"Kalian tetep sekol.. " ucapan anita ucapan sahabatnya yang tiba - tiba ribut.
"Enak aja loe disitu loe lagi na - ena ma nandi lha kita disini??!! " ucap radiz tak terima.
"Gila udah buka segel aja tuh si nandi menang banyak dianya " ucap mike dengan pedenya.
"Gila loe nit, abadi dong loe sekarang??" ucap anne memanasi.
"Jadi kalian bolos buat na - ena?? Kanapa nggak ntar malem sih malem ini malem jum'at loh!! " ucap mike dengan suara dramatis.
"Gila loe bang, mereka belum halal lagi! Nggak ada pahala yang ada nambah dosa tau!!" ucap anne memprotes ucapan kakak kembarnya.
" awas bunting neng belum halal udah na - ena! Gue nggak nyangka kalian segitu gilanya" ucap radiz yang membuat kuping anita panas.
"Gila loe diz baru juga nyoba sekali masa uda.. " ucap anne
"STOP!!! Cepetan kalian buat alesan keluar dari sekolah sekarang. Alamatnya nanti gue WA! " ucap anita yang langsung mematikan sambungan teleponnya. Kini anita menatap nandi beringas siap menerkamnya. Sedangkan nandi yang melihat anita seperti itu hanya tersenyum memamerkan deretan giginya yang membuat anita semakin kesal.
"Mereka ngomong apa?" ucap nandi semakin melebarkan senyumnya hingga membuat matanya semakin menyipit. Jika saat ini anita sedang tidak marah mungkin sekarang dia sedang terpesona dengan senyuman nandi. Tapi saat ini anita sedang tidak memperdulikan lagi senyuman manis nandi. Anita saat ini hanya ingin memukuli nandi hingga bonyok dan tak bisa bangun lagi sehingga tidak akan berani berbuat seperti itu lagi.
"Kirim alamat villa ini ke mereka sekarang. " ucap anita kesal pada nandi.
" loh kok gue sih? Kan loe yang tadi janji mau ngirim alamat nya ke mereka kenapa jadi gue?? " ucap nandi yang semakin membuat anita kesal.
"Cepetan. Gue. Nggak. Mau. Tau. Sayang!!" ucap anita penuh penekanan. Nandi akhirnya menuruti perintah anita. Dia tidak ingin kekasihnya bertambah kesal karena dirinya walaupun sangat senang melihat anita yang begitu lucu saat sedang marah.
"Gue nggak mau tau ya loe harus jelasin semuanya ke anak - anak. gue mau mandi dan satu lagi, are. Bawa dia ke kamar gue. Nggak menerima penolakan " ucap anita berdiri dan melangkah pergi meninggalkan nandi.
"Sekarang loe panggil gue sayang nih? Kenapa nggak dari dulu aja ya?" ucap nandi yang juga berdiri dan merangkul anita. Anita hanya diam tak menjawab pertanyaan nandi. Anita yang mendengarnya juga merasa aneh tetapi dia merasa bahagia sama seperti yang sedang dirasakan nandi. Mereka berjalan ke rumah dengan wajah bahagia dan tak pernah menanggalkan senyum mereka hingga sampai didepan pintu rumah, anita berhenti dari aktivitas jalan kakinya.
"Kenapa?" ucap nandi penasaran yang melihat anita bertingkah seperti itu.
"Are???" ucap anita dengan gaya meminta yang membuat nandi lari terbirit - birit menuju rumah pohon untuk mengambil are. Anita yang melihatnya hanya terkikik geli melihat nandi sempat akan tersandung akar pohon beberapa kali.
Sementara itu handphone anita kembali bergetar. Kini kakaknya yang meneleponnya."Hal.. "
"Dek loe jangan macem - macem ya?!! " ucap ray sedikit membentak diseberang sana.
"Halah.. Jangan dengerin si anne kak. Gue disini baik - baik aja dan nggak senista yang loe pikirin nggak kayak kelakuan loe. Ngerti? " ucap anita dengan sedikit kesal. Anita tidak habis pikir ternyata kedekatan kakaknya dengan anne berfungsi ganda. Disisi lain anne yang sangat menyukai ray dan disisi tersembunyi ray memanfaatkan anne menjadi mata - mata yang membuat susah dirinya dan juga nandi.
"Dimana loe sekarang? Awas aja loe sampai macem - macem gue pecat jadi adek gue!!" ucap ray galak.
"Pecat aja kak. Gue ikhlas kok. Punya abang penguntit kaya loe bikin hidup gue susah! Bye!!" anita mematikan sambungan teleponnya melihat nandi tersenyum berjalan kearahnya menggendong are yang sesekali menguap.
"Yeayyy..! Dapet pacar baru" ucap anita dengan ceria merebut are dari gendongan yang membuat nandi menaikkan sebelah alisnya.
"Kok gitu sih terus gue ini siapa?" nandi gemas.
"Selingkuhan! " ucap anita menjulurkan lidahnya.
"Sialan. Sini arenya nggak jadi gue kasih. Sini.. Siniin" ucap nandi mencoba menangkap anita yang mengelak sambil menggendong are.
"Nggak. Nggak mau! Loe itu udah kasih Are ke gue. Ihh...! Nggak nyangka ternyata loe mau jilat ludah loe sendiri ya?" ucap sedikit berlari membuat are mengeong beberapa kali.
"Biarin gue nggak rela dijadiin selingkuhan" cemberut ingin mengejar anita yang sudah berlari ke dalam rumah.
"Gue ini pacar loe sayang!.." teriak nandi lebay berjalan cepat menyusul anita yang sudah berlari ke dalam rumah.
Anita mandi dengan mengunci kamarnya. Nandi masih tidak habis pikir kenapa anita melakukan hal itu. Apa anita takut nandi berbuat hal-hal yang tidak baik? Nandi tidak tau. Dia hanya bisa menunggu diruang TV dengan muka di tekuk bosan. Sesekali mengganti channel yang dianggapnya tidak menarik sama sekali dan membuatnya menguap beberapa kali. Anita yang sedang menyumbulkan kepalanya yang masih basah dibuatnya terkikik geli melihat nandi yang mulai terkantuk - kantuk. Anita sebenarnya ingin bertanya pada nandi mana baju yang akan dipakainya. Tapi melihat nandi yang sudah mengantuk berat membuat anita tergelitik untuk mengerjainya. Dengan memakai mantel baju mandi anita mengendap-endap pelan. Anita meraih rambutnya yang masih basah menetes dan mengarahkannya ke tengkuk nandi yang terlihat jelas. Beberapa detik kemudian nandi mulai bereaksi. Matanya melebar kaget dan mengelap tengkuknya yang terasa basah karena ulah anita. Refleks kepala nandi tertoleh kebelakang melihat tingkah usil anita yang terkekeh geli merasa kelakuannya diketahui pacarnya.
"Ngapain sih??" tanya nandi dengan wajah super ngantuknya. Kesal diganggu nandi menarik tubuh anita hingga terduduk di pangkuannya. Membeku beberapa saat anita berusaha mengenyahkan pikiran joroknya. Nandi pun sedikit kaget melihat anita hanya memakai mantel baju mandi dengan rambut panjang yang tergerai basah. Sempat meneguk salivanya beberapa kali melihat anita yang menatapnya diam. Merasa canggung dan aneh beberapa saat tapi tak mereka hiraukan. Mencoba mencairkan suasana nandi semakin mendekap tubuh anita dipangkuannya.
"Anget ya" Ucap nandi santai meletakkan wajahnya didada anita. Anita dibuat kalang kabut dengan perasaannya. Jantungnya terpacu cepat, pipinya terasa panas ia yakin sekali pasti pipinya sudah sangat merona seperti tomat. Reflek anita menjauhkan kepala nandi dari dadanya hingga membuatnya sedikit terkejut.
"Gue nggak pake baju" ucap anita terbata malu. Nandi yang mendengarnya baru ngeh dengan posisi mereka yang sedikit.. Yah, akan membuat siapapun yang melihat nya salah paham. Dia juga dapat mendengar detak jantung anita yang begitu cepat. Bahkan sempat terlena beberapa saat dengan pikirannya jika tidak mendengar suara anita barusan.
"Emang kenapa kalo loe cuma terbalut mantel ini?? " goda nandi menyembunyikan detak jantungnya yang sudah tidak karuan. Nandi berfikir setelah mendengar candaannya ini anita akan membantahnya mentah-mentah tapi ternyata nandi salah. Anita malah diam saja mendengar perkataan nandi. Lebih tepatnya anita kaget sekaligus dibuat malu karenanya. dia diam tidak menjawab ataupun bergerak sedikitpun.
"Ambilin baju gih. Dilemari nggak ada." Ucap anita terus terang mengutarakan tujuannya.
"Oh.. bilang kek dari tadi. Kirain mau ngasih jatah." Gumam nandi berjalan ke kamar tempat penyimpanan baju yang masih dapat didengar dengan jelas oleh anita.
"Apa loe bilang barusan??" Tanya anita dengan galak melipat tangannya didepan dada. Nandi yang mendengar pertanyaan tersebut kembali berbalik menatap anita. Menggelengkan kepalanya tersenyum memamerkan deretan giginya yang membuat anita ingin sekali kembali mencubit perut rata milik nandi.
"Hmm.. nita sayang, sekarang tambah galak aja ya"
"..."
***
Maaf banyak typo bertebaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Spoiled Fience
Teen FictionMemiliki dan menyimpan perasaan pada seseorang yang sangat dekat kita memang sangat menyiksa. Hal itulah yang terjadi pada anita dan nandi. Keduanya sangat dekat dan tidak memiliki batasan apapun hal inilah yang membuat kata yang tidak seharusnya d...