagian bapak pasti taukan saya ini murid yg nggak pernah terlambat, ini juga baru pertama kalinya pak. please pak.." bujuk natha dengan wajah memelas andalannya, namun tampaknya wajah memelas natha tak menggoyahkan pendirian pak jajang. beliau masih tetap kekeuh dengan keputusannya.

Merasa tak ada harapan. Natha memutuskan untuk mengambil ponselnya yg berada di dlm tasnya dan menelpon sahabatnya. Satria. Tak butuh waktu lama bagi natha untuk menunggu satria menjawab panggilannya.

' Maaf nomor yg anda tuju sedang ujian dadakan, layaknya tahu bulat yg digoreng dadakan, cuman bedanya ujian dadakan itu nggak enak kayak ada pait paitnya gitu! Tapi, tahu bulat itu beda, Bulat! Bulat itu donat,donat itu manis, manis itu aku' celoteh satria panjang lebar

'sumpah! Demi apapun binatang yg ada di ragunan! Lo ini bener bener kang bacot ya?!' ujar natha geram

'tau gini mah, gue telpon putra aja' lanjutnya

' elah becanda bu, sinis amat. Apaan?'

'bantuin gue. Gue telat ke sekolah, ban motor gue kempes tadi, sekarang gue lagi ada di gerbang, buruan'

'disana ada siapa?'

'pak jajang'

'kasih hp lo ke dia' ujar satria yg terdengar seperti nada memerintah. Natha sedikit tersentak kaget mendengar ucapan satria, tapi dia tetap menurutinya. Dia berikan ponselnya ke pak jajang.

"Apa? Kamu mau nyogok saya pakai hp kamu, hah?!" Sentak pak jajang sinis

"Saya nggak butuh hp busuk kamu, saya juga punya hp yg bahkan jauh lebih bagus dan lebih canggih dari yg kamu punya" sambungnya seraya mengeluarkan sebuah ponsel berwarna hitam yg tampak jauh jauh lebih bagus dari ponsel milik natha.

"Anjir! Pak jajang sombong ternyata! Btw hp nya bagus banget! Ngiler gue liatnya"pikir natha dalam hati dengan menatap ponsel di tangan pak jajang penuh minat, seakan akan yg lihatnya saat ini bukanlah sebuah ponsel melainkan sebuah kudapan yg teramat sangat sangaaattt lezat.

TRIPLE ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang