Kalian punya dua muka,
Aku punya dua dunia-
~Rara in Love~
Suara bel berdentang terdengar seperti siraman rohani disiang hari terik. Bersamaan dengan mata Rara yang terasa berat mengerjap untuk membuka menatap seisi kelas yang kompak menatapnya balik. Seperti ada kode yang mengomando menatapnya lekat, sementara Rara membeo cengo mencerna detail kejadian yang dialaminya satu jam pelajaran terakhir.
Astaga, apa aku ketiduran?
Menoleh ke samping, Rara berhadapan pada Dinda yang berekspresi menahan tawa. Bisa disimpulkan sebagai bentuk jawaban dibenak Rara.
Rara tertidur. Untuk yang kesekian kali dalam seminggu, lagi-lagi ia kepergok tidur ketika belajar. Namun kali ini berbeda. Rara tidur diwaktu yang tidak tepat. Jika bu Narni, pak Dedi atau bu Tias seperti sebelumnya, oke lah mereka guru nan baik hati dan masih elok sifat maupun rupanya.
Tapi ini bu Ner. Alias bu Nermawati yang rupanya tak lagi rupawan direnggut usia. Mungkin seusia muda-nya ia sangat cantik jelita namun Rara tak peduli itu.
Jika dalam hal rupa bu Ner tak bisa menandingi guru-guru yang masih muda nan bening, maka dalam hal ketegasan bu Ner tiada tandingan. Rara jamin itu sebagai senior kelas sembilan yang akan tamat dan selama tiga tahun belajar bahasa Arab dengan bu Ner. Guru berusia kepala lima itu memiliki emosi yang labil lebih dari remaja baru gede.Apa tak ada yang lebih berkesan dari ini sebagai penutup kisah masa SMP Rara nanti? Tidur di jam pelajaran guru killer itu bawaannya malah jadi pengen ngiler mumpung sehabis tidur.
"Kok gak bangunin gue sih, Din?" sikut Rara menyenggol lengan Dinda yang duduk sebangku dengannya. Gadis berambut hitam legam sepanjang pinggang itu mengedikkan bahu acuh. "Lo gak minta dibangunin tadi sebelum tidur. Lagian seru juga ngeliatin lo tidur, mangap gitu."
Rara menggeleng tegas. Kali aja ini candaan, bu Ner sudah melotot begitu padanya. "Kan gak harus gue minta gitu kalo khilaf ketiduran. Di kelas bu Ner lagi."
"Well, nilai lo udah tinggi gitu. Sekali pun tidur di jam bahasa Arab berjam-jam, gak ngaruh juga nilai lo. Murid kesayangan bu Ner gini."
Suara penghapus papan yang diketuk pada meja guru terdengar begitu lantang membuat seisi kelas hening. Rara diam-diam melirik dari ekor pandang pada bu Ner yang menatapnya berang.
"Ananda yang tidur tadi silahkan keluar kelas. Se-ka-rang!!"
Dan detik bu Ner berkata demikian, Rara tergelak namun tak sampai hati untuk bersuara. Sudah jamnya pulang dan ia disuruh keluar, sama saja sia-sa.
"Bu, udah bel pulang, lho. Masa disuruh keluar, gak ada gunanya."
Suara dari samping membuat Rara otomatis menoleh berusaha menyembunyikan sorot kesal dengan ekspresi kalem yang hambar. Rara menatatap Dinda yang tersenyum tipis. Menyebalkan memang, sepertinya Dinda menganggap ini sebuah lelucon. Terlebih saat bu Ner berkata lagi, ia justru tersenyum miring.
"Siapa nama yang tidur tadi? Sini ibu beri nilai min sikapnya."
Cih, murid kesayangan apanya, nama gue aja gak ingat.
"Rara, bu. Radilthamanda."
Lagi-lagi Dinda menyahut, dan Rara mengumpat di dalam hati menyumpah-serapahi sosok sebangkunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rara In Love
Novela JuvenilAda hal yang kadang tidak bisa diubah dengan begitu mudah. Seperti Rara yang dihadapkan pada masa lalu yang tiba-tiba mengusiknya. Ada rasa bersalah dan rasa-rasa lain yang tersembunyi dibalik hal itu. Termasuk rasa hatinya yang belum juga menghila...