Original by Chanie
Don't Plagiarize
A Fanfiction
Mature
-
-
Enjoy!
Katakanlah, seharusnya malam ini Park Jimin tidak pulang secepat ini. Biasanya jarum jam di dalam studio dancenya sudah menunjuk pukul 2 pagi. Berbeda dengan kali ini yang bahkan belum menunjukkan pergantian hari. Kalau saja bukan karena suhu udara malam di musim panas yang membuatnya tak tahan. Salahkan salah satu AC di ruangannya yang rusak. Suhu di ruangannya tidak se-stabil yang dia harapkan.
Seharusnya Park Jimin masih bertahan di studionya..
Seharusnya demikian, maka Park Jimin tidak akan bertemu dengan bokong indah yang tengah menungging dalam balutan rok maid yang tersikap di ruangan sebelah.
CKLEK
"J-J-Jimin.."
Park Jimin bergeming, menatap rok yang kini sudah berputar menunjukkan bagian depannya. Tak peduli pada sosok namja pucat yang berusaha keras menarik roknya ke bawah. "K-ketuk pintu—"
"Apa yang kau lakukan, hyung?"
Jimin menarik nafasnya dalam. Perlahan melangkahkan kakinya mendekati sosok yang tampak sedikit gemetar dan bersandar pada almari kecil di belakang.
"B-bukan urusanmu."
CKLEK
KLIK
Pintu itu ditutup dan dikunci. Jimin berlaku otomatis, tak tahu mengapa dia perlu mengunci pintu itu. Sosok itu mendelik dan semakin merapat ke dinding.
"Kenapa kau berpakaian seperti ini?"
Jakun Jimin naik turun, berusaha mengendalikan suhu ruangan yang perlahan naik. Apakah AC di ruangan ini juga tidak berfungsi? Yang jelas, punggung tangannya sudah memastikan logam dingin dari kenop pintu di belakang yang terkunci.
"Kau tidak ingin menjawabnya, Yoongi-hyung?"
Min Yoongi—namja itu dalam hati mengutuk sahabatnya sendiri Kim Seokjin yang membuatnya harus mengenakan pakaian maid kurang ajar malam ini. Demi Tuhan, dia tidak menyangka Seokjin benar-benar balas dendam karena Mario Bross yang topinya sobek ditarik Yoongi tempo hari.
"B-bajuku dibawa pulang Jin-hyung—" Beberapa menit sebelum ini, Yoongi mandi dan pakaian gantinya dicuri. Sementara itu, pakaian kotornya sudah basah dan sudah rapi dalam kantung plastiknya untuk dicuci di dorm. Tersisa hanya pakaian laknat ini.
Yoongi tidak mungkin telanjang kan—
"Begitukah?" Jimin kembali mendekat.
—atau mungkin sama saja.
"M-mau apa kau?"
"Hum?" Jimin kini berdiri di depan Yoongi. Seharusnya tinggi mereka sama, tapi Yoongi condong ke belakang—berusaha membangun jarak. Hal ini membuat Jimin tampak lebih tinggi, dan menyeramkan. Ya, dengan tubuh yang berdiri membelakangi cahaya lampu kuning dalam studio kerjanya—ya, Jimin tampak menyeramkan.
"K-kau menakutiku—menyingkirlah, Jim!"
Jimin tertawa. Tawa yang biasa dilihat para fans mereka di depan kamera, tak ada bedanya. Namun kali ini terdengar berbeda—karena Yoongi merasa terdesak dengan dominasi dongsaeng berotot yang tak bisa mengalihkan matanya dari kaki-kaki mulusnya saat ini.