02

31 4 0
                                    

Pak budi menjelaskan tentang struktur tumbuhan. Kelas selalu tenang disetiap mata pelajarannya, tak ada suara sekecil apapun yang terdengar. Satria sama sekali tidak tertarik dengan celotehan pria itu. Diam-diam ia melirik gadis baru di sebelahnya, kalau tak salah dengar pak budi memanggilnya salma. Menurut satria, nama itu cocok dengan kepribadian salma yang elegan.

Sibuk memperhatikan salma, satria tak sadar bahwa ia malah terfokus pada gadis disampingnya itu. Tiba-tiba salma mengalihkan matanya ke samping, tatapan mereka bertemu. Satria langsung mengalihkan perhatiannya dan menyesali kejadian barusan.

"Pertemuan cukup sampai disini. Minggu deoan kita akan mempelajari tentang tanaman kaktus, jadi saya minta tolong dipersiapkan. Terimakasih."

Satria menghela nafas lega, akhirnya dia terbebas. Malas sekali melihat pak budi menerangkan hal-hal yang harusnya menarik malah membuat satria malas.

"Cafetaria!" Seru nael sambil memasukan bukunya ke dalam tas.

"Makan mulu otak lo!" Kata alvin dan gerry

"Bodo amat. Gue kan menikmati hidup." Balas nael asal-asalan.

"Iel bangun kali ah, ayo cafetaria!" Daniel langsung bangun ngeliatin si kutu.

" to the point ajaa deh kutu, lo minta makan gratisan kan? Basa-basi ngajakin gue emang lu mah basi kutu!" Nael ketawa licik, dasarr kutu.

Alvin berdecak menolehkan kepalanya ke arah belakang mejanya, alvin melalukan hal yang sama.

"Yuk, sat!" Satria ngangguk

"Minggir." Gue yang dari tadi diem nurut terua berdiri buat ngasih jalan satria yang duduk dipojokan.

"Mau ikut?" Tanya nael. Nael langsung dapet pelototan dari satria dan alvin. Gue yang ngeliat itu menggeleng ragu, ia gue emang laper tapi ngeliat ekspresi mereka itu buat enggan.

"Udah lo ikut aja. Ayo!" Nael narik pergelangan tangan gue.

Gue yang belum siap langsung ditarik dan pasrah. Makin pasrah lagi kalo nanti satria sama temennya nerkam gue abis-abisan. Sorotan matanya ngebuat gue ketakutan.

Sampai di cafetaria, salma mengerutkan keningnya ketika mereka berenam menjadi pusat perhatian. Semua pasang mata menatap tajam kearahnya. Berada di lingkungan seperti ini sama sekali tak disukainya. Seharusnya ayahnya menempatkan dirinya disekolah yang biasa aja, bukan Eleazar.

"Acuhin aja." Kata nael yang narik tangan gue tadi, padahal gue belum tau nama mereka siapa.

"Gue nael." Keknya dia tau jalan fikiran gue. Nael menjabat tangan. "Salma."

"Yang itu Alvin, yang duduk sama elo pasti taukan? Satria wiriatmaja panggilannya satria atau bangsat." Nael ketawa

"Cari mati lo kutu?" Satria nyeletuk tanpa ngeliat si kutu.

"Hehe bercanda kali sat, oh iya yang ujung namanya Gerry dia playboy jangan sampe lo sama dia sal, terus yang matanya kek panda itu namanya Daniel."

" Oh."

" udah ngomongnya? Buru pesen." Kata satria dengan nada dinginnya. Nael sendir nyengir terus manggil waiter.

"Mau pesen apa?." Tanya nael

"Apa aja." Jawab gue sekenanya

"Air comberan mau?." Canda nael namun gue ga berminat tertawa.

Setelah menyebutkan pesanan mereka. Meja tampak hening, tak ada yang berusaha membuka percakapan. Satria sibuk main ipod, alvin ngelamun, nael ngetokin jari ke meja, daniel tidur, gerry ngeliatin cewe-cewe ber-rok pendek.

Do what you want.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang