Part 2 - Sekolah

8 1 0
                                    

Satu minggu setelah kejadian Ivi yang hampir jatuh di rumah Gerald. Ivi jadi rada pendiam, jarang ngomong.
Ivi dari dulu emang takut sama yang namanya ketinggian, karena saat kecil dulu dia hampir saja jatuh dari lantai dua mall ke lantai satu. Ivi bergelayunan dilantai dua mall sambil kedua tangannya memegang kuat sebuah tali. Untung waktu itu ada yang bisa nolongin Ivi. Sampai sekarang trauma itu masih ada, tapi agak berkurang sekarang.

Dulu setelah kejadian itu, Ivi takut banget kalo orang-orang menyangkut tentang ketinggian. Bahkan dulu Ivi pindah kamar dari lantai dua rumahnya jadi kelantai satu. Dia takut naik tangga katanya.
Segitu parahnya ya?

Tapi itu dulu. Sekarang trauma Ivi tidak berlebihan seperti itu. Ivi juga pindah lagi kekamarnya yang dilantai dua. Hanya saja, kalo Ivi ngalamin kejadian seperti di rumah Gerald, Ivi akan sedikit shock dan jadi sedikit pendiam.
Seperti beberapa hari setelah itu, Ivi jadi rada pendiam. Dan lebih suka ngabisin waktu dikamarnya.
Tapi sekarang dia sudah membaik.

Ivi sedang duduk dikasurnya sambil mainin games diiphone nya.

Tok tok tok

"Dek, ayo makan malam dulu, ditunggu dibawah ya." Bagas mengetuk-ngetuk pintu kamar Ivi.

"Iya Kak, bentar." Jawab Ivi. Ivi berlari kecil kearah pintu, lalu membukanya.

"Ayo Kak!" Ivi memegang tangan Bagas saat akan menuruni tangga. Dia masih sedikit takut.

Sampai dimeja makan Ivi langsung saja duduk. Disini hanya ada Lucky, Bagas, dan Ivi. Karena kemarin Orangtua Ivi kembali ke Jerman, katanya ada sedikit masalah disana.

Ivi langsung nyiduk nasi goreng kepiringnya lalu melahapnya sebelum berdoa terlebih dahulu.

Bagas hanya geleng-geleng kepala melihat prilaku adiknya.

"Elahh Vi, udah diduluin aja gue. Udah ditungguin juga dari tadi." Kata Lucky.

"Serah gue! Kata siapa suruh nungguin gue, wle." Jawab Ivi ngejulutin lidahnya.

"Adik durhaka!"

___

Setelah selesai makan, Ivi masuk kekamarnya lagi. Sedikit hati-hati dia saat menaiki tangga.
Lalu tiduran dikasur kesayangannya, dia memandang langit-langit kamarnya yang dipenuhi stiker bintang.

Ivi jadi ingat saat dia hampir jatuh di rumah Gerald. Ternyata yang menolongnya adalah Gerald sendiri.
Pipi Ivi tiba-tiba panas saat mengingat orang yang dia peluk waktu itu Gerald. Jantungnya berdegup cepat.

'Ini gila!' Batin Ivi.

Ivi menutup wajahnya memakai kedua tangannya. Lalu dia membenamkan seluruh wajahnya kebantal sebelum-

Ting tong!

Line!

Ivi mengambil iphone nya dan membuka pesan tadi.
Tertera nama Mandaaulia disana.

Mandaaulia

Vi besok lo sekolahkan?

Ivi menepuk dahinya keras. "Elahh, gue lupa besok sekolah. Malezz sumpah." Kata Ivi

Vinessaryna

Kenapa lo ingetin gue si? Kan kalo gak inget enak gue bisa bolos.

Oh iya, Manda adalah sahabat Vinessa di sekolahnya. Dia orang yang paling deket sama Ivi di sekolah. Lebih tepatnya sahabat seperjuangan membuat onar. Manda punya tubuh sama kaya Ivi tapi Manda lebih sedikit tinggi dari Ivi, dia juga cantik kaya Ivi. Manda juga sama badgirl nya kaya Ivi juga, tapi gak segila Ivi. Makanya di sekolah mereka berdua disebut Duo badgirl.

Prince Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang