[16] MG : Asakusa City

4.6K 412 46
                                    

Selama menuju Asakusa ̶ ̶ ̶ tempat di mana rumah kakek berada, Ryouta terus melirik wajah temannya yang begitu fokus mengemudikan mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama menuju Asakusa ̶ ̶ ̶ tempat di mana rumah kakek berada, Ryouta terus melirik wajah temannya yang begitu fokus mengemudikan mobil. Rasa penasaran itu pun semakin menjadi saat ini, berpikir tentang; apa hubungannya Naruto dengan gadis itu?

Mengingat bagaimana perubahan ekspresi yang terjadi secara mendadak, tentu membuatnya begitu bingung. Helaan napas terdengar berat di sana, "Sifat temperamen itu tidak pernah hilang darimu." mencoba membuka pembicaraan lebih dulu dan berharap suasana tidak canggung di antara mereka saat ini.

Naruto mendecih kesal di sana, "Aku sedang fokus mengemudikan mobil... jika kau ingin berbicara serius, silahkan." alih-alih pemuda itu paham saat ini. Tidak bisa membantah dengan pernyataan Ryouta padanya, bagaimanapun sifat temperamen itu terkadang suka sekali muncul.

"Mau minum tidak?"

Mobil mendadak berhenti tiba-tiba. "Sialan kau! Apa yang terjadi, hah?" Ryouta menatap kesal di sana dan segera beralih melihat ke belakang, dimana mobil lainnya mendadak berhenti juga. Pandangannya segera ke depan untuk memastikan, siapa tahu kalau pemuda itu hampir menerobos lampu merah. Namun ternyata tidak, mereka masih di pertengahan jalan. "Jalankan mobilmu bodoh! Mereka sudah memakimu di luar sana."

Demi apa pun, Ryouta begitu kesal saat ini. "Kau memang sengaja melakukan ini padaku, 'kan?" ia melirik dari ujung matanya sembari mengusap kepalanya yang terhantam dashboard mobil, sialnya ia yang lupa memakai sabuk pengaman saat ini. Meskipun sudah terlambat, pemuda itu segera memasang sabuk pengaman ̶ ̶ ̶ berjaga-jaga jika Naruto kembali menginjak rem secara mendadak lagi.

Umpatan kekesalan itu terdengar jelas di telinganya, namun tidak ada niatan di sana untuk membalas. "Aku terkejut," Naruto kembali menjalankan mobilnya. "Mengingat Dokter yang selalu menjaga kesehatan mereka, aku berpikir jika mereka selalu menghindari alkohol untuk berjaga-jaga... sepertinya kau tidak. Perjalananmu memakan waktu yang lama untuk kemari bukan? Apa kau tidak terkena jet lag karena itu kau ingin minum?"

"Aku sudah terbiasa, hanya saja...," ia menghela napas berat di sana dan itu berhasil membuat Naruto meliriknya bingung. "Kau terlihat kacau di sini teman... aku menyimpulkan jika mungkin ini ada kaitannya dengan seorang gadis yang sempat kita singgung, mengingat ekspresimu berubah semenjak di Bandara. Ya... aku tidak akan memaksa untuk meminta penjelasan, mungkin itu masalah pribadi."

Masih fokus mengemudikan mobilnya, meskipun ia terlihat acuh dan tidak acuh mendengarkan. Tetapi, Naruto masih mendengar jelas perkataan Ryouta padanya.

"Jadi, karena itu kau mengajakku untuk minum? Berharap aku akan mabuk berat dan mengeluarkan keluh kesahku padamu, begitu?" mendapati respons tertawa di sana, ia pun tersenyum miring. Sungguh tebakan yang begitu tepat. Cara licik yang biasanya digunakan seseorang untuk membuat mereka jujur dengan masalah yang membuat mereka gundah, tentu Naruto tidak akan terjebak karena itu. "Hei... kau salah orang jika mengajakku untuk minum, aku tidak akan mabuk dengan semudah itu."

Mute Girl [BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang