08 - (Sad)Thursday

32.6K 1.7K 28
                                    

Entah kenapa aku ngerasa alur cerita ini kayaknya bakalan lebih pendek dari yang Return, entah yaa ? nanti coba aku pikirin lagi deh hehe. Selamat datang untuk pembaca baru, selamat membaca !

HAPPY READING AND ENJOY 💫

*

"Menikah denganku."

Valerie menghela napas panjang untuk yang kesekian kalianya. Kata-kata di hari itu—dimana ia menangis hancur dalam dekapan Ryan yang terus menenangkannya—seakan masih terngiang-ngiang di telinga nya. Besok adalah hari terakhir dari batas waktu yang ia minta. Ya, ia meminta waktu kurang lebih empat hari untuk memutuskannya. Dan selama empat hari itu pula, ia terus mengusahakan berbagai cara untuk membayar semua kerugian yang harus dibayarnya tapi nihil. Seakan semua jalan sengaja dibuat buntu di hadapannya dan menarik dirinya untuk menyetujui tawaran yang Ryan berikan. Ia sadar, pria itu sangat sengaja memanfaatkan keadaan dirinya yang membutuhkan. Tapi ia juga sadar betul kalau ia tidak punya pilihan lain saat ini.

Kerugian belasan juta dollar yang langsung membuat angka sahamnya menurun drastis, seketika membuatnya kalang kabut saat itu. Perusahaan keluarga yang dirintis oleh kedua orangtuanya juga harga diri mereka yang tertanam di dalam perusahaan itu sangatlah dipertaruhkan saat ini. Dan ia tidak mau mengecewakan seluruh harapan yang telah diberikan padanya.

Syarat yang diberikan Ryan memang cukup mudah, dan bahkan ia mengijinkan dirinya untuk mengajukan surat cerai jika berhasil mengembalikan seluruh uang itu lagi padanya. Sejujurnya, Valerie sangat mengagungkan ikatan suci bernama pernikahan dan sangat mengutuk tindak perceraian. Tapi apa lagi yang bisa ia lakukan sekarang ? Jelas ia tidak punya pilihan lain selain menyetujuinya yang berarti menyelamatkan perusahaan juga harga diri keluarga yang dibawanya.

Valerie berdecak kesal lalu memijit kedua pelipisnya perlahan "Bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan pria yang tidak aku suka ? Aku bisa gila jika harus seperti ini." dan jika aku menolaknya maka aku menjatuhkan seluruh harapan itu.

"Baiklah-baiklah. Kau masih bisa mengurus semuanya nanti, setidaknya seluruh kerugian itu harus segera terbayarkan." gumamnya pada dirinya sendiri lalu mengangguk samar. Sebelah tangannya mematikan lampu kecil di atas nakasnya lalu ia kembali menarik tubuhnya dan memejamkan mata. Berharap mimpi buruk ini segera berlalu.

*

Ryan mendesah kasar memandangi layar ponselnya yang belum memunculkan satu nama yang ia tunggu sejak tadi. Beberapa pesan dari Cassie juga wanita-wanita lainnya yang masuk pun sengaja ia abaikan meski kadang ia tidak mengerti jenis perasaan apa yang sedang memenuhi hatinya sekarang ini.


Tidak pernah dalam hidupnya ia mampu menolak banyak wanita yang datang, baik untuk sekedar menggodanya, mencumbunya, atau berharap dirinya mau jadi kekasih salah satu wanita itu. Sampai tiba-tiba sebuah kejadian tidak terduga membuatnya jatuh hati secara singkat pada seorang wanita yang sedang ia tunggu kabarnya sekarang ini. Ia menghembuskan asap putih dari bibirnya perlahan sembari menebak nebak perasaan yang terus menjalari hatinya. Apa ia hanya penasaran, suka, atau terobsesi ? Ryan menggelengkan kepalanya tidak tahu. Keegoisan dalam dirinya meminta hak atas diri wanita itu seutuhnya. Ya, ia tidak mau ada tangan pria lain yang menyentuh Valerie, apalagi mendengar statusnya yang akan menikah dengan pria lain suatu saat nanti. Lalu membayangkan tubuh ramping itu ternodai oleh tubuh pria selain dirinya. Bibir ranumnya akan dilumat habis, lalu desahan indahnya mulai terdengar pada pria yang pasti akan dengan sangat nikmat merasakan indahnya bercinta dengan wanita yang ia suka. Suara decakan kesal kembali terdengar setelahnya. Hanya dengan membayangkannya saja sudah bisa membuat hatinya panas terbakar api cemburu.

MY WILD HUSBAND | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang