Chapter 2

4 1 0
                                    

Desember, 2012.

Hari ini adalah hari terakhir di bulan Desember sekaligus akhir tahun 2012. Teman-teman kelas sepakat mengadakan end year party. Sejujurnya, aku sudah berencana tidak akan mengikutinya, tapi lagi-lagi karena Abi, aku terpaksa mengikuti acara itu. Aku sedikit kesal karena dia selalu memaksaku berada dalam keramaian, supaya tidak terlalu mellow, katanya. Pada akhirnya aku, dengan bodohnya mengikuti maunya. Party diadakan di salah satu rumah teman kami, Bastian. Dia tinggal dengan Arga yang merupakan kakak tingkat kami sekaligus sepupu Bastian di sebuah rumah yang letaknya di dekat kampus. Rumah besar tersebut merupakan rumah nenek Bastian dan Arga, tetapi karena neneknya lebih memilih tinggal dengan orang tua Bastian di Jogja, maka Bastian akhirnya hanya tinggal berdua dengan Arga.

Arga adalah kakak tingkat yang baik. Setidaknya denganku. Dia tak segan-segan menawarkan bantuan kepadaku. Meskipun aku sering menolaknya, tetapi dia tetap sabar menghadapiku. Bagiku dia adalah kakak tingkat paling pengangguran. Setiap aku hendak pulang, dia selalu siap sedia menunggu di depan kelas untuk mengajakku pulang bersama dan akan selalu berakhir bertiga, aku, Arga, dan Abi. Tak jarang dia pun berlarian menuju kelasku untuk sekedar memberiku makanan ringan di sela-sela pergantian jam.

Hari ini aku melihat Arga sedikit gugup. Entah apa yang ada dipikirannya. Hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 00.00. Saatnya pergantian tahun.

"Tiga, dua, satu" seru teman-temanku kompak.

Suara terompet, dan kembang api turut meramaikan malam ini. Persis seperti adegan-adegan yang sering aku lihat di drama korea.

Setelah itu semua hening. Aku menoleh ke Abi, dan dia hanya mengangkat kedua bahunya, menandakan bahwa ia juga tak tahu apa yang sedang terjadi. Tepat di saat itu, Arga datang menuju kearahku, memegang bunga. Aku sedikit banyak tahu apa yang akan terjadi karena sering melihatnya dalam drama, lagi-lagi.

"Will you be my girlfriend?" katanya sambil menatapku dalam-dalam dan menyodorkan satu buket bunga mawar.

"Sorry, aku nggak bisa. Maaf, dan terimakasih" kataku pelan.

Rasa bersalah menghatuiku. Aku tak bisa, dan sepertinya tak akan pernah bisa. Aku masih sangat terpaku pada kenangan masa lalu antara kisah cinta mama dan papaku. Rasa takut menjalin hubungan, takut menjadi gagal seperti mama dan papaku, takut dikhianati, takut patah hati lagi, dan takut-takut lainnya. Aku sangat pengecut memang. Setelah patah hati dengan papaku, rasanya aku tak bisa menjalin hubungan seperti itu. Banyak orang yang tak mengerti, tapi begitulah perasaanku. Akhirnya aku pulang ditemani dengan Abi. Hening sepanjang jalan.

"Kenapa tak menanyakan apapun?" tanyaku sambil menghentikan langkah.

Dia berbalik dan ikut menghentikan langkahnya, selaras denganku sambil menjawab "Kalau kamu diam dan tak bercerita berarti sedang ada yang kamu pikirkan. Aku tak mau memaksamu menceritakan semua hal padaku. Kalau kamu ingin bercerita pasti kamu akan menceritakannya. Akan aku tunggu."

"Aku takut...untuk...memulai suatu hubungan" kataku.

Akhirnya kata-kata itu pun terucap.

"Dalam pikiranmu sekarang pasti mengira kalau aku pengecut, aneh, dan tidak jelas. Tapi sejujurnya masih banyak hal yang tidak kamu ketahui tentang aku. Hari-hari berat di masa lalu, kisah-kisah sedihku, dan suatu saat kamu akan mengerti maksud kataku."

---------------bersambung----------------

Ps: hello, ini adalah karya pertamaku di dunia wattpad. Kritik dan saran sangat diperlukan, hope you enjoy this story. Jika berkenan, klik vote, thankyou!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang