Sexy Dance on Birthday!

4.1K 234 24
                                    

Mature

Absurd

.

.

Asli milik Chanie. Harusnya kemarin, tp terlalu ngantuk untuk melek.

Private

.

.

Nulissambilotwmerem

sayamasihhiatus

.

.

ENJOY

Sexy Dance on Birthday!

.

.

Bagaimana ya? Risiko deadline bulan Maret memang begini. Yoongi tidak tahu harus bagaimana lagi. Padahal, inginnya dia pulang, menikmati sup rumput laut buatan Ibu Min, bermain dengan Holy, dan tidur sepanjang hari selama hari ulang tahunnya.

Akan tetapi, mau bagaimana lagi? Sudah sejak sebelum 2017 dia menyepakati bersama grupnya untuk jadwal tahun ini. Termasuk bersibuk ria di hari ulang tahunnya.

Yoongi hampir gila. Dia tidak tidur entah sudah berapa lama. Hampir tiga sampai lima malam dia habiskan dengan mata terjaga. Tidak bisa tenang, tanggung rasanya. Deadline di depan mata, tapi perkembangan tak selalu ada.

Yang namanya otak manusia sih ya. Jelas, ini menghambat seluruh pekerjaannya. Ditambah agenda tidak tidurnya yang membuat pembuluh darah ke otak seolah menyempit, membuat pening, berdenyut sana-sini. Kadang, kalau tololnya kumat, Yoongi mengira jantungnya pindah ke pelipis. Bosan di dada. Sesak sih, efek lelah badan dan sanubari.

Malam ini, jam 12, usianya berubah jadi 25 tahun. Seperempat abad, semakin tua. Yoongi benci jadi tua. Lebih benci lagi di ulang tahun ke seperempat abad, menjadi tua, deadline senantiasa menantinya, dilalui tanpa seorangpun bisa menghiburnya. Yoongi lelah, badan dan sanubarinya.

Alhasil, dia pun mencari sebuah kontak personal di ponselnya. Dihubungi dengan segera, dengan hati yang jelas tidak baik suasananya. Yoongi menaruh ponsel di telinga, mencebik dengan bibir maju beberapa senti, menunggu tersambung panggilannya.

Seperti bocah yang ingin permen, tapi tak kuasa mendapatkannya, Yoongi lekas majukan lagi bibirnya ketika suara operator justru terdengar menjawabnya. Lebih kesal lagi, itu suara wanita. Yoongi sedang tidak butuh wanita. Yoongi butuh prianya. Butuh.

Apa guna punya pria kalau kerjanya melancong sana-sini, dengan teman-teman yang tak semua sejenisnya—banyak wanita juga, sedang dirinya mulai digigit rayap di studionya?

"Park JIMIN! KEMARI, CEPAT!"

oOOOo

Hampir setengah jam, sejak Jimin sampai di apartemen kekasihnya. Yang dia kerjakan hanya duduk teronggok di sofa hitam kesayangan mereka sembari memandangi punggung sempit yang tertutup kursi raja, tengah menghadap monitor, mengabaikannya.

"Jadi, untuk apa kau memanggilku kemari kalau ujungnya didiamkan saja?" Jimin sebenarnya bertanya biasa, tapi responnya sungguh tak terduga.

Jimin tak kuasa mengerutkan keningnya. Sang kekasih justru mengumpat tanpa menoleh ke arahnya. 'Dumbass' katanya. Jimin berdecih, batinnya tertawa. Oh, ayolah. Kalau ujungnya dihinakan seperti ini, bukankah lebih baik dia pergi?

Once Upon a TimeWhere stories live. Discover now