Part 1 : Perjanjian

112 16 6
                                    

Suara jepretan kamera berkali-kali terdengar memenuhi ruang pemotretan. Diiringi dengan sinar blitz yang memancar, bak kilat ketika turun hujan. Tidak hanya itu, hiruk pikuk suara beberapa orang kru juga terdengar. Begitu sibuk menjalankan tugas mereka masing-masing.

Sang forografer pun tak absen memberikan arahan pada sang model. Untuk bergerak, dan memberikan pose terbaiknya untuk menghasilkan gambar yang berkualitas.

Sang model cantik itu juga tidak terlihat kesusahan untuk mengikuti kemauan fotografer. Ia terus bergerak, berpose dengan tubuhnya yang indah itu, dengan ekspresi wajahnya yang menggoda dan elegan. Tapi tetap menghasilkan sebuah hasil gambar yang natural.

"Oke, cukup." Sang fotografer berucap. "Wah, kau benar-benar luar biasa," lanjutnya memuji sang model.

"Terima kasih," balas wanita itu dengan senyum ramahnya.

Nah, itu adalah salah satu kelebihan sang model. Walaupun kecantikannya memang tidak perlu ditanyakan lagi, ditambah dengan dirinya yang saat ini sedang berada di puncak karirnya, setelah selama hampir dua tahun, karirnya sedikit meredup.

Wanita itu tidak sekalipun menunjukkan sifat angkuh pada orang yang bekerja sama dengannya. Ia tetap bersikap ramah, tak sekalipun membedakan keberadaan orang di sekelilingnya. Semua diangganya sama--teman yang berharga dalam hidupnya.

Tapi, sikap itu akan berbalik seratus delapan puluh derajat. Kalau ada seseorang yang telah mengecewakan dirinya dan menyakiti perasaannya.

"Kuharap... di lain waktu kita bisa bekerjasama lagi, Nona Lyana."

Model cantik bernama Lyana itu tersenyum kembali, "Hei, jangan panggil aku Nona. Panggil nama saja, aku satu tahun lebih muda darimu," katanya.

Sang fotografer ikut tersenyum, "Baiklah. Kalau begitu, mulai sekarang aku memanggilmu Lyana. Dan kau memanggilku Jae Kyung, bagaimana?"

"Baiklah, Jae Kyung-ssi..."

Lelaki bernama Jae Kyung itu tersenyum lebar begitu mendengar namanya disebut dengan suara lembut Lyana. Mereka pun asyik berbincang-bincang. Saling bertanya mengenai job apa yang selanjutnya akan mereka kerjakan.

Setelahnya, seorang wanita menghampiri Lyana. Sepertinya wanita itu adalah manajernya. Lyana mengangguk ketika manajernya mengatakan sesuatu padanya. Kemudian ia kembali menoleh pada fotografernya tadi, "Jae Kyung-ssi, kalau begitu aku permisi duluan, ya. Sampai jumpa."

Jae Kyung mengangguk sambil tersenyum.

Lyana pun sedikit membungkukkan tubuhnya sekilas, lalu berbalik pergi, diikuti dengan manajernya. Terlihat wanita itu tak sungkan menyapa ramah beberapa kru yang dilewatinya. Pemandangan itu pun tak luput dari perhatian Jae Kyung.

Lelaki itu terus menatap kepergian Lyana, sampai akhirnya wanita itu menghilang di balik pintu ruang ganti.

"Lyana Adista, akhirnya aku kembali menemukanmu."

* * *

"Sepertinya lelaki tadi menyukaimu," ucap seorang wanita yang sedang duduk memperhatikan Lyana. "Dia terus tersenyum ketika melihatmu," lanjutnya lagi.

Lyana yang sedang dibersihkan make up-nya oleh penata riasnya itu pun melirik sekilas, "Kau ini bicara apa, Eonni? Kami saja baru bertemu hari ini, mana mungkin ia menyukaiku."

"Hei, kau memang selalu mengelak ketika ada lelaki yang menyukaimu," balas sang Eonni yang ternyata adalah manajer Lyana.

Sang penata rias yang sedari tadi hanya diam saja, tiba-tiba ikut berkomentar. "Benar kata Hye Jin Eonni, kau memang selalu begitu, Na. Makanya sampai sekarang kau belum memiliki kekasih."

Destiny Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang